Mentan Bidik Pertanian Bone Naik Kelas

Sabtu, 03 Juli 2021 – 20:35 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan Bone memiliki lahan pertanian yang luas dan salah satu sentra produksi. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan Bone memiliki lahan pertanian yang luas dan salah satu sentra produksi.

Bone juga memiliki berbagai daerah, sejarah, dan budaya yang bagus serta kebersamaan masyarakat yang masih sangat tinggi.

BACA JUGA: Moeldoko Kagum dengan AWR Kementan

"Saya senang kalau Pak Bupati sudah menghitung hasil jagung hingga lahan yang berada di pegunungan. Misal kita butuh dryer tiga, siapa takut, tapi tidak ada bagi-bagi. Kita harus tingkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani," ujarnya saat melakukan panen perdana jagung hibrida musim tanam April di Desa Lanca, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (3/7).

Kehadiran SYL di Bumi Arung Palakka sejalan dengan tujuan program di Kementan untuk meningkatkan produksi pertanian, memenuhi kebutuhan nasional, dan diikuti kesejahteraan petani.

BACA JUGA: Panen Cabai Rawit di Temanggung Melimpah, Kementan Pastikan Pasokan Iduladha Aman

Dia optimis pembangunan pertanian Sulsel kedepanya akan mengalami kemajuan. Maka dari itu, apa yang diinginkan Bupati Bone, segera buatkan konsepnya dan rencanakan dan pastinya dapat dikerjakan.

"Jika menanam jagung harus dihitung keuntungannya. Harus ada dihitung hasilnya berapa. Setelah itu hitung apa yang harus dilakukan," sebutnya.

BACA JUGA: Ditjen Hortikultura Kementan Kucurkan Bantuan Demi Menggenjot Produksi Bawang Putih

"Start with by ending. Kita tahu benefitnya. Itu saya gunakan," imbuhnya SYL.

Pada kegiatan ini, SYL pun menegaskan memajukan pertanian di daerah tidak bisa dengan hanya mengandalkan APBN yang terbatas.

Bahkan, Kementan saat ini menggunakan dana perbankan sebesar Rp 55 triliun melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mudah diakses petani.

"Yang macet 00,3 persen. Presiden memintanya untuk menggunakan hingga Rp 70 triliun," ungkapnya.

Menurut SYL, banyak lahan yang bagus, namun untuk lebih bagus lagi dengan menggunakan mesin pertanian modern.

Petani juga harus menggunakan benih berkualitas dan pemupukan yang tepat dan berimbang.

"Mau tunggu pemerintah, tidak sampai. Uang di bank, yang ada di BNI, Mandiri dan lain-lain uang pemerintah, uang subsidi. Jika ambil sendiri bunganya 15 persen, ini dana KUR hanya 6 persen," ujarnya.

SYL menilai tanah dan manusia telah bagus, sehingga tinggal intervensi dengan sumberdaya manusia yang semakin terampil, teknologi, mekanisasi, dan market tablenya seperti apa.

"Cocokmi, hitungkan saya pak kadis, pak dirjen sampai dryer-nya dan lainnya. Sudah harus naik kelas," tuturnya.

SYL berharap satu hektar jagung bisa menghasilkan keuntungan Rp 10 juta hingga Rp 14 juta.

"Hasilnya tersebut sudah keluar biaya gaji orang telah keluar. Tinggal penghasilan bersih," sambung SYL.

Di sisi lain, SYL pun mengungkapkan semua penggilingan di Bone menghasilkan beras dengan harga Rp 8.100 per kilogram, gabah Rp 4.100 per kilogram.

Namun demikian, sebaiknya dapat menghasilkan beras dengan harga Rp 12 ribu, yakni beras premium sehingga kualitas mesin penggilingannya harus ditingkatkan.

"Jadi hitungkan saya pak bupati, tidak boleh lagi rakyat menunggu. Harus jelas. Kira-kira itu dipikiran saya supaya tidak sia-sia," bebernya.

SYL meminta pemda memeriksa kualitas pupuk yang digunakan saat ini.

"Artinya masih butuh sebuah budaya untuk meningkatkan produktivitas, ini tinggi tetapi mestinya bisa lebih besar. Pertanian tergantung vareitas yang bagus. Ditambah pupuk yang tepat, obat-obatan kalau terjadi serangan," pinta SYL.

SYL juga mengatakan selama setahun Covid-19, sektor pertanian menjadi penunjang pertumbuhan ekonomi sekitar 16,4 persen. Kira-kira mencapai Rp 2 ribu triliun lebih.

"Alhamdulillah kerja tulus dan tidak ada yang macam-macam, pertanian tidak mengalami penurunan secara nasional," ucap SYL.

Sementara Bupati Bone, Andi Fahsar Mahdin Padjalangi menuturkan wilayahnya menjadi penyuplai sektor komoditi jagung di tingkat nasional. Produksi jagung per tahun mencapai 500 ribu ton jagung

"Jadi Kabupaten Bone Insyaallah akan mendukung kebutuhan nasional," katanya.

Tak hanya komoditi jagung, sambung Fahsar, Kabupaten Bone juga menjadi andalan pada sektor komoditi padi atau beras dan sapi secara nasional.

Produksi komoditas pertanian utamanya yakni beras

"Kabupaten Bone, sebagai penghasil beras nasional berada pada urutan tujuh nasional pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 sedikit menurun pada urutan sembilan," ucapnya.

"Demikian pula dengan populasi peternakan sapi, Kabupaten Bone berada pada urutan kedua nasional," imbuh Fahsar.

Perlu diketahui, luas panen jagung nasional sebesar 4,1 juta hektare dengan produktivitas 5,58 ton per hektar, produksinya 22,9 juta ton pipil kering kadar air 25 persen atau 19,9 juta ton PK dengan KA 15 persen.

Luas panen jagung Sulsel 291.442 hektare, produktivitas 5,67 ton per ha sehingga produksinya 1,66 juta ton pipil kering dengan kadar air 25 persen. Adapun luas panen jagung Bone 48.541 hektare dan dengan produktivitas 6,57 persen, produksinya 321.944 ton pipil kering dengan kadar air 25 persen. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kementan   SYL   Bone   pertanian  

Terpopuler