jpnn.com, JAKARTA - Mengatasi krisis pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan program Merdeka Belajar Episode ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar.
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus makin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.
BACA JUGA: Mas Nadiem Pastikan Kurikulum Merdeka Tidak Dipaksakan Selama 2 Tahun, Setelah Itu?
Menteri Nadiem menyebutkan beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka.
Pertama, lebih sederhana dan mendalam karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.
BACA JUGA: Nadiem Sebut Kurikulum Merdeka Hanya sebagai Opsi Pembelajaran
Kedua, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.
"Para guru akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Lalu sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik," jelas Menteri Nadiem di kanal YouTube Kemendikbud RI dipantau Rabu (23/2).
BACA JUGA: Calon PPPK & Guru Honorer Lulus PG Jangan Dikorbankan Lagi, Dana Ada Enggak sih?
Ketiga, penerapan Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif di mana pembelajaran melalui kegiatan projek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual.
Misalnya, isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
Menteri Nadiem kembali mengingatkan, sejak tahun ajaran 2021/2022, Kurikulum Merdeka yang sebelumnya dikenal sebagai Kurikulum Prototipe telah diimplementasikan di hampir 2.500 sekolah yang mengikuti Program Sekolah Penggerak (PGP) dan 901 SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) sebagai bagian dari pembelajaran paradigma baru.
Mulai 2022, Kurikulum Merdeka dapat diterapkan satuan pendidikan meskipun bukan Sekolah Penggerak, dari TK-B, SD dan SDLB kelas I dan IV, SMP dan SMPLB kelas VII, SMA dan SMALB dan SMK kelas X.
Sejumlah kepala satuan pendidikan antusias dengan penerapan Kurikulum Merdeka. Seperti pengakuan Padil Sarip Mako, Kepala SLBN Batu Merah Ambon Maluku.
Dia menyampaikan dampak positif penerapan Kurikulum Merdeka di sekolahnya. Dengan menerapkan kurikulum prototipe (Kurikulum Merdeka) sekolah penggerak, sekolahnya bisa mengembangkan karakter profil pelajar Pancasila sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
“Menggunakan pembelajaran berbasis proyek, memberikan kesempatan kepada siswa lebih percaya diri untuk belajar melalui pengamatan bagaimana bekerja sama, bagaimana toleransi antarsesama dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila,” tuturnya.
Sementara, Armayanti, kepala SMK Swasta Taman Siswa Medan Sumatera Utara mengungkapkan Kurikulum Merdeka juga mendukung peningkatan kualitas pelayanan pembelajaran dan kualitas lulusan.
“Penerapan kurikulum Prototipe/Merdeka ini memberikan ruang bebas berkreasi bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas kompetensinya melalui gerakan Merdeka Belajar,” katanya.
Mendikbudristek Nadiem Makarim mengimbau para guru dan kepala sekolah agar mempelajari pilihan-pilihan kurikulum dan informasi lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka dari Platform Merdeka Mengajar serta kurikulum.kemdikbud.go.id.
Kemudian, bagi Satuan Pendidikan yang berminat dapat mengisi angket dan mendaftar untuk menerapkan Kurikulum Merdeka pada kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id, sampai 31 Maret 2022. Untuk satuan pendidikan swasta perlu mendapatkan persetujuan dari Yayasan.
Menteri Nadiem mengimbau para kepala Dinas Pendidikan untuk mendukung satuan pendidikan yang memutuskan menerapkan Kurikulum Merdeka.
“Ayo, unduh Platform Merdeka Mengajar dan pelajari lebih dalam, serta mengambil peran untuk menyukseskan Kurikulum Merdeka,” ajak Menteri Nadiem Makarim. (esy/jpnn)
Redaktur : Soetomo
Reporter : Mesya Mohamad