Menteri Keuangan Ungkap G20 Menyorot 4 Ancaman Dunia

Senin, 01 November 2021 – 06:10 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati negara anggota G20 menyorot empat hal yang menjadi ancaman dunia. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan berbagai hal yang menjadi sorotan dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, Italia.

Menurut Sri Mulyani, empat aspek diprediksi bakal menjadi ancaman bagi pemulihan ekonomi dunia dari dampak pandemi COVID-19.

BACA JUGA: Menteri Keuangan Akui Kebijakan PEN Mengadopsi Prinsip Islam

"Keempat aspek tersebut disoroti oleh sejumlah negara G20," kata Menkeu dalam konferensi pers terkait Pertemuan G20 secara daring di Jakarta, Minggu (31/10).

Menteri Keuangan Terbaik versi Global Markets itu mengatakan pemulihan terjadi di berbagai negara, namun kemudian muncul komplikasi lain lain terjadi, di antaranya adalah:

BACA JUGA: Kabar Terbaru dari Menteri Keuangan Bikin Bahagia, Alhamdulillah

1. Akses vaksin

Sri Mulyani juga mengatakan akses terhadap vaksin COVID-19 belum merata di seluruh dunia.

"Masih ada negara yang tingkat vaksinasinya kurang dari 3 persen seperti negara-negara di Afrika," kata dia.

BACA JUGA: Jangan Coba-Coba Lakukan Ini, Menteri Keuangan Tak Akan Tinggal Diam

Terlebih lagi, lanjut Menkeu, rata-rata vaksinasi di negara-negara miskin baru enam persen dari jumlah penduduknya sedangkan negara-negara maju sudah di atas 70 persen bahkan mendekati 100 persen.

"Ada yang telah melakukan boosting vaksin COVID-19," beber dia.

2. Inflasi

Selain itu, pemulihan ekonomi yang cepat menyebabkan tingginya permintaan terhadap komoditas, namun ternyata ada negara yang tidak siap memenuhi kebutuhan tersebut sehingga terjadi kenaikan harga komoditas atau inflasi.

3. Disrupsi suplai komoditas

Perempuan kelahiran Bandarlampung itu mengatakan ketidaksiapan itu dapat berupa adanya disrupsi suplai di pelabuhan. Salah satu contohnya, kata Sri Mulyani, tidak adanya supir yang mengangkut barang sehingga bahan baku tidak dapat dikirim dan tidak bisa diproduksi oleh industri.

“Waktu permintaan pulih dengan cepat dan kuat ternyata supply start-nya nggak tidak mengikuti,” ujarnya.

4. Krisis energi

Tak hanya itu, krisis energi terjadi karena investasi di bidang energi terutama non-renewable sudah merosot tajam.

Di sisi lain kata Sri Mulyani, permintaan terhadap energi melonjak seiring pemulihan ekonomi dan memasuki musim dingin.

“Ini mendorong inflasi yang tinggi di berbagai negara dan menjadi ancaman pemulihan ekonomi global. Indonesia perlu waspada terjadinya rembesan hal tersebut,” ucap Sri Mulyani. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler