jpnn.com, SORONG - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyampaikan Kementan telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, yaitu pertanian maju, mandiri dan modern.
"Arah kebijakan ini menjadi pedoman bagi kita semua untuk bertindak cepat, cermat dan akurat bagi jajaran Kementerian Pertanian dalam mencapai kinerja yang lebih baik," kata Mentan SYL saat membuka 'Pelatihan Kewirausahaan Petani Milenial Sorong', Senin (4/10).
BACA JUGA: Semangati Petani Milenial, Mentan Syahrul: Papua Barat Harus Jadi Pemenang
Dia berharap pelatihan ini dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dengan memanfaatkan teknologi mutakhir melalui optimalisasi peran petani dan penyuluh dalam pencapaian program swasembada pangan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Tak hanya itu, Mentan SYL juga berharap melalui pelatihan dalam penerapan teknologi pertanian yang direkomendasikan ini dapat mendorong petani milenial menjadi unggul, profesionalisme dan berdaya saing dalam mengembangkan usahanya.
BACA JUGA: SDM Petani Kalbar Meningkat, Mentan: Sekolah Lapang Punya Peran Strategis
"Penumbuhan petani milenial harus terus didorong secara massif dengan mengoptimalkan peran petani milenial," jelasnya.
Di era teknologi saat ini, Mentan SYL juga mengajak SDM pertanian untuk mampu menyesuaikan program pelatihan yang berbasis IT, sehingga dapat memotivasi para milenial bidang pertanian untuk terus menekuni usahanya.
BACA JUGA: Target 2,5 Juta Petani Milenial, Kementan Siapkan Payung Hukum Regenerasi Pertanian
Kesejahteraan petani harus menjadi perhatian sehingga memaksimalkan perannya melakukan proses produksi demi menjaga stabilitas pangan nasional termasuk di wilayah Papua.
"Pertanian Papua akan melesat bila petani milenial kuat," tegas Mentan SYL.
Oleh karena itu Mentan SYL menyarankan petani milenial dapat mengakses KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari perbankan seperti Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri dan bank daerah di tingkat provinsi untuk optimalisasi kegiatan agribisnisnya.
"Saya berharap hasil dari pelatihan ini akan memberikan peningkatan kapasitas bagi petani, khususnya dalam merencanakan kegiatan pertanian, meng-klaster kawasan pertanian dan kelembagaan petani, melakukan enjiniring pertanian dari hulu sampai hilir yang mencakup input permodalan (KUR), budidaya, pascapanen, pengolahan, pengemasan dan pemasaran hasil pertanian yang terstandarisasi, modern dan marketable," harap dia.
Mentan SYL menambahkan langkah yang diinisiasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) ini merupakan awal yang baik dalam mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
“Mari kita hadirkan pertanian yang semain maju, semakin akseleratif, hadirkan pertanian dengan kapasitas maksimal dengan tantangan yang ada,” katanya.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan petani milenial yang tergabung dalam Duta Petani Andalan/Duta Petani Milenial (DPM/DPA) terus melakukan resonansi di daerahnya, termasuk di Sorong.
“Kami bergerak di 11 provinsi, masing-masing sudah terdaftar lebih dari 200 orang petani milenial," kata Dedi Nursyamsi.
Dedi juga menyampaikan Kementan juga membangun jaringan pertanian nasional dan sudah terdaftar 10.470 petani milenial tergabung di dalamnya.
Menurutnya, dukungan dari pemerintah pusat, pemda dan semua pihak dalam pemberdayaan petani milenial untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitas pertanian sangat diperlukan.
Dedi menambahkan Kementan menghadirkan fasilitator yang kompeten di bidangnya untuk menyampaikan materi pelatihan, baik dari Widyaiswara, P4S/Gapoktan berprestasi serta dari pihak perbankan terkait sosialisasi pembiayaan berbasis KUR.
"Materi diberikan dengan metode ‘blended learning’ mengenai penumbuhan motivasi peserta pelatihan tentang prospek pengembangan usaha pertanian di masa depan," terangnya.
Peserta pelatihan juga diajarkan cara menjalin kemitraan dan negosiasi yang efektif dengan menerapkan supply chain management dan menerapkan strategi pemasaran berbasis digitalisasi.
"Termasuk menerapkan berbagai konsep pembiayaan dan pencatatan usaha yang relevan dengan perkembangan jaman," jelas Dedi.
Pelatihan diselenggarakan secara online maupun offline diikuti 30 peserta dari Sorong, Sorong Selatan, Pegunungan Arfak, Tambrauw, dan Manokwari.
"Peserta lainnya seperti penyuluh dan mahasiswa pertanian mengikuti melalui online atau daring," pungkas Dedi Nursyamsi. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Simak Nih! Tips dari Komedian Narji untuk Petani Milenial
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi