jpnn.com, MAKASSAR - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendapatkan gelar profesor kehormatan dalam Bidang Hukum Tata Negara dan Kepemerintahan pada Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas).
Rektor Unhas Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan Mentan SYL layak mendapatkan gelar tersebut.
BACA JUGA: Mentan SYL Tinjau Ketersediaan Sapi Siap Potong di Deli Serdang, Aman
“Para mahasiswa mendapatkan sumber ilmu bervariasi dari seorang pakar keilmuan yang kaya prestasi, pandai berorasi, dan menguasai best practices,” ungkap Dwia saat menyampaikan pidatonya pada acara pengukuhan SYL sebagai profesor kehormatan di Universitas Hasanuddin, Makassar, Kamis (17/3).
Dwia menyebutkan kiprah SYL di pemerintahan tidak main-main.
BACA JUGA: Mentan SYL Sebut Ketersediaan Pangan Cukup, Tetapi Perlu Ada Peningkatan
Dia mengatakan Mentan SYL memulai karir sebagai pegawai negeri sipil Pemprov SulseL pada 1980.
Mentan SYL disebutnya memiliki perjalanan politik yang berbeda dibandingkan tokoh-tokoh nasional lainnya.
BACA JUGA: Jelang Ramadan, Mentan SYL Pastikan Stok Pangan Tersedia
“Karir beliau dimulai dari bawah, kepala desa, camat, dan bupati, hingga menjadi gubernur dan menteri. Tidak banyak tokoh Indonesia seperti ini,” tambah Dwia.
Dwia menyebutkan hasil pemikiran tersebut membuktikan SYL sebagai tokoh nasional yang sangat dekat dengan masyarakat.
“Sekali lagi kami melihat bagaimana beliau bisa mengawinkan ilmu dengan pengalaman di lapangan dengan masyarakat," kata dia.
Dia menambahkan Mentan SYL mempunyai perpaduan antara hukum positif dengan nilai-nilai pemerintahan yang berasal dari kearifan local. Tentu ini sangat mencerahkan.
Mentan SYL menyebutkan ide tentang hibridisasi hukum tata negara positivistik dengan kearifan lokal sudah lahir sejak dirinya menjadi kepala desa.
“Bagi saya yang akrab dengan kearifan lokal dari berbagai pesan nenek moyang, melihat kepemerintahan yang berbasis pada hukum tata negara dan aturan administrasi yang rigid justru perlu dikawinkan dengan kearifan lokal, agar memiliki spirit partisipatif mendorong peran aktif masyarakat,” paparnya.
Berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan budaya lokal Bugis-Makassar, Mentan SYL mengingatkan sistem hukum Indonesia untuk mempertimbangkan basis budaya dan aspek sosiologis dalam teorisasi hukum.
“Langkah yang perlu digagas dan komitmen yang harus ditegaskan ialah bangsa Indonesia harus berani menentukan apa yang paling baik bagi bangsanya,” tegas SYL.
Dirinya pun bercerita, konsep pengetahuan hukum tata negara dan administrasi pemerintahan yang didapatkannya melalui pendidikan formal dikawinkan dengan kearifan lokal tersebut.
“Kami mendorong petani milenial dan transformasi digital dalam praktek pertanian, karena kami sadar bahwa saat ini telah terbentuk generasi baru petani atau new peasant generation yang mengandalkan teknologi digital dan didorong oleh spirit entrepreneurship," tuturnya.
Dia berharap para petani milenial bisa bahu-membahu memajukan dan memoderenkan pertanian Indonesia.
Pengukuhan SYL itu dihadiri oleh berbagai tokoh, antara lain Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rektor IPB University Arif Satria, Rektor Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Amany Burhanuddin Umar Lubis, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, dan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unhas Andi Amran Sulaiman. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan SYL: Penyaluran KUR Alsintan Harus Tepat Sasaran
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian