jpnn.com, SERANG - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan pemerintah terus meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor berbagai komoditi strategis ke luar negeri. Salah satunya adalah komoditi daging ayam olahan.
“Alhamdullillah saat ini produk ayam olahan kita sudah bisa menembus pasar Papua New Guinea (PNG). Kiriman perdana akan kita lepas dengan total barang yang akan diekspor yaitu sebanyak 1000 carton, dengan berat bersih 5.999,25 kg,” ungkap Menteri Amran saat melepas ekspor perdana produk daging ayam olahan milik PT. Charoen Pokphand Indonesia ke Papua New Guinea, di Kawasan Industri Modern Cikande Serang Provinsi Banten, Senin (13/3).
BACA JUGA: Kementan Siap Replanting Lahan Kelapa Sawit
“Mudah-mudahan berikutnya segera dapat kita realisasikan ekspor produk-produk peternakan lainnya ke Jepang dan Vietnam yang saat ini sedang dalam proses,” kata Amran menambahkan.
Kata Amran, produksi ayam ras nasional di Indonesia saat ini mengalami surplus dengan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam sekitar 10 kg/kapita/tahun.
BACA JUGA: FAO Dukung Upaya Kementan Wujudkan Ketahanan Pangan
Berdasarkan data Statistik Peternakan tahun 2016, populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,59 miliar ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 juta ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 juta ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2 persen dari populasi pada tahun 2015.
Produksi daging unggas menyumbang 83 persen dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66 persen dari penyediaan daging nasional.
BACA JUGA: Sambangi KPK, Mentan Diskusi Khusus Soal Ini
Berdasarkan informasi dari masyarakat perunggasan, industri perunggasan ayam di Indonesia dapat menyediakan produksi daging ayam ras berapapun jumlah yang diminta oleh pasar.
Oleh karena itu, peningkatan populasi ayam ras ini harus diimbangi dengan seberapa besar kebutuhan atau permintaan untuk menghindari terjadinya penurunan harga akibat over supply daging ayam.
“Kita terus dorong pelaku usaha perunggasan untuk dapat berdaya saing dan meningkatkan ekspornya,” kata Mentan Amran.
Hal ini tentunya selain untuk meningkatkan GDP (Gross Domestic Product) Indonesia, juga sekaligus dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh masyarakat perunggasan di Indonesia saat ini yaitu harga ayam hidup dan daging ayam yang sangat berfluktuasi.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengendalikan harga ini adalah dengan membuka pasar di luar negeri. Karena dia berharap para pelaku industri perunggasan dapat menjual produk daging ayamnya ke pasar di luar negeri, sehingga pasar dalam negeri dapat diisi peternakan unggas rakyat.
Namun, lanjut Mentan, beberapa negara belum dapat menerima daging ayam segar dingin dan beku karena Indonesia belum bebas penyakit AI (Avian Influenza).
Namun untuk mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor, maka ayam hidup harus berasal dari peternakan ayam yang telah mendapatkan sertifikat kompartemen bebas penyakit AI dari Kementerian Pertanian melalui Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.
“Selain itu juga harus mendapatkan dukungan jaminan kemanan pangan berupa Sertifikat Veteriner dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementan,” tambahnya.
Mentan Amran menambahkan bahwa unit usaha milik PT. CPI yang berada di Cikande Serang ini telah memperoleh Sertifikasi NKV (Nomor Kontrol Veteriner) sebagai bentuk penjaminan pemerintah terhadap keamanan produk hewan, yang menjadi suatu keharusan bagi setiap unit usaha yang akan mengekspor produk hewan.
“Sertifikasi NKV merupakan upaya pemerintah dalam memberikan jaminan persyaratan kelayakan dasar dalam sistem jaminan,” tutupnya.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Wakili Presiden Beri Penghargaan Wirausaha Muda
Redaktur & Reporter : Budi