Merasa Tak Dilindungi dari COVID-19, Para Guru Mogok Massal

Kamis, 13 Januari 2022 – 23:40 WIB
Guru sekolah, dosen dan pelajar Prancis berdemonstrasi menuntut kondisi untuk belajar dan bekerja yang lebih baik, pekerjaan dan kenaikan gaji di Nanter sebagai bagian dari mobilisasi di dalam Prancis, saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), Selasa (26/1/2021). Slogan bertuliskan "Kalian tidak akan mengunci kemarahan kami". Foto: REUTERS/Stephane Mahe/WSJ/cfo

jpnn.com, PARIS - Guru-guru di Prancis pada Kamis akan mogok kerja secara massal karena mereka menilai pemerintah gagal untuk mengadopsi kebijakan yang masuk akal bagi sekolah untuk pencegahan COVID-19 atau perlindungan siswa dan staf dari infeksi.

Para guru, orang tua, dan administrator sekolah telah berjuang untuk mengikuti aturan-aturan baru pengujian COVID, yang diumumkan sebelum akhir liburan Natal, yang berubah dua kali karena dikritik.

BACA JUGA: Bocah 8 Tahun Ini Bikin Pengakuan Mengejutkan kepada Guru, Kelakuan Buruk Ibunya Akhirnya Terbongkar

Pemerintah Prancis telah membalikkan kebijakan sebelumnya yang dengan cepat menutup kelas-kelas dengan kasus positif virus corona.

Pemerintah mengatakan beberapa kerumitan dalam aturan-aturan yang diterapkan adalah harga yang harus dibayar untuk terus menjaga sekolah-sekolah dapat tetap buka.

BACA JUGA: Penjelasan BKN soal Penetapan NIP PPPK Guru Tahap 1, Terungkap Penyebab Lambat

Namun, lonjakan kasus infeksi pada tahun baru di Prancis mencapai rekor harian mendekati 370.000 kasus dan telah menyebabkan kasus COVID-19 juga melonjak di sekolah-sekolah.

Hal itu berarti banyak sekolah telah kesulitan untuk tetap mengadakan kegiatan belajar secara luring yang sebagian disebabkan adanya kasus infeksi di antara murid dan staf.

BACA JUGA: Tolak Seleksi PPPK Guru Tahap 3, Puluhan Honorer Gelar Demonstrasi di Gedung DPR

Selain itu, setiap kasus positif COVID-19 di sekolah juga mengakibatkan puluhan orang harus pergi ke laboratorium dan instalasi farmasi untuk pengujian.

"Kelelahan dan kekesalan seluruh komunitas pendidikan telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata sebelas serikat pekerja dalam sebuah pernyataan bersama.

"Menteri dan pemerintah harus bertanggung jawab total atas situasi kacau ini akibat gencarnya perubahan kebijakan, protokol yang tidak berjalan dan kurangnya alat yang tepat untuk menjamin (sekolah) dapat berfungsi dengan baik," demikian pernyataan bersama tersebut.

Serikat-serikat pekerja itu mengatakan mereka memperkirakan banyak sekolah di Prancis akan ditutup pada Kamis dan sejumlah besar guru - termasuk sekitar 75 persen guru sekolah dasar - akan bergabung dalam aksi mogok kerja satu hari itu.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Prancis Jean-Michel Blanquer mendesak para guru untuk tidak melakukan aksi mogok kerja. Dalam wawancara dengan BFM TV, Blanquer berkata: "Kita tidak bisa melakukan aksi protes terhadap virus."

Sebagai tanggapan terhadap pernyataan menteri pendidikan Prancis itu, serikat pekerja mengatakan mereka telah menyerukan pemogokan bukan untuk melawan virus tetapi karena kekacauan yang disebabkan oleh tes dan aturan pelacakan kontak, peningkatan risiko penularan dan kekurangan pasokan masker untuk staf. (ant/dil/jpnn)

 

Redaktur : Adil
Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler