Mereda Sehari, Merapi Bergolak Lagi

Ribuan Kera Mengungsi ke Merbabu

Kamis, 11 November 2010 – 05:00 WIB

BOYOLALI - Setelah sempat mereda dua hari terakhir, kemarin (10/11) Gunung Merapi kembali bergolakSemburan awan panas terlihat jelas secara visual dengan ketinggian mencapai 800 meter dan kolong asap mencapai 1,5 kilometer kemarin

BACA JUGA: Mendagri Cemaskan 2 Pulau di Kepri

Kondisi itu, mengakibatkan hujan abu vulkanik lebat di beberapa daerah di wilayah barat Merapi.
           
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PV-MBG) Surono menjelaskan, hujan abu vulkanik lebat itu di Sawangan, Talun, Muntilan, dan Krinjing, Kabupaten Magelang
Lantaran terjadi hujan abu lebat, mengakibatkan jarak pandang hanya sekitar lima meter

BACA JUGA: Waspadai Infeksi Dera Korban Bencana

"Suara gemuruh masih terdengar dari pos pengamatan darurat," katanya.
           
Dia menjelaskan, endapan awan panas ini terlihat jelas di Kali Gendol dengan jarak luncur sekitar 3,5 kilometer dari puncak Merapi
Lantaran terus menerus terkena endapan awan panas, Kali Gendol sudah tidak membentuk sungai

BACA JUGA: Sehari Satu Gempa Guncang Nusantara

"Kali Gendol sudah tertutup endapan awan panas," jelas Surono.
      
Selain menutup Kali Gendol, endapan material vulkanik dari awan panas itu juga mengendap di Kali BoyongDusun Kandangan, Desa Purwobinangung, Sleman, yang berada persis di sebelah sungai ini, ikut terendap awan panasJarak antara Desa Purwobinangung dengan puncak Merapi sekitar 16 kilometer"Lahar juga dijumpai di alur Kali Batang  yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari puncak," jelasnya.

Dengan masih tingginya aktivitas Merapi, maka status awas level empat masih berlakuSebab, ancaman awan panas dan lahar masih bisa terjadi di sungai yang berhulu puncak Merapi"Pengungsi diminta masih menetap di luar radius 20 kilometer dari puncak," pinta Surono
      
Kembali naiknya aktivitas vulkanik Merapi ini juga menyebabkan ribuan kawanan kera  yang bermukin di lereng eksodus ke Gunung MerbabuKera-kera ini berpindah habibat lantaran kehabisan makanan dan suhu di lereng Merapi masih cukup panasKera tersebut mulai terlihat berkeliaran di sepanjang jalan Selo-Magelang, kemarin (10/11), yang menjadi perbatasan antara Merapi-Merbabu.

Pantauan Radar Solon (grup JPNN), kera tersebut mencari makan di kanan dan kiri jalan Selo-MagelangBila tidak hati-hati saat berjalan, bisa menabrakSebab, para kera ini sudah mulai menyeberang jalan ke lereng Merapi"Kera ini terlihat jelas di jalanKarena kondisi jalan tertutup abu vulkanik, sedangkan kera kecokelatan," kata Slamet Sutanto, 40, perangkat Desa Jrakah, Kecamatan Selo.

Tanaman sayur dan buah-buahan di kanan kiri jalan sudah ludesDi samping terkena abu vulkanik, kondisi itu juga lantaran sudah dirusak kera-kera tersebutSiang kemarin, kera itu tampak istirahat di atas gubuk tengah ladang dan bergelantungan di pohon-pohon yang sudah nyaris roboh terkena abu vulkanik.

Fenomena kera eksodus  ini juga dibenarka Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTN-GM) DulhadiKetika dihubungi via ponsel tadi malam, dia mengatakan, kera-kera tersebut eksodus lantaran kehabisan stok makanan"Bisa juga karena suhu di lereng Merapi masih panas," katanya.
           
Menyikapi fenomena itu, pihaknya segera berkoordinasiSalah satu cara mengatasi kera eksodus ini, pihaknya menggiring ke tempat habitatnya semulaUntuk sementara ini, kera ini menyerbu Merbabu tidak menjadi masalah"Mungkin stok makan di Merbabu masih mencukupi bagi kera Merapi ini," jelas dia.
           
Menurutnya, habibat kera Merapi dan Merbabu berbedaSebab, setiap kera memiliki kelompokBila kera Merapi menyerbu Merbabu, bisa terjadi antara kelompok satu dengan lainnya berkelahiLantas kelompok kera yang menang, menjadi penguasa di dunianya.

Namun, kera Merapi ini dengan sendirinya juga kembali ke habibatnyaYakni bila kondisi Merapi sudah pulih dan suhu udara sudah sejuk kembali"Jika suhu Merapi masih tetap panas, kemungkinan kera bisa menetap di MerbabuIni bisa terjadi karena populasi kera di Merbabu tidak sebanyak dengan yang ada di Merapi," jelas Dulhadi.(un/nan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sektor ESDM, Sumbang Rp21,5 M


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler