FATURAHMAN, mantan pekerja di pabrik tahu-tempe ini kini memilik pabrik sendiri dan telah mempekerjakan 4 orang karyawan. Bahkan, omzet bisnisnya mencapai Rp 20 juta per bulan. Seperti apa kisahnya ?
-----------
SABRI - SEBATIK
-----------
Agak sulit menemukan lokasi pabrik pembuatan tahu dan tempe milik Faturahman ini. Jika tak jeli, apalagi tak mau bertanya, pabrik yang terletak di Gang Lumba-lumba Kelurahan Nunukan Timur ini tidak menggambarkan sebuah pabrik.
Sebab, pabrik pembuatan makanan berbahan dasar kacanag kedelai ini berada perisis dibelakang bangunan rumah berwarna hijau dengan dihalangi pagar terali hitam begitu sepi.
BACA JUGA: Alhamdulillah, Kesejahteraan Petani Naik, Ini Datanya
“Kalau mau masuk nak, lewat samping ya,” pesan ibu pemilik toko sembako tempat saya menanyakan pabrik tahu milik Faturahman ini.
Sambil berjalan, saya berpikir apakah saya tidak salah tempat. Pabrik tahu tempe ini dilihat dari luar seperti bukan pabrik, hanya seperti rumah biasa. Ternyata maksud ibu pemilik toko tadi itu pabriknya terletak di belakang sehingga mengarahkan saya melewati jalan di samping rumah ini.
BACA JUGA: Razia Panti Pijat Plus-Plus, Tiga PSK dan Dua Remaja Digaruk Satpol PP
Sekitar beberapa meter dari pintu pagar, seorang wanita langsung menemui saya karena merasa melihat kedatangan orang asing. “Ya, ada yang bisa saya bantu mas,” sahut wanita berjilbab ketika melihat kedatangan saya.
“Ini bu, pemilik pabrik ini siapa ya?” sahutku. “Suami saya sendiri,” jawab wanita yang belakangan diketahui Fadillah, istri Faturahman ini.
BACA JUGA: Wow, Pemda Ini Siapkan Kuota 2 Ribu untuk Program Kuliah Gratis
Setelah mengetahui maksud kedatangan saya, wanita itu lalu memanggilkan seorang laki-laki yang kelihatan sedang sibuk melakukan aktivitas mengangkat ember yang berisi tahu.Ternyata, pria yang dipanggil tersebut adalah pemilik pabrik dan suaminya.
Setelah memperkenalkan diri, pria Jombang Jawa Timur ini akhirnya mau berbagi pengalamannya sehingga mampu membangun pabrik beromzet puluhan juta rupiah ini. Sebelum berhasil seperti sekarang ini, pria yang memulai membuat tahu tempe sendiri ini di tahun 2000 bersama istrinya.
Awalnya hanya jadi anak buah salah satu perusahaan tempe-tahu di Nunukan, dulu hanya bekerja di pabrik tahu tempe milik Samsul, pengusaha tempe-tahu yang ada di jalan Rimba Nunukan Tengah dan yang pertama kali di Nunukan. Mulai tahun 1992 hanya ikut dengan Samsul sampai tahun 1996.
“Masa juga ikut terus, kapan bisa berhasil kalau ikut dengan orang terus,” ujar Faturahman.
Pengalaman membuat tempe-tahu dari Jombang, Jawa Timur, lalu Faturahman merantau ke Nunukan dan ikut berkerja dengan Samsul. Selama bekerja dengan Samsul, Faturahman mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, tahun 1999 menikah dengan Fadillah sekaligus membeli tanah dan membangun rumah untuk dijadikan usaha tempe-tahu.
“Saya nikah dikampung, lalu kembali ke Nunukan beli tanah, rumah dibangun sedikit-sedikit karena tanah yang saya beli ini dicicil,” ungkap pengusaha tempe-tahu.
Tidak ingin dikatakan tidak berhasil diperantaun, Faturahman nekad membangun usaha tempe-tahu. Mulanya untuk membeli kedelai Faturahman melakukan pinjaman di Bank. Tempat meminjam uang sekaligus di dua Bank, BRI dan BPD dengan jumlah pinjaman masing-masing satu bank Rp 50 juta. Jaminan pinjaman di Bank Faturahman gunakan surat tanah dan Sertifikat teman salah satu guru PNS yang tinggal depan rumah Faturahman.
Pembuatan tahu-tempe menggunakan kacang kedelai dan ada bahan tambahan, untuk tempe digunakan ragi dan tahu digunakan cuka. Kegunaan ragi dalam pembuatan tempe untuk mendapat jamur, sedangkan cuka digunakan untuk mengumpalkan sari pada tahu.
Akhirnya, ia mencoba kembangkan dengan membuat pabrik tempe-tahu dibelakang rumahnya. Ia sanggup meminjam uang untuk membeli alat pabrik itu. Harga bahan untuk pemanas tempe-tahu sangat mahal pada saat itu, dan harus dipesan dari daerah Jawa. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat tempe sekitar 3 hari 3 malam sedangkan tahu hanya butuh waktu 1 hari.
Kenapa tempe membutuhkan waktu 3 hari karena harus pengasaman untuk mengeluarkan jamur dan tahu hanya butuh direndam sekitar 4 sampai 5 jam sudah bisa jadi.
Untuk mendapatkan kedelai Faturahman harus memesan dari Surabaya saat ini, tapi pada saat mulai usahanya untuk mendapatkan kedelai hanya beli di Nunukan saja. Pesanan semakin meningkat Faturahman akhirnya memutuskan memberanikan diri untuk memesan langsung dari Surabaya. Pesan dari Surabaya sudah berjalan sekitar 6 tahun menggunakan kapal Pelni yang memuat barang.
“Cukup telpon ke Surabaya sampaikan pesanan berapa, setelah itu ditransferkan uang, terima beres di Nunukan,” jelas Bapak dari 3 anak ini.
Pembuatan tempe-tahu satu hari sekitar 4 sampai 5 karung, satu karung beratnya sekitar 50 kg. Faturahman menjual tempenya dengan harga Rp 5 ribu empat bungkus, sedangkan tahu 4 biji Rp1.000.
Pendapatan dalam satu bulan bisa mencapai Rp 20 juta, diluar dari gaji pekerja dan pembelian alat ketika ada kerusakan.
Sekarang ini, untuk membantu dalam proses pembuatan tempe-tahu ia dibantu 4 karyawan, “ karena pesanan sudah meningkat harus cari karyawan, gaji karyawan Rp 1.500.000 juta tiap orang.
Agar pembeli tidak pindah tempat, ia memperbaiki produksi tempe-tahunya, misalnya menjaga kebersihan dalam proses pembuatan, menjaga kepercayaan konsumen yang telah diajak kerjasama. (***)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dirjen Otda Bantah Jokowi Copot Sekda Banten
Redaktur : Tim Redaksi