Menurut Prof Asep Syaifuddin, Indonesia Terancam Kolaps

Rabu, 15 April 2020 – 14:12 WIB
Warga Jakarta harus mematuhi aturan selama PSBB. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Asep Syaifuddin mengungkapkan, masalah pandemi virus corona COVID-19 sangat berat. Dampaknya jauh lebih dahsyat daripada sekadar krisis ekonomi.

Ahli statistik ini memprediksikan bila pandemi masih belum tertangani hingga Desember 2020, Indonesia terancam kolaps dan tidak ada negara yang bisa langsung membantu.

BACA JUGA: Temuan di Surabaya Ini Harus jadi Pelajaran bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Ngeri!

"Ini harus disadari oleh semua lapisan masyarakat. Kondisi saat ini betul-betul sangat berat dan masif. Bila tidak ada kedisiplinan masyarakat dalam menjaga jarak sosial dan jarak fisik sudah bisa dipastikan pandemi Covid-19 sulit berakhir di bulan Mei atau Juni sekalipun," kata Prof Asep kepada JPNN.com, Rabu (15/4).

Dia melanjutkan, para ahli membuat prediksi pandemi akan berakhir pada Juni 2020. Itu asumsinya bila masyarakat betul-betul taat sekaligus melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

BACA JUGA: Lagi, Data dari Kota Surabaya yang Bikin Sesak Dada

Bila keadaan ini tidak berjalan, lanjut Asep, misalnya karena kebiasaan awal puasa orang-orang belanja, lalu tarawih berjemaah, plus mudik lebaran, bisa terjadi keadaan sosial dan ekonomi sangat mengerikan.

"Jadi, tolong dicamkan bahwa situasi wabah Covid-19 ini bukan main-main," tegas rektor Universitas Al Azhar ini.

BACA JUGA: Anggota Alumni 212 Curiga Luhut Panjaitan Masih Dendam Sama Anies Baswedan

Dari segi ekonomi, saat ini pengetatan ikat pinggang, karyawan, PNS, TNI, Polri, harus rela tidak menerima bonus bahkan gaji ke-13.

Pemerintah pusat dan daerah tidak perlu membeli barang-barang yang tidak terkait dengan penanggulangan Covid-19.

Dana-dana APBN/APBD diprioritaskan ke upaya melawan Covid-19. Semua aparat melakukan efisiensi yang super ketat supaya program-program penanggulangan Covid-19 bisa efektif.

Asep menambahkan, faktor ekonomi pertanian sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan. Karena saat ini negara-negara asing pun akan menjaga produk untuk kepentingan mereka sendiri.

Artinya ekspor impor akan mandek. Untuk itu, perlu kebijakan subsidi pertanian baik input ataupun output. Misalnya dengan membeli produk.

"Prioritaskan subsidi untuk produk-produk pertanian rempah-rempah (empon-empon) yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Seperti jahe, kunyit, temulawak dan lainnya. Tentu makanan pokok (staple food) lokal seperti jagung, ubi-ubian, sagu harus digenjot lagi, selain beras," bebernya.

Konsultasi kesehatan lewat digital juga perlu digerakkan. Health market place menjual produk multivitamin yang bisa membantu stamina masyarakat.

Bagi PDP dan atau orang positif Covid-19 bisa melakukan karantina mandiri di rumah dengan konsultasi digital ke penyedia jasa yang bisa mengirim produk kesehatan untuk melawan Covid-19 (multivitamin, rempah-rempah/obat-obatan herbal, coconut virgin oil, madu yang semuanya berbasis lokal) dan dokter konsultan.

"Artinya saat ini teori 4-helix (pemerintah, perusahaan, petani, dan media massa) harus dijalankan. Fokus 4-helix di pertanian, pangan, dan kesehatan. Adapun media massa terus membantu penyebaran informasi yang berguna bagi sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat," tandasnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler