Menyingkap Filosofi Pohon Natal dari Ribuan Bonggol Jagung di Klaten

Jumat, 25 Desember 2020 – 08:36 WIB
Pohon Natal dari bonggol jagung di depan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Buda Kristus, Wedi, Klaten. Foto: Angga Purenda/Radar Solo)

jpnn.com, KLATEN - Sebuah pohon Natal berdiri di depan Gereja Katolik Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Desa Gadungan, Kecamatan Wedi, Klaten.

Pohon yang terbuat dari ribuan bonggol jagung itu membuat nuansa beda.

BACA JUGA: Pohon Natal Setinggi 11 Meter Dibuat dari Daun Lontar

Perayaan Natal di gereja yang berada di Kota Kecamatan Wedi itu memang digelar secara sederhana saja.

Mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19, pembatasan pun diberlakukan.

BACA JUGA: Penjual Aksesoris dan Pohon Natal Raup Ratusan Juta

Termasuk penerapan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 dilakukan secara ketat.

Dilihat secara saksama, pohon Natal yang memiliki ketinggian sekitar enam meter dengan diameter lingkaran delapan meter itu terdapat bonggol jagung.

BACA JUGA: Ganjar Pranowo: Selamat Natal, Saya Tidak Akan Mengganggu Waktu Ibadah Panjenengan

Tertata rapi mengelilingi pohon dengan tiang dari bambu serta dibungkus paranet.

Pohon Natal itu dikerjakan sejak 14 Desember selama lima hari oleh lima orang.

Bonggol jagung didapat dari petani sekitar gereja yang baru saja panen dengan dengan harga Rp 3.000 per sak.

Awalnya dibutuhkan tujuh sak untuk membuat pohon Natal bisa tertutup bonggol jagung secara penuh.

Dalam perjalanannya ketika disusun, memiliki bobot cukup berat sehingga tidak bisa menutupi keseluruhan.

“Pohon Natal dari bonggol jagung ini memiliki filosofi yakni jagung tanpa kelobot, yen kabeh disonggo bareng-bareng dadi ora abot. Jika semua bersama, beban berat saat Covid-19 akan terlewati dengan baik,” ucap Koordinator Tim Pembuat Pohon Natal Gereja Katolik Santa Perawan Maria Bunda Kristus, Petrus Claver Watono, kepada Radar Solo.

Meski pohon Natal yang ditampilkan pada tahun ini terlihat sederhana, tetapi ingin menyampaikan pesan kepada umat.

Terutama kebersamaan dalam melawan Covid-19 yang saat ini masih terus melanda. Mengingat telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai bidang kehidupan.

Watono menggaribawahi, kebersamaan itu tidak harus dekat satu dengan umat lainnya.

Kebersamaan bisa diwujudkan dalam menyatukan doa agar pandemi Covid-19 segera berakhir.

Termasuk disiplin dalam menerapkan protokol pencegahan Covid-19 guna memutus mata rantai virus tersebut.

“Ini mungkin menjadi salah satu pelajaran buat. Bersama tidak harus dekat. Ingat protokol kesehatan dengan menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir serta menjaga jarak,” ucapnya.

Pesan yang ingin disampaikan lewat pohon Natal tersebut sebenarnya juga telah diterapkan oleh gereja dalam melaksanakan ibadah Natal.

Mulai dari pembatasan jumlah umat yang datang ke gereja hingga screening ketat sejak dari lingkungan. Hal itu dilakukan agar tidak memunculkan klaster baru Covid-19 di Klaten.

Dalam pesan Natal kali ini umat juga diajak untuk taat dan patuh terhadap protokol kesehatan demi melawan Covid-19.

Seperti yang diutarakan Romo Paroki Gereja Katolik Santa Perawan Maria Buda Kristus Wedi, Aloysius Gonzaga Luhur Prihadi.

“Sebenarnya sudah kami sampaikan berulang kali bahkan sebelum Natal agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Termasuk peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah dan gereja. Silakan memilih aturan yang paling ketat dari yang ditetapkan kabupaten maupun kecamatan sekalipun. Bukan yang paling longgar,” ucapnya.

Pohon Natal akan terpajang hingga Januari 2021. Nantinya ribuan bonggol jagung yang telah terpasang itu akan diberikan kepada pengusaha tahu di sekitarnya.

Bonggol jagung itu masih bisa dimanfaatkan untuk mendukung kaitannya sumber bahan bakar usaha tahu. (anggapurenda/*/bun/ria)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Pohon Natal   Natal   Klaten  

Terpopuler