Mentan SYL Dorong Pengembangan Benih Kopi Unggul untuk Dongkrak Ekspor

Minggu, 28 Agustus 2022 – 17:49 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) saat meninjau nursey bibit kopi di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Garut, Minggu (28/8). Foto: Dokumentasi Kementan

jpnn.com, CIKAJANG KAB. GARUT - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong agar Indonesia menjadi negara nomor satu penghasil kopi dunia.

Hal itu disampaikan saat meninjau pembibitan benih kopi di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (28/8).

BACA JUGA: Kementan Memperluas Lahan Food Estate di Kalteng

Mentan SYL menyampaikan produksi kopi Jawa Barat terus berkembang pesat.

Pada Januari-Maret 2022 total penanaman mencapai 499 ribu batang.

BACA JUGA: Kementan Gelorakan Program Jaga Pangan di Titik Terluar Indonesia, Ini Tujuannya

Kemudian bertambah lagi pada April-Juni sebanyak 1,01 juta batang, Juli-September 300 ribu batang, dan pada Oktober-Desember ditarget 900 ribu batang.

"Jawa Barat masuk sepuluh besar kawasan pengembangan kopi di Indonesia," kata Mentan SYL saat meninjau nursey bibit kopi di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Garut, Minggu (28/8).

BACA JUGA: Bahas Ketahanan Pangan Global, Sekjen Kementan Pimpin Pertemuan Asean

Secara nasional, kata SYL, luas areal kopi nasional pada tahun lalu mencapai 1,26 juta hektera.

Terdiri dari luas kopi perkebunan rakyat (PR) seluas 1,23 juta hektare atau 98 persen dan perkebunan besar seluas 0,03 juta hektare atau 2 persen.

Inovasi bibit kopi harus dapat dikembangkan di berbagai daerah sehingga Indonesia yang saat ini menduduki posisi ketiga produksi kopi dapat dengan cepat menduduki posisi pertama di dunia ke depannya.

"Pengembangan kopi melalui produksi benih kopi harus diwujudkan sekaligus untuk memenangkan tantangan krisis pangan dan energi di masa depan. Ekspor kopi pun meningkatkan dan kopi kita nomor satu di dunia," tegasnya.

Berdasarkan status keadaan tanaman, luas kopi nasional terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 188,91 ribu hektare dan tanaman menghasilkan (TM) seluas 947,92 ribu hektare.

Adapun luas areal tanaman tidak menghasilkan atau tanaman rusak mencapai 122,16 ribu hektare.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menambahkan saat ini produksi kopi nasional mencapai 774,70 ribu ton.

Dari jumlah tersebut, terdiri dari produksi kopi perkebunan rakyat sebesar 769 ribu ton atau 99,33 persen dan produksi kopi perkebunan besar sebesar 5,67 ribu ton atau 0,67 persen.

Semua kopi tersebut tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan produktivitas 817 kilogram per hektare.

"Produksi kopi yang dihasilkan sebagian besar di ekspor dengan volume ekspor tahun 2021 sebesar 382,93 ribu ton dan memberikan kontribusi devisa senilai Rp 12,35 triliun atau penghasil devisa sektor perkebunan terbesar kelima setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kelapa," beber Dirjen Andi.

Andi menjelaskan perolehan devisa yang ada saat ini belum mencerminkan kontribusi nilai optimal.

Hal ini mengingat sebanyak 98,01 persen kopi yang diekspor masih dalam bentuk produk primer atau kopi biji dengan kualitas ekspor didominasi 70 persen oleh mutu sedang sampai rendah grade IV hingga VI.

Kendati demikan, lanjut Andi, Kementan sejak 2020 mulai menggenacarkan Kegiatan BUN500, yakni penyediaan benih uggul bermutu tanaman perkebunan 500 juta batang.

"Upaya tersebut di antaranya membangun Nursery BUN dan memproduksi benih kopi secara swakelola dan mendorong produsen benih mitra untuk membangun dan memproduksi benih di dalam atau sekitar kawasan pengembangan kopi," jelasnya.

Dia menambahkan saat ini jumlah produsen nurseri mitra benih kopi mencapai 47 unit yang tersebar di 14 provinsi.

"Pemerintah terus mengembangkan kopi nasional untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan dalam negeri," ujar Nur Alam. (mar1/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler