MERDEKA ATAU MATI...Arek Suroboyo Berlawan (2/habis)

Minggu, 08 November 2015 – 15:27 WIB
Bung Tomo. Foto: Public Domain.

jpnn.com - PAMFLET berisi ancaman yang disebar Sekutu, pada 9 November 1945, sekira pukul 2 siang dengan pesawat terbang Inggris, tak membuat gentar rakyat Surabaya.

Arek Suroboyo memutuskan berlawan! Bagi mereka, lebih baik mati berkalang tanah, daripada hidup terjajah. 

BACA JUGA: MERDEKA ATAU MATI...Arek Suroboyo Berlawan (1)

"Sejak sore hari, pemuda-pemuda dan rakyat sudah mempersiapkan pertahanan dengan memasang barikade dari karung-karung pasir, batu da perkakas rumah tangga, seperti meja, kursi, atau apa saja yang dianggap menghambat gerakan musuh," tulis buku Pertempuran Surabaya.

Sakadar catatan, buku Pertempuran Surabaya, disusun berdasarkan studi literasi dan wawancara langsung dengan para pelaku pada dekade 1970-an awal.  

BACA JUGA: Dari Mana Senjata Rakyat Surabaya?

Menyusul ultimatum Sekutu itu, sebagaimana dicuplik dari buku itu, tempat-tempat radio umum dikerumuni penduduk untuk mendengarkan perkembangan selanjutnya.

Mula-mula Gubernur Soerjo siaran melalui RRI. Dia meminta rakyat untuk tenang dan bersabar menunggu hasil pembicaraan dengan pemimpin di Jakarta.

BACA JUGA: Perempuan Surabaya Tak Kalah Garang

Setelah dicapai kesepakatan untuk mempertahankan kota Surabaya, giliran Bung Tomo yang siaran di Radio Pemberontakan.

Inilah siaran Bung Tomo yang legendaris itu, berdasarkan rekaman yang dilansir dari youtube...

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.

Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.

Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.

Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara…

Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera.

Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing, dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara, dengan mendatangkan presiden dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita ini tunduk untuk memberhentikan pertempuran.

Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara..

Kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu.

Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini…dengarkanlah ini tentara Inggris.

Ini jawaban kita, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian...

Hai tentara Inggris, kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu, kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang telah kita rampas dari tentara Jepang untuk diserahkan kepadamu…

Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada, tetapi inilah jawaban kita:

Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapa pun juga.

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! Keadaan genting!

Tetapi saya peringatkan sekali lagi jangan mulai menembak.

Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.

Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.

Semboyan kita tetap: Merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara…

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara…

Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! MERDEKA!!! (wow/jpnn)

(baca juga: Arek Suroboyo Memukul Juara Dunia Hingga Terpojok Di Sudut Ring)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menjelang Balas Dendam Sekutu pada Arek Suroboyo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler