Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati:

Menteri LHK: Jadikan Bumi Tempat yang Layak untuk Hidup Harmonis dengan Alam

Jumat, 02 Oktober 2020 – 08:55 WIB
Menteri LHK Siti Nurbaya. Foto. Dok. KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Dalam Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) ke-75 PBB, Rabu (30/9/2020), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar mewakili Presiden RI menegaskan kita harus senantiasa menjadikan bumi sebagai tempat yang layak bagi semua mahluk untuk hidup dengan harmonis.

“Untuk Indonesia, pendekatan One Health yang memadukan Healthy Environment, Healthy Animal dan Healthy People adalah pendekatan yang sesuai dengan kondisi global saat ini,” ujar  Siti Nurbaya dalam keterangan tertulis, Kamis (1/10).

BACA JUGA: KLHK Tetapkan Izin Baru Hutan Alam Primer Seluas 66,27 Hektare

Pertemuan dilakukan dalam bentuk daring karena dunia masih dilanda pandemi.

Menteri Siti mengatakan pendekatan ini mendasari kebijakan Indonesia di bidang keanekaragaman hayati antara lain penetapan sekitar 66 juta hektar dari 120 juta hektare kawasan hutan, atau 35% dari 190 juta hektar luas daratan, serta menetapkan 23,38 juta hektare atau 7,19% dari luas wilayah laut, sebagai kawasan yang dilindungi.

BACA JUGA: KLHK Sosialisasikan Mekanisme dan Kriteria Hijau Proper Tahun 2020

Indonesia juga menguatkan fungsi HCVF di 1,34 juta hektar konsesi dan mengonsolidasikan habitat satwa yang terfragmentasi untuk keselamatan spesies.

Selain itu, Indonesia telah berhasil meningkatkan populasi beberapa spesies langka, antara lain Badak Jawa, Gajah Sumatra, Harimau Sumatra, dan Curik Bali. Indonesia juga telah mengembangkan 3 jenis bioprospeksi, yaitu: Isolat bakteri Anti-frost; Anti-cancer; dan jamur bernilai ekonomi tinggi.

BACA JUGA: KLHK Sebut Masyarakat Berperan Penting dalam Rehabilitasi DAS

Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati di sela-sela Sidang Majelis Umum (SMU) ke-75 PBB tersebut bertema “Urgent Action on Biodiversity for Sustainable Development”.

Pertemuan ini menyoroti urgensi tindakan pada tingkat tertinggi dalam mendukung Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca 2020 yang berkontribusi pada Agenda 2030 dan mewujudkan Visi 2050 Keanekaragaman Hayati “Living in Harmony with Nature”.

Manfaatkan Kawasan Konservasi

Pada Pertemuan ini, Menteri Siti Nurbaya mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk membangun Kerangka Kerja Sama Pasca 2020 dengan memperhatikan kemanfaatan bersama termasuk dukungan bagi negara berkembang dalam mobilisasi sumber daya dan transfer teknologi.

Selain itu, Menteri Siti mengajak untuk mendorong dan memanfaatkan kawasan konservasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi ramah lingkungan dalam bentuk antara lain ekowisata, mandi hutan, terapi hutan, dan pengembangan tanaman obat dan material genetik lainnya.

Semua ini dilakukan, lanjut Menteri Siti, melalui mekanisme pembagian manfaat yang adil yang mengapresiasi kearifan masyarakat lokal terkait pemanfaatan informasi dan materi keanekaragaman hayati.

"Kita juga harus memperkuat pelaksanaan agenda global lainnya seperti Agenda 2030 dan Paris Agreement," pungkas Siti Nurbaya.

Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Keanekaragaman Hayati adalah salah satu pertemuan dalam rangkaian SMU ke-75 PBB yang berlangsung dari tanggal 21 September hingga 2 Oktober 2020. Mengingat kondisi pandemi, penyelenggaraan SMU PBB kali ini dilaksanakan secara hybrid.

Pertemuan fisik di Markas Besar PBB di New York hanya dihadiri oleh perwakilan negara yang berkedudukan Amerika Serikat. Seluruh delegasi lainnya mengikuti pertemuan secara virtual.(jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler