Menteri Basuki Ingin Kualitas Air Danau Toba Kembali Bersih

Selasa, 11 September 2018 – 01:07 WIB
Ikan mas yang mati dan dikeluarkan dari keramba. Foto: pojoksatu

jpnn.com, MEDAN - Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, menilai keberadaan keramba jaring apung (KJA) di perairan Danau Toba, membuat kualitas air danau terus menurun.

Jika tidak segera ditangani, kualitas air bisa ambruk ke level tidak layak.

BACA JUGA: Menteri Basuki: Danau Toba Akan Digarap Secara Besar-besaran

Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jendral Sumber Daya Air Kementerian PUPR, akan segera menata keramba jaring apung di Danau Toba. Tahap awal, akan dilakukan sosialisasi kepada petani atau pemilik KJA.

“Pak Luhut (Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia, Red) sudah memberikan waktu, itu harus diatur betul,” kata Basuki.

BACA JUGA: KM RoRo Ihan Batak Resmi Diluncurkan di Danau Toba

Basuki ingin kualitas air Danau Toba kembali seperti semula, dengan kondisi air yang bisa dinikmati oleh wisatawan untuk bermain air maupun berenang. Selama beberapa tahun terakhir, keberadaan KJA membuat wisatawan kurang menikmati air Danau Toba.

“Sekarang wisatawan mulai ogah mandi di Danau Toba,” terangnya.

BACA JUGA: Jutaan Ikan Mati di Danau Toba Dijadikan Pupuk Kompos

Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, menurut Basuki, sudah meneliti dan menemukan bahwa kualitas air Danau Toba kurang baik. Salah satu penyebabnya yakni KJA.

Dirjen Sumber Daya Air, Hari Suprayogi, mengatakan pihaknya akan berkontribusi untuk memperbaiki kualitas air di Danau Toba menjadi lebih baik.

“Kita sifatnya memberikan kontribusi saja. Soal peningkatan kualitas air Danau Toba, itu dilakukan LHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan),” katanya.

Yang pasti, Pemerintah Indonesia akan terus melakukan penghijauan terhadap kawasan Danau Toba. Agar hutan di hulu sungai tidak rusak. “Jangan lagi ada kerusakan hutan di hulu. Kalau kurang hijau, kita hijaukan,” tandasnya.

Rektor USU, Prof. Runtung Sitepu, mengungkapkan universitas ikut mendorong para akademisi dan para mahasiswa berpartisipasi dan berkontribusi mengatasi masalah sumber daya air nasional, termasuk di Sumatera Utara.

“Laju pertambahan penduduk dan laju perubahan tata guna lahan di Provinsi Sumatera Utara merupakan yang tertinggi di luar Pulau Jawa dan Bali. Sehingga masalah pengelolaan sumber daya air untuk berbagai keperluan masyarakat, juga meningkat dengan cepat,” kata Runtung dalam sambutannya pada acara PIT Hathi Ke-35 di USU.

Untuk itu, lanjutnya, kebijakan pengelolaan air pada Kawasan Strategis Nasional Danau Toba, perlu dilakukan secara optimal agar kesinambungan Sumber Daya air danau dapat lestari.

Sebelumnya, 180 ton ikan emas dan ikan nila siap panen di keramba jaring apung di perairan Pangururan Danau Toba, mendadak mati pada Rabu 22 Agustus 2018. Para petani KJA merugi hingga Rp5 miliar.

Menurut Diskanla Sumut, kematian ikan karena kualitas air danau menurun di perairan dangkal akibat padatnya KJA serta efek naiknya air bawah danau ke permukaan akibat perubahan suhu. (gus/mea)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jutaan Ikan Mati di Danau Toba, Pemkab Samosir Bilang Begini


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler