Menurut Quraish Shihab, Fobia Agama Melahirkan Kekerasan hingga Krisis Pangan

Minggu, 06 November 2022 – 02:00 WIB
Cendekiawan Muslim Indonesia Prof. Muhammad Quraish Shihab menjadi pembicara dalam Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin (MHM) di Manama, Bahrain. (ANTARA/HO-Majelis Hukama Indonesia)

jpnn.com, BAHRAIN - Cendekiawan Muslim Indonesia Prof. Muhammad Quraish Shihab menilai fobia merupakan salah satu tantangan terhadap agama saat ini.

Hal itu disampaikan Quraish dalam Sidang Reguler ke-16 Majelis Hukama Muslimin di Manama, Bahrain.

BACA JUGA: Hadiri Forum Pemimpin Agama di Dunia, Prof Yudian Sampaikan Pesan Penuh Makna

"Salah satu tantangan terbesar umat beragama saat ini adalah fobia terhadap agama sehingga membuat orang terancam mengalami kekeringan rohani. Fobia terhadap agama membuat orang mengalami kemiskinan moral yang dampaknya dapat terlihat pada perilaku individu, keluarga, dan masyarakat," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers dari Majelis Hukama Indonesia yang diterima di Jakarta, Sabtu (5/11).

Menurut dia, kondisi tersebut bisa memunculkan eksploitasi anak dan tindak kekerasan terhadap perempuan dalam keluarga.

BACA JUGA: Di Depan Para Pemimpin Agama Dunia, Menag Yaqut Bicara Soal Politik Identitas

Selain itu, menurut dia, fobia terhadap agama menyebabkan tidak adanya keadilan dan solidaritas, yang antara lain berdampak pada krisis pangan.

"Fobia agama juga menjadi ancaman serius bagi umat manusia, yang muncul dalam bentuk senjata nuklir," kata dia.

BACA JUGA: Cerita Soal Konflik Negaranya, Tokoh Agama Myanmar Ungkap Hal Ini

Selain membahas fenomena tentang fobia terhadap agama, Quraish Shihab menyoroti isu mengenai perubahan iklim saat menjadi pembicara dalam sidang Majelis Hukama Muslimin.

Menurut dia, perubahan iklim merupakan bukti nyata kelemahan manusia dalam mengendalikan naluri konsumtif dan kerakusan pada hal-hal yang bersifat materi.

"Hal itu pada gilirannya mengancam masa depan kita dan semakin menambah parah tragedi dunia berupa kelaparan, kemiskinan, dan keterpinggiran," kata dia.

Dia menjelaskan Majelis Hukama Muslimin (MKM) sebagai lembaga lintas negara yang menghimpun pakar dan ulama muslim untuk memperkuat nilai-nilai koeksistensi memandang pembahasan mengenai tantangan-tantangan tersebut sebagai sesuatu yang mendesak untuk dilakukan saat ini.

Menurut dia, MHM tidak hanya melihat dialog sebagai tuntutan untuk merespons realitas, tetapi merupakan opsi mendasar dan berlaku sepanjang masa.

"Dialog akan meningkatkan kemanusiaan manusia sebagai makhluk terhormat dan bertanggung jawab yang sedang menghadapi tantangan besar. Tidak ada harapan untuk menghadapi tantangan-tantangan itu kecuali dengan melakukan komunikasi dan dialog," kata dia.

Menurut dia, dialog merupakan jaminan untuk secara sadar membangun komunikasi konstruktif antarumat manusia sampai ke tingkat saling bekerja sama.

"Kemampuan saling bekerja sama antarmanusia yang berbeda itu merupakan wujud nilai kemanusiaan, moral, dan peradaban yang tinggi. Hal itu menunjukkan kematangan dalam interaksi antar-masyarakat," kata penulis Tafsir Al-Misbah itu. (Antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Forum R20 Diyakini Mampu Berikan Solusi atas Krisis Agama di Dunia


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler