Mentan SYL Minta Daerah Manfaatkan KUR dan Teknologi untuk Meningkatkan Produksi

Rabu, 26 Mei 2021 – 11:30 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL). Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Mekanisasi dan penggunaan teknologi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembangunan pertanian modern.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam arahannya ketika membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021 juga sudah mempertegas hal tersebut.

BACA JUGA: Resmikan Bendungan Sindangheula di Banten, Jokowi Harap Perkuat Sektor Pertanian-Industri

"Bapak Presiden waktu itu menyampaikan bahwa penerapan teknologi pertanian diharapkan mampu menekan biaya produksi menjadi lebih murah sehingga menciptakan harga yang kompetitif dari produksi komoditas pertanian nasional," kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menjadi narasumber “Indonesia Food Summit (IFS) 2021”, di Jakarta, Selasa (25/5).

Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi mengatakan bahwa masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dan memberikan pendapatan lebih kepada petani terutama pada proses pascapanen.

BACA JUGA: Gairahkan Perekonomian, Mentan Syahrul Yasin Limpo Kembangkan Agrowisata Sawah

"Di Sumbar, berdasarkan pengalaman yang ada, pasca panen perlu diintervensi untuk menghindari food losses yang saat ini bisa mencapai 50 persen," kata Mahyeldi dalam kesempatan itu.

Menurutnya, salah satu upaya yang bisa ditempuh menurutnya adalah dengan merevitalisasi rice milling unit (RMU) yang ada. "RMU di Sumbar ada sekitar 5 ribuan yang itu usianya sudah puluhan tahun, 20 sampai 30 tahun," ungkapnya.

BACA JUGA: Petani Milenial Sangat Menentukan Keberhasilan Pembangunan Pertanian

Mahyeldi memperkirakan dengan memperbaiki RMU akan meningkatkan kualitas dan produksi beras sampai 12 persen. Apalagi, tambahnya, dalam proses panen menggunakan teknologi seperti combine harvester.

Mentan Syahrul Yasin Limpo mengakui pemerintah pusat memiliki keterbatasan anggaran sehingga apa yang menjadi harapan gubernur Sumbar tersebut tidak bisa serta merta dilakukan. Menurut Syahrul, pendistribusiannya bertahap dan tidak bisa semuanya langsung diberikan.

Oleh karena itu, Syahrul menegaskan, skema KUR dan pelembagaan petani dalam bentuk korporasi diharapkan menjadi jawaban.

"Bapak, ibu, RMU yang ada di indonesia kurang lebih jumlahnya hanya 186 ribu unit, dan hemat saya, dana KUR bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki atau meng-upgrade-nya," jelas Mentan Syahrul.

Pengembalian dana pinjaman KUR di sektor pertanian tahun 2020 cukup sehat bagi sektor perbankan. Pasalnya, nilai non performing loan (NPL) atau kredit macet hanya 0,6 persen dari total nilai pinjaman KUR.

"Alokasi KUR pertanian tahun 2021 Rp 70 triliun. Ini bisa dimanfaatkan dan akan berguna untuk membiayai pada pascapanen,” katanya.

Mentan Syahrul berharap ke depan para petani harus sudah bisa menjual beras dengan packaging yang menarik. Penggilingan beras di desa-desa harus ditumbuhkan.

“Saya harapkan berasnya jangan dijual ke mana-mana, karena ada konsumen yang pasti sekitar 4 juta yang terdiri dari PNS, anggota TNI/Polri dan juga kegiatan sosial," ungkap Mentan Syahrul.

Menteri Perdagangan M. Luthfi mengatakan bahwa harga gabah kering panen (GKP) Rp 4.200. Namun, ujar Luthfi itu harga sebelum proses sebelum panen. Harga setelah panen menjadi Rp 8.600, atau ada penambahan sekitar Rp 4.400.

“Jadi ini, kasarnya yang kerja dari pagi sampai sore itu Rp 4.200 tetapi pascanya itu Rp 4.400, untuk mendapatkan beras medium. Ini ada yang mesti kita perbaiki bersama, kalau tadi ada kemungkinan losses sekitar 10 persen, bisa jadi mungkin lebih, mencapai 50 persen," kata Luthfi. (*/jpnn)

 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler