Menteri Nadiem: Kesehatan Guru dan Siswa Harus Jadi Prioritas Utama

Jumat, 15 Mei 2020 – 23:49 WIB
Menteri Nadiem Makarim saat melakukan pembahasan perubahan mekanisme pembayaran dana BOS di Jakarta, Senin (10/2). Foto: Humas Kemendikbud

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan, kesehatan pada insan pendidikan menjadi prioritas di masa Pandemi Covid-19. Itu sebabnya belajar dari rumah dinilai sebagai langkah strategis pertama pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 secara luas.

"Semenjak awal pandemi, kami langsung menerapkan program Belajar dari Rumah sebagai kebijakan nasional. Kerangka peraturan juga dibuat jauh sebelum perusahaan-perusahaan menerapkan bekerja dari rumah dan melakukan usaha pencegahan lainnya. Kami mengambil pendekatan berbasis keutamaan dalam membuat keputusan, dan keputusan pertama yang diambil adalah mengutamakan kesehatan. Keselamatan guru, siswa, dan orang tuanya merupakan prioritas utama kami," kata Mendikbud pada Konferensi Pers Internasional "Adaptasi Pendidikan Selama Covid-19", di Istana Kepresidenan Jakarta.

BACA JUGA: Kenangan Anak Buah Menteri Nadiem soal Didi Kempot Bikin Ambyar Panggung Siger

Indonesia adalah negara yang memiliki kepulauan terbesar di dunia dengan populasi 45,3 juta siswa dan 2,7 juta guru. Indonesia memiliki sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Hal ini menjadikan upaya penanganan dampak Covid-19 di dunia pendidikan menjadi tidak mudah dan tidak mungkin diseragamkan. Kemendikbud terus bekerja sama dengan pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memastikan masa transisi pembelajaran di sekolah menjadi belajar dari rumah dapat berjalan sebaik mungkin.  

Mendikbud mengakui pembelajaran di masa pandemi memang tidak mudah. Namun, Kemendikbud terus berupaya memastikan pembelajaran tetap terjadi. "Harus diakui situasi ini tidak optimal dan pencapaian pendidikan tidak akan sama pada saat krisis Covid-19 ini terjadi di Indonesia dan di negara lain di dunia. Kenyataan tersebut harus diterima dan berusaha mengurangi dampaknya sebanyak mungkin. Kemendikbud terus melakukan segala daya, siang dan malam untuk mencoba memperbaiki situasi ini," ungkapnya.

BACA JUGA: 850 Guru Agama dan Mengaji dapat Sembako dari Menag

Namun, masa krisis ini menjadi momentum melakukan observasi guna mendapatkan umpan balik di lapangan. Kemendikbud terus berupaya menyediakan beragam solusi untuk memastikan setiap satuan pendidikan melakukan apa yang terbaik bagi mereka. Sekaligus mendorong terjadinya eksperimen guna menemukan pendekatan-pendekatan baru dalam pendidikan di masa depan.

"Kemendikbud harus mengambil bagian untuk membantu menghadirkan pemahaman mengenai apa kunci utama keluar dari krisis ini dan bagaimana berpartisipasi dalam hal itu," ujar Nadiem. 

BACA JUGA: Komisi X DPR Tolak Siswa Kembali Bersekolah saat Corona Belum Kalah

Selanjutnya, prioritas Kemendikbud adalah meningkatkan fleksibilitas penggunaan anggaran sekolah untuk menangani krisis. "Hal pertama yang dilakukan adalah dengan memberikan anggaran (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikirimkan dari pemerintah pusat kepada sekolah-sekolah agar dapat digunakan untuk membeli alat kesehatan dan kebersihan diri, juga pulsa/data seluler untuk mendukung aktivitas pembelajaran termasuk pembelajaran daring," jelas Nadiem.

Mendikbud juga menyampaikan beberapa langkah di bidang kebudayaan. Salah satunya membuat platform agar seniman dan pegiat budaya dapat tetap tampil, menghibur dan menyemangati orang-orang yang berada di rumah melalui pertunjukan atau kelas daring. "Serta menyediakan tur virtual di museum serta situs budaya yang penting untuk mempertahankan nasionalisme selama krisis ini," ujarnya.

Belajar dari Covid-19, salah satu hikmah positif yang diambil adalah meningkatnya empati dan pemahaman orang tua kepada para guru. Di sisi lain, guru juga semakin menyadari betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan. "Dimana orang tua merupakan mitra penting dalam kesuksesan pendidikan seorang siswa," ujar Mendikbud.  

Kemudian, semua pihak dapat melihat masifnya penggunaan teknologi untuk pembelajaran oleh para guru, siswa, dan orang tua. Meski didorong keterpaksaan karena kebijakan belajar dan mengajar dari rumah, tetapi ini menunjukkan pentingnya peningkatan kapasitas adaptasi kepada teknologi, serta penyediaan infrastruktur yang mendukungnya seperti jaringan internet dan listrik.

"Meskipun terlihat di banyak daerah masih berjuang dalam mengadopsi penggunaan teknologi (untuk pembelajaran), banyaknya orang yang dipaksa untuk bereksperimen dan mencoba untuk pertama kalinya, pada akhirnya hal ini mempercepat proses pengadopsian teknologi ke depannya," pungkasnya.(esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler