Mentan Syahrul: Sedapat Mungkin Hindari Lahan Gambut untuk Pertanian

Jumat, 12 Februari 2021 – 02:15 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Foto: Kementan.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan lahan rawa yang tersebar Indonesia sebagian besar mempunyai pontensi untuk pengembangan komoditas pertanian.

"Lahan rawa Indonesia luas, sebagian besar potensi untuk lahan pertanian, namun harus hati-hati harus dicari komoditas yang cocok untuk di lahan rawa," ujar Mentan Syahrul saat webinar HGI Series #2 “Praktik Pengelolaan Gambut secara Berkelanjutan untuk Pengembangan Ekonomi, Lingkungan, dan Masyarakat” di Jakarta, Kamis (11/2).

BACA JUGA: Mentan Syahrul Memperingatkan: Jangan Merekayasa Korban Bencana

Meski begitu, mantan gubernur Sulawesi Selatan itu tidak telalu merekomendasikan lahan gambut untuk pengembangan pertanian. “Sedapat mungkin dihindari lahan gambut untuk pertanian,” ujar Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi mengatakan, lahan gambut sebetulnya sudah lama dimanfaatkan masyarakat di daerah rawa.

BACA JUGA: Hebat! Rumput Laut Samarinda Tembus Pasar Korea, LaNyalla: Harus Dikembangkan

“Kuncinya pengelolaan pertanian di lahan gambut harus hati-hati jangan sampai terlalu banyak di-drainase, jangan over drain karena akan merusak komposisi gas rumah kaca,” ujar Dedi pada acara yang sama.

Dedi menegaskan lahan gambut yang dangkal sebetulnya menguntungkan pertanian. “Jarang yang memanfaatkan gambut yang dangkal,” katanya.

BACA JUGA: Anggota Komisi IV DPR: Seharusnya Anggaran Kementan Ditambah, Bukan Malah Dikurangi

Menurutnya, bila ini dimanfaatkan dengan baik akan menguntungkan pertanian.

“Bahkan produktivitas yang dihasilkan bisa mendekati produktivitas sawah di daerah Jawa,” sambungnya.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan pengelolaan gambut tidak cukup hanya dilakukan secara berkelanjutan.

Namun, ujar dia, perlu dilakukan secara bertanggung jawab dan bijaksana.

Menurut dia, gambut harusnya tidak hanya dilihat sebagai aset lingkungan tetapi ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara.

"Ketiganya harus seiring dan sejalan dalam mengelola, memanfaatkan dan melindungi ekosistem gambut,” katanya.

Jadi, lanjut Alue, ada keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial.

“Tidak boleh hanya memperhatikan dan memberikan penekanan pada satu aspek saja," jelas dia.

Alue menambahkan tantangan pengelolaan gambut tropis sangat dinamis.

Tidak hanya terkait dengan tantangan dalam hal restorasi dan konservasi keanekaragaman hayati, tetapi juga meningkatkan sejahteraan masyakrakat, produktivitas lahan, kepastian hutan, tata kelola ksumber daya air dan tantangan lainnya menuju pemanfaatan yang bisajaksana dan berkelanjutan.

"Kita perlu tahu bahwa gambut ini adalah ekosistemnya sangat unik, namun juga sangat rentan dan sensitif terhadap gangguan dan degradasi. Sehingga kita perlu mengelolanya dengan prinsip kehati-hatian dan menerapkan tiga prinsip di atas," kata dia. (*/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler