jpnn.com, BOGOR - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan, pihaknya telah menyiapkan 20 juta hektare lahan kering dan rawa sebagai solusi permanen untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan nasional di Indonesia. Dia meyakini lahan tersebut memiliki potensi strategis untuk sumber pertumbuhan baru produksi pertanian.
Amran mengaku optimistis optimalisasi sumber daya lahan kering dan rawa sebagai lahan pertanian merupakan strategi kunci untuk meningkatkan produksi pertanian dalam rangka pemenuhan pangan bagi penduduk yang jumlahnya terus meningkat. Jumlah penduduk selama periode 2014-2018 mengalami kenaikan 12,8 juta jiwa sehingga kini totalnya mencapai 265 juta jiwa.
BACA JUGA: Kementan Bakal Berikan 50 Ayam untuk Keluarga Miskin
“Kita meletakkan fondasi dari sekarang, kita siapkan untuk generasi kita ke depan, bahkan kita masih mampu menghidupi penduduk Indonesia yang nantinya bisa mencapai 500 juta hingga satu miliar,” ujar Amran dalam rapat Rapat Koordinasi Litbang Pertanian terkait Pengembangan Lahan Kering dan Rawa di Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSLP) Bogor, Senin (16/4).
Menurutnya, strategi pemanfaatan lahan suboptimal akan mampu mendukung program pengentasan kemiskinan yang menjadi prioritas pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat ini. “Yang bisa menyelesaikan kemiskinan Indonesia adalah pertanian, optimalisasi 20 juta hektare lahan rawa dan lahan kering juga akan berdampak kepada peningkatan pendapatan petani,” papar Amran.
BACA JUGA: Mentan: Sektor Peternakan Mampu Entas Kemiskinan di Pedesaan
Peningkatan produksi pangan nasional selama ini masih bertumpu pada lahan sawah irigasi. Sedangkan lahan suboptimal seperti lahan rawa dan kering belum termanfaatkan secara maksimal.
Untuk itu Amran menugaskan kepada para peneliti di Litbang Pertanian agar dalam waktu satu minggu ini membuat peta jalan atau roadmap untuk optimalisasi lahan kering dan rawa sebagai acuan bersama. Melalui optimalisasi potensi lahan kering dan rawa yang ditunjang inovasi teknologi yang spesifik dan dengan memanfaatkan keunggulan komparatif suatu wilayah serta manajemen air yang tepat, Amran optimistis target produksi komoditas pangan strategis akan tercapai.
BACA JUGA: Amran Geber Pengentasan Kemiskinan Lewat Sektor Peternakan
Lahan kering biasanya kekurangan air, sedangkan lahan rawa justru kelebihan. Menurut Amran, dengan pengelolaan air yang tepat maka lahan kering dan rawa yang selama ini menganggur akan menjadi lahan produktif.
Contoh yang mengembirakan datang dari petani jagung di Desa Gunung Raja di Kabupaten Tanah Laut yang menerapkan pola tanam zig-zag diikuti dengan penggunaan pupuk fosfat alam serta teknologi yang tepat. Kini, petani setempat mampu memproduksi 20 ton jagung per hektare atau setara tiga kali lipat hasil rata–rata petani.
Cara serupa juga diikuti diterapkan di berbagai wilayah lainnya seperti Lampung dan Kalimantan Tengah.
Pada kesempatan sama, Kepala BBSLP Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan, total lahan rawa pasang surut yang berpotensi menjadi lahan pertanian adalah 3,5 juta hektare. Adapun lahan rawa lebak seluas 15 juta hektare, sedangkan lahan kering yang berpotensi untuk menjadi lahan produktif seluas 24 juta hektare.
Lahan tersebut tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Lampung. “Peningkatan produksi difokuskan untuk komoditas strategis pemasok pangan seperti padi, jagung dan kedelei, juga komoditas penstabil inflasi hingga komoditas berorientasi ekspor seperti lada dan cengkeh,” tutup Dedi.(eno/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Vinegar Air Kelapa, Solusi Sehat Sebagai Pengawet Alami
Redaktur & Reporter : Antoni