Mentan Syahrul Yasin Limpo: Porang Adalah Komoditas Mahkota

Kamis, 25 Maret 2021 – 17:51 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Foto: Kementan.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo membuka talkshow membahas komoditas porang yang memiliki potensi besar terhadap perkembangan ekspor produk pertanian nasional, di Auditorium Puslitbangtan, Cimanggu, Bogor, Jawa Barat (Jabar).

"Saya ingin mengatakan bahwa diskusi (soal) porang ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, kita (Kementan) memiliki tanggung jawab yang sama untuk menghadirkan kehidupan yang lebih baik dari sisi sektor pertanian," ujar Mentan Syahrul, Kamis (25/3).

BACA JUGA: Balitbangtan Atasi Kelangkaan Bibit Porang dengan Teknik Kultur Jaringan

Turut hadir dalam diskusi itu antara lain Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Fadjri Djufri serta sejumlah pegiat porang dari sejumlah daerah.

Mentan Syahrul menyebut komoditas porang saat ini makin menggeliat.

BACA JUGA: Gus Jazil Dorong Kemandirian Santri Lewat Pertanian Porang

Menurut dia, hal ini ditandai dengan terus meningkatnya permintaan ekspor untuk bahan baku kosmetik lipstik.

Selain itu, kata dia, juga untuk kebutuhan nutrisi yang bagus bagi ketahanan tubuh.

BACA JUGA: Ekspor 60 Ton Porang, Mentan SYL Ajak Petani dan Eksportir Millenial Bergabung

"Jadi tidak heran kalau saya bilang komoditas porang adalah komoditas mahkota. Bayangkan saja dalam 15 tahun ini baru pertama kali ekspor kita lebih dari 15,4 persen,” katanya.

Mantan gubernur Sulawesi Selatan yang menjabat dua periode ini menjelaskan bahwa ekspor porang di Indonesia tinggi.

Menurut dia, sudah ada 13 negara yang memesan kepada Indonesia, antara lain Tiongkok, Vietnam, Filipina.

“Oleh karena itu bicara porang adalah bicara masa depan," katanya.

Menurut Syahrul, saat ini pihaknya sudah mempersiapkan 5 cara bertindak atau yang lebih dikenal dengan istilah (5 CB) untuk mewujudkan peningkatan komoditas porang.

Dia menjelaskan CB 1 adalah mengembangkan kapasitas peningkatan produksi. CB 2 berkaitan dengan pangan lokal.

CB 3 penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. CB 4 pengembangan pertanian modern. CB 5 adalah gerakan tiga kali ekapor (Geratieks).

Menurutnya, saat ini semua CB tersebut sudah dilaksanakan dengan sistem kerja extraordinary, serta penuh keyakinan dan optimisme menjadikan pertanian Indonesia makin diperhitungkan.

"Pertanian itu sudah di depan mata karena kita (Indonesia) punya 270 juta penduduk yang semuanya sudah mengenal pertanian. Makanya, tata kelolanya harus dipersiapkan. Sebab, yang tidak boleh hilang adalah makanan," kata Syahrul Yasin Limpo.

Fadjri Djufri menambahkan bahwa saat ini pemerintah telah menyiapkan teknologi modern untuk mengakomodasi kepentingan produksi komoditas porang dari hulu sampai hilir.

“Sekarang kami sudah berhasil melepas porang Madiun 1, sekaligus sedang melakukan identifikasi dan observasi untuk porang-porang unggul lainya,” ujarnya.

Fadjri meambahkan pihaknya juga telah menemukan formula percepatan bibit porang yang lebih canggih lagi.

“Target kami tahun ini punya 10 juta benih. Tentu kami menggandeng pemerintah daerah, swasta dan pegiat porang lainya," katanya.

Fadjri mengaku tengah menyiapkan sistem pengolahan pascaproduksi seperti pengelolaan sistem porang yang untuk selanjutnya dijadikan tepung maupun chips.

"Kalau sudah diolah nilai jualnya juga tinggi. Inilah yang juga akan kami siapkan," tutupnya. (*/jpnn)


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler