jpnn.com, JAKARTA - Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Christina Aryani mengaku sedih dengan fakta yang masih kerap terjadi di setiap pemilihan di tanah air. Masyarakat diiming-imingi imbalan untuk memilih tokoh tertentu.
Iming-iming tersebut kemungkinan masih akan terjadi pada pemungutan suara pemilihan legislatif maupun Pilpres 2019 mendatang.
BACA JUGA: Mahyudin: Jangan Pilih Politikus yang Main Uang
"Masih kerap terjadi, masyarakat mencoblos dengan iming-iming amplop senilai Rp 100 ribu atau sembako. Ini menyedihkan, karena konsekuensi yang ditimbulkan harus ditanggung oleh seluruh rakyat Indonesia," ujar Christina di Jakarta, Senin (31/12).
Christina kemudian mengingatkan masyarakat berhati-hati terhadap politik uang. Karena politikus yang melakukannya kerap beranggapan telah membeli putus suara yang diperoleh saat pemungutan dilaksanakan.
BACA JUGA: Bawaslu Jakarta Utara Menolak Politik Uang, SARA dan Hoaks
"Mereka merasa tidak berkewajiban menjalankan amanat konstituennya. Ini tentu sangat berbahaya," ucap calon anggota DPR daerah pemilihan Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan luar negeri ini.
Christina lebih lanjut mengatakan bahwa mengingatkan masyarakat merupakan tanggung jawab semua politikus. Karena itu pendidikan politik perlu untuk terus menerus dilaksanakan. Di antaranya, seperti yang dilakukan Partai Golkar di Balai Pertemuan Widuri, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Minggu (30/12) kemarin.
BACA JUGA: Waspada! Semua Daerah Rawan Politik Uang Selama Pemilu 2019
Pandangan Christina diamini Bendahara DPD Partai Golkar DKI Jakarta Adhinusa. Ia menilai, politikus kerap mengaitkan politik uang dengan investasi politik.
"Mereka beranggapan politik uang yang dikeluarkan terpaksa dibayar kembali dengan mencari proyek ketika duduk sebagai anggota dewan," katanya.
Calon anggota DPRD DKI Jakarta ini menyebut, kondisi yang ada sangat berbahaya. Sebab, secara tidak langsung masyarakat mendorong perilaku koruptif anggota dewan.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua MPR Ajak Mahasiswa Tolak Praktik Politik Uang
Redaktur & Reporter : Ken Girsang