Perempuan nakal, perempuan simpanan, perempuan lacur, perempuang jalang, adalah beberapa kata majemuk yang Anda temukan saat membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk memberikan contoh penggunaan kata 'perempuan'. Intisari kata perempuan di KBBI Kata 'pria' di kamus lebih dipadankan dengan makna positif, seperti pria idaman ketimbang kata 'perempuan' Pakar hukum mengatakan makna negatif perempuan di kamus merugikan mereka yang jadi korban kekerasan Badan Bahasa mengatakan padanan kata yang dipakai adalah yang paling banyak digunakan

Sementara contoh penggunaan kata 'pria' dan 'laki-laki' lebih bermakna positif, seperti pria idaman atau jemputan, laki-laki yang dipilih menjadi menantu.

BACA JUGA: Apakah Target Vaksinasi Untuk Seluruh Warga di Australia Akan Tercapai?

Ika Vantiani, seorang seniman Indonesia, terkejut ketika 'perempuan' lebih dipadankan dengan kata yang berbau seksual dan menghina.

Ika sudah mengetahui perbedaan definisi 'perempuan' dan 'laki-laki' ini dari tahun 2016 dan ia juga mengoleksi beberapa edisi KBBI.

BACA JUGA: Laporan Terbaru Ungkap Niat Jahat Tiongkok terhadap Muslim Uighur, Mengerikan

"Perempuan jalang ini berarti pelacur. Ini adalah satu kata yang selalu muncul di setiap edisi," ujarnya. Seniman Indonesia Ika Vantiani sudah sejak tahun lalu mengampanyekan perubahan makna istilah 'perempuan' di KBBI.

Reuters

BACA JUGA: Kami Bukan Keluarga Rasis: Pangeran William Belum Bicara dengan Pangeran Harry

'Tak pernah terpikir perempuan didefiniskan seperti itu'

Setelah menyadari contoh penggunaan kata perempuan yang lebih negatif, Ika telah menggelar sejumlah kampanye.

Di bulan November lalu, kamus keluaran Oxford juga mengubah contoh penggunaan kata perempuan dengan lebih bermakna positif.

Ika pun ingin agar ada perubahan di KBBI sebagai kamus resmi bahasa Indonesia.

Bersama dan temannya, Yolando Zelkeos Siahaya, Ika mengangkat masalah ini melalui 'workshop' dan pameran, termasuk di Galeri Nasional Indonesia tahun 2018.

Salah satu karya yang dipamerkan berupa lembaran akrilik bertuliskan arti kata 'perempuan' sehingga orang yang melihat bisa membayangkan rasanya dideskripsikan demikian.

"Kebanyakan orang, ketika melihat karya saya, menjadi terkejut," kata Ika.

"Mereka mengatakan: 'saya tidak pernah terpikir perempuan didefiniskan seperti itu'," ujarnya.

Bulan lalu, karya Ika yang juga diproduksi dalam bentuk kaos yang menyerukan perubahan di kamus dan dipakai di unjuk rasa perempuan tahun lalu. 'Merugikan' perempuan korban kekerasan

Khotimun Sutanti, Koordinator Pelaksana Harian Asosiasi LBH APIK Indonesia menilai perbedaan contoh penggunaan 'laki-laki' dan 'perempuan' tidak terlepas dari konstruksi sistem di masyarakat.

Khotimun menambahkan, pemberian contoh kata majemuk yang bermakna negatif telah "menyulitkan perempuan saat mereka menjadi korban kekerasan berbasis gender, terutama kekerasan seksual".

"Definisi yang ditautkan dengan contoh-contoh negatif ini membangun konstruksi berpikir yang dapat merugikan korban kekerasan seksual," ujar Khotimun kepada ABC Indonesia. Khotimun Sutanti, Koordinator Pelaksana Harian Asosiasi LBH APIK Indonesia mengatakan contoh kata majemuk 'perempuan' di KBBI menyulitkan korban kekerasan seksual.

Supplied

"Karena konstruksi yang tidak adil gender, sehingga dapat turut melanggengkan stigma negatif terhadap korban yang sedang mencari keadilan."

"Konstruksi ini turut serta membangun stigma negatif terhadap korban kekerasan seksual yang mayoritas perempuan dengan menyalahkan mereka sebagai penyebabnya," tambah Khotimun.

Komisi Nasional Perempuan mendukung agar ada perubahan dalam kamus dan menyerukan revisi.

Bahasa, ujar komisi tersebut, memiliki "peran penting dalam membangun nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender serta penghapusan kekerasan terhadap perempuan". Mengapa 'pemberdayaan perempuan' atau 'hak perempuan' tidak dicantumkan?

Badan Bahasa, lembaga yang bertanggung jawab atas KBBI, mengatakan contoh yang dicantumkan berdasarkan data dari kata-kata yang paling sering dipadankan dengan kata 'perempuan'.

Rilis dari badan tersebut menjelaskan pihaknya "mempunyai kebijakan editorial ... yang menjadi konvensi yang sudah disepakati bersama oleh tim editornya".

"Penjelasan entri 'perempuan' di KBBI dapat dijadikan contoh bagaimana masyarakat memandang perempuan dan konotasi seperti apa yang dilekatkan pada perempuan," bunyi pernyataannya.

"Konotasi dan stigma perempuan yang negatif dapat diubah bukan dengan cara mengubah penjelasan entri tersebut, melainkan dengan mengubah konotasi dan stigma masyarakat terhadap perempuan di tataran yang lebih tinggi."

Respon ini membingungkan Nazarudin, seorang ahli bahasa di Universitas Indonesia, yang mengatakan dari data Bahasa Indonesia yang dikumpulkan oleh Leipzig University di tahun 2013.

Data tersebut mencatat beberapa istilah atau kata lain yang lebih sering dipadankan dengan perempuan, seperti pemberdayaan perempuan atau hak perempuan.

"Pertanyaannya adalah, data apa yang mereka miliki?" tanyanya, "Mengapa bisa negatif sekali?"

Dalam penelusuran Google, terdapat 98 juta hasil pencarian kata 'hak perempuan', dibandingkan dengan 481 ribu hasil dari pencarian kata 'perempuan jalang'.

Badan Bahasa mengatakan selain menggunakan data Leipzig, pihaknya juga menerjemahkan berdasarkan Proyek Konkordansi Melayu, badan teks lama Malaysia.

Padahal, menurut Khotimun dari LBH APIK, "wacana atau narasi melalui teks adalah representasi cara pandang yang terinternalisasi", yang kemudian turut "mengkonstruksi ketidakadilan gender".

Ika mengharapkan adanya perubahan.

"Saya tidak mengatakan semua [istilah] ini harus diubah menjadi kata positif," kata Ika.

"Tapi saya menginginkan objektivitas dan percakapan serius [soal ini]".

Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terlalu Panas, Beberapa Kota di Australia Terancam Jadi Tak Layak Huni

Berita Terkait