Mereka juga Gondrong Mirip Para Personel Koes Plus

Senin, 12 Februari 2018 – 00:05 WIB
T-Koes saat tampil di Plaza Blok M, Jakarta (23/1). Foto: Glandy/Jawa Pos

jpnn.com - Gaya panggung para personel T-Koes sungguh menarik. Melihat penampilan mereka, seperti dilempar oleh mesin waktu balik ke era 1970-an.

GLANDY BURNAMA, Jakarta

BACA JUGA: Ini Kata Para Musisi tentang Yon Koeswoyo dan Koes Plus

Celana cutbray yang melebar di bagian tungkai plus kemeja ketat dengan scarf dililitkan di leher.

Tak lupa pula gozadul alias gondrong zaman dulu. Di luar semua penanda fisik itu, yang menjadi ciri utama keretroan T-Koes tentu saja lagu-lagu yang dimainkan. Full berbagai hit milik band legendaris Indonesia, Koes Plus.

BACA JUGA: Cak Nun Akan Tulis Kisah Mendiang Yon Koeswoyo

”Tak cuma lagu, kami juga paham kisah di balik lagu-lagu yang kami tampilkan,” kata Agusta Marzall, drumer T-Koes.

Itulah bentuk totalitas T-Koes dalam upaya melestarikan band yang eksis sejak 1969 sebagai kelanjutan dari Koes Bersaudara tersebut. Bahkan, kesamaan dua band itu tak berhenti di situ.

BACA JUGA: Yon Koeswoyo Keturunan Ningrat, tak Membeda-bedakan Teman

Kalau di Koes Plus ada tiga orang yang bersaudara, yaitu Tonny Koeswoyo, Yok Koeswoyo, dan Yon Koeswoyo, T-Koes Band pun demikian.

Ada tiga personel yang terhubung pertalian darah. Mereka adalah Ghalifa Al Balady (19, vokal dan gitar), Jim Qory Al Ghafary (17, bas dan vokal), serta Fajaru Al Azhary (21, keyboard, gitar, dan vokal).

Bedanya di posisi drum. Drumer Koes Plus adalah mendiang Murry yang bukan trah Koeswoyo. Sedangkan Agusta, drumer T-Koes, adalah ayah Ghali, Jim, dan Fajaru.

Agusta-lah yang berperan penting dalam terbentuknya band yang rutin manggung tiap Selasa malam di Plaza Blok M, Jakarta, itu. Sejak muda, pria kelahiran 6 November 1960 tersebut merupakan fans setia Koes Plus.

Agusta remaja sering menyaksikan Koes Plus berlatih di kawasan Senayan, daerah di mana dia dulu tinggal. ”Zaman dulu, ngefans sama Koes Plus itu rasanya keren dan gaul banget,” ujar Agusta.

Saking seringnya Agusta datang saat Koes Plus berlatih, para personel jadi ingat dengan wajahnya.

”Bahkan, saya sering dimintai tolong untuk membelikan rokok kalau mereka latihan, hahaha,” kata Agusta.

Suami Wati Agusta itu juga selalu datang setiap kali band yang telah menelurkan ratusan album tersebut manggung. Agusta, yang juga hobi bermusik, bahkan pernah satu acara dengan Koes Plus di TVRI.

Saat itu Agusta menjadi pemain musik pengiring dan Koes Plus adalah bintang tamu. Mereka sering berinteraksi di sela acara.

Agusta pun seolah menjadi lebih dari sekadar fans, tapi juga sahabat para personel Koes Plus.

Agusta benar-benar fans setia. Dia terus mendukung band idolanya itu, bahkan sampai dirinya berkeluarga.

Hingga akhirnya Agusta dan beberapa fans mendirikan Jiwa Nusantara (JN), sebuah fan base untuk Koes Plus.

”JN itu ada sejak 2003 dan tersebar di berbagai kota. Setiap kota punya koordinator fans,” kata Agusta.

Karena sudah kenal lama, Agusta masih menjalin hubungan yang sangat dekat. Dia sering mengajak keluarganya berkunjung ke kediaman para personel Koes Plus.

Murry bahkan beberapa kali berkunjung ke rumah Agusta di kawasan Bintaro. Benar-benar seperti keluarga.

Hingga akhirnya, pada 2007, Agusta diangkat menjadi ketua JN lewat musyawarah nasional JN se-Indonesia.

Pria yang juga membuka usaha event organizer (EO) itu lantas mengadakan acara besar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam rangka memperingati 62 tahun kemerdekaan RI.

Lantaran berstatus ketua fan club Koes Plus, acara yang diadakan Agusta masih bernuansa Koes Plus. Dia mengundang 62 band pelestari Koes Plus dari berbagai kota di Indonesia untuk tampil.

Agusta pun dibantu rekan-rekan JN yang tersebar di kota-kota lain untuk mengumpulkan band yang tampil.

Salah satu band pelestari Koes Plus adalah Little Plus yang beranggota anak-anak seusia Fajaru, Ghali, dan Jim.

Agusta dan Wati pun mengarahkan mereka sebelum tampil, termasuk membantu menata rambut dan baju.

Sibuk mengurus anak orang lain, Agusta sempat melupakan Fajaru, Ghali, dan Jim yang kala itu menunggu di belakang panggung.

”Masak anak orang diperhatikan, kok kami yang anaknya nggak diperhatikan,” kenang Ghali, lantas tertawa.

Saat itu Ghali dan dua saudaranya masih duduk di bangku SD. Karena merasa tak diperhatikan, akhirnya ketiganya ingin serius di bidang musik.

Secara khusus, mereka ingin menjadi band pelestari Koes Plus yang membawakan lagu-lagu sang legenda.

Artinya, mereka harus putar haluan. Sebab, sesuai usia, mereka sebelumnya lebih akrab dengan lagu-lagu pop era 2000-an.

Fajaru, Ghali, dan Jim pun sempat diajak Agusta untuk berkenalan dengan Yon yang kala itu hadir dalam acara di TMII.

Namun, karena masih kecil, mereka tidak berbicara banyak dengan vokalis utama Koes Plus yang telah berpulang pada 5 Januari lalu tersebut. Ditambah lagi, mereka sama sekali belum paham tentang musik Koes Plus.

Setelah acara di TMII, ketiganya pun kian menyukai lagu-lagu Koes Plus dan ingin mempelajarinya.

Menurut Ghali, lagu-lagu Koes Plus memiliki lirik yang sederhana, tapi dibawakan dengan penuh penghayatan.

Temanya pun luas dan tidak melulu soal cinta. Ada yang bertutur tentang tanah air, kegembiraan menjalani hidup, atau sekadar berjumpa lagi dengan orang terkasih.

Dari segi musik, Koes Plus berani mengeksplorasi segala jenis genre yang membuat skill bermusik mereka semakin berkualitas.

Itu pula yang mendorong para personel T-Koes untuk menguasai berbagai macam genre musik. Mulai dangdut, keroncong, pop, rock & roll, ballad, hingga jazz.

Tiga bersaudara itu lantas mengutarakan niat kepada Agusta. ”Kata papa, kami boleh bermusik asalkan konsisten dan rajin,” ujar Jim.

Saat itu hanya Fajaru yang sudah bisa bermain musik. Karena ingin membuat sebuah band, akhirnya Ghali dan Jim ikut belajar. Agusta bisa dibilang sangat tegas dan disiplin dalam mendidik mereka untuk bermusik.

Setiap pulang sekolah, ketiganya harus berlatih memainkan gitar. Dalam waktu dua minggu, mereka harus bisa menguasai alat.

Untuk melengkapi posisi drum dan bas, Agusta lantas mencari dua personel lain yang seumuran dengan anak-anaknya. Mereka adalah Panca (bas) dan Buggy (drum).

Setelah satu bulan berlatih bersama, kemampuan bermusik tiga bersaudara itu semakin bagus. Permainan gitar sudah mereka kuasai.

Fajaru bahkan mulai bisa bermain keyboard. Beberapa lagu Koes Plus pun sudah bisa mereka mainkan.

Dua lagu pertama yang mereka kuasai adalah Nusantara 1 dan Bus Sekolah. Soal aransemen musik, mereka sepakat untuk mempertahankan agar tetap sama dengan aslinya.

Pada 28 Oktober 2007, T-Koes dengan formasi lima anak usia SD pun tampil untuk kali pertama di Serpong Plaza, mal yang kini sudah ditutup. Tak disangka, penampilan mereka di Serpong Plaza mendapat sambutan meriah.

Publik kagum dengan kepiawaian para personel cilik yang sudah jago bermusik. Apalagi, mereka memainkan lagu band zaman dulu yang melegenda.

Ditambah lagi, rambut mereka juga gondrong alias mirip dengan para personel Koes Plus di masa jayanya.

Nama T-Koes yang dipilih juga mengundang ketertarikan karena mengandung banyak arti. Mulai Tiruan Koes Plus, Turunan Koes Plus, hingga Titisan Koes Plus. Padahal, T-Koes merupakan singkatan dari Terinspirasi Koes Plus.

Tawaran tampil off-air maupun on-air pun mulai berdatangan. Otomatis, T-Koes yang awalnya hanya menguasai dua lagu Koes Plus itu akhirnya harus menambah stok lagu sang idola yang mesti dikuasai.

Latihan pun mulai lebih intens. Setiap minggu, kelima personel harus menguasai dua lagu Koes Plus. Agusta pun semakin disiplin dalam melatih anak-anaknya.

Setiap dia pulang kerja, anak-anaknya harus sudah menunjukkan progres latihan. Alat musik ditaruh Agusta di kamar.

”Kalau papa lihat alat musik masih rapi, dia bakal marah karena berarti kami nggak latihan,” ujar Jim.

Di samping harus menguasai alat musik, Ghali, Jim, dan Fajaru harus bisa bernyanyi. Mereka sudah akrab dengan lagu-lagu Koes Plus karena Agusta sering memperdengarkannya.

Cara menyanyi Yon, Yok, dan Tonny yang khas pun sering mereka dengar. ”Kami latihan nyanyi dengan cara mendengarkan para personel menyanyi. Bukan cuma dihafal, tapi diresapi penghayatannya,” jelas Ghali.

Berkat latihan rutin, lagu-lagu Koes Plus yang mereka kuasai pun semakin banyak. Dari yang awalnya hanya lima, T-Koes akhirnya menguasai belasan hingga puluhan lagu.

Sayang, karena sibuk berlatih untuk menguasai lagu, sekolah jadi sering terlupakan. Beberapa kali Fajaru, Ghali, dan Jim membolos sekolah demi bisa menguasai lagu baru. Harus menguasai dua lagu baru dalam seminggu tentu menyita banyak waktu mereka.

Bukan hanya itu, rambut mereka yang gondrong juga sempat diprotes pihak sekolah. Maklum, mereka masih duduk di bangku SD. Bahkan, seorang guru pernah memotong rambut mereka dari belakang.

Namun, itu semua berubah ketika T-Koes muncul di salah satu TV swasta. Karena hal itu, SD tempat mereka bersekolah mendapat sorotan positif. ”Akhirnya, kami diizinkan gondrong, haha,” ujar Ghali.

Tetapi, untuk jadwal sekolah, para personel masih merasa kewalahan. Akhirnya, diambil langkah bijak. Setelah lulus SD, mereka bertiga menjalani homeschooling agar bisa punya lebih banyak waktu untuk berlatih musik.

Di tengah kesibukan tampil, cobaan sudah menghadang. Pada awal 2009, Panca mundur dari band karena ingin berfokus pada bakatnya di sepak bola.

Karena sedang banyak jadwal manggung, T-Koes sulit mencari personel pengganti. Posisi pembetot bas akhirnya diisi Jim sampai sekarang.

Setelah ditinggal Panca, kabar positif datang. Pada 2009, T-Koes mendapat kesempatan untuk tampil di depan para personel Koes Plus, yaitu Yon dan Murry, dalam konser 3G atau Tiga Generasi di Balai Sarbini, Jakarta Selatan.

Dalam konser itu, juga hadir Junior, band yang terdiri atas anak-anak para personel Koes Plus.

Dalam konser 3G, untuk kali pertama Yon dan Murry menyaksikan secara langsung penampilan T-Koes. Sebelumnya, para personel Koes Plus hanya melihat T-Koes tampil di layar kaca.

Dalam konser itu juga, T-Koes bahkan sempat berkolaborasi dengan Murry. Para musisi lintas generasi tersebut bersama-sama membawakan lagu Kelelawar.

Di backstage, Yon menghampiri para personel T-Koes. Dia berujar pendek, ”Dahsyat!” Frontman Koes Plus itu sangat kagum pada bakat dan kemampuan T-Koes.

Dia bahkan dengan bangga menyebut T-Koes sebagai penerus sekaligus menganggap mereka sebagai cucu dalam hal bermusik. Pujian itu semakin memompa semangat T-Koes.

Beranjak remaja, tiga bersaudara itu sering bertemu dengan Yon. Antara lain ketika Agusta mengajak mereka untuk berkunjung ke rumah mendiang Yon di Pamulang.

Yon pun sering memberi mereka masukan dalam hal bermusik dan menyanyi. Misalnya teknik penggunaan suara perut, suara hidung, suara dada, atau suara tenggorokan.

Karena itu, suara dan cara menyanyi T-Koes sangat mirip dengan Koes Plus. ”Pak Yon pokoknya selalu mau membagikan ilmu dan nasihat,” ujar Jim.

Murry dan Yok juga memuji mereka. Mereka menilai T-Koes sebagai band yang niat. Sebab, T-Koes tidak hanya memperhatikan segi musik, tapi juga penampilan dengan bergaya ala personel band era 1970-an. Karena itu, mereka sangat mendukung T-Koes agar melanjutkan kiprah di belantika musik Indonesia.

Tapi, kabar buruk menghampiri. Pada 2010, Buggy keluar dari band karena perbedaan visi dengan tiga bersaudara itu.

Di tengah kebingungan mencari drumer, akhirnya Agusta secara sukarela bergabung dengan tiga putranya. Formasi itulah yang bertahan hingga kini.

Dengan formasi empat orang yang terdiri atas ayah dan tiga anaknya, T-Koes justru semakin populer. Mereka bahkan sempat menjadi homeband sebuah acara talk show di televisi. Selain juga kebanjiran tawaran tampil off-air.

Di tengah semangat mereka meng-cover lagu-lagu Koes Plus di berbagai acara, sebuah pesan penting disampaikan Yon.

Dia ingin T-Koes memiliki karya sendiri. Yon senang jika ada band yang melakukan tribute untuk Koes Plus dengan membawakan lagu-lagu hitnya. Namun, Yon ingin T-Koes juga produktif.

Akhirnya, pada 2014, T-Koes merilis album pertama yang memuat dua rearansemen lagu Koes Plus dan tiga lagu baru ciptaan mereka. Lagu ciptaan mereka pun memiliki gaya musik yang mirip dengan lagu-lagu Koes Plus.

Genrenya pun beraneka ragam, sama dengan Koes Plus. Lantas, pada 2015, T-Koes merilis album kedua dengan enam lagu baru ciptaan mereka.

Walaupun terinspirasi Koes Plus, T-Koes mengaku punya ciri khas. Yakni stage act alias cara mereka membawakan lagu ketika tampil.

”Kalau dulu kan Koes Plus membawakan lagu dengan santai, kalau kami sih lebih energik dan interaktif sama penonton,” ujar Jim, lantas tertawa.

Benar saja. Ketika tampil, T-Koes selalu mengajak penonton bernyanyi atau berjoget bersama. Bahkan, mereka juga sering meminta penonton untuk memberikan usulan alias request lagu Koes Plus untuk dinyanyikan.

Dari segi kostum pun, T-Koes berbeda dengan Koes Plus. Para personel T-Koes selalu mengenakan busana seragam.

Busana tersebut tidak akan bisa ditemukan di butik mana pun karena dirancang dan dibuat secara khusus oleh Wati.

Nah, di tengah kesibukan itu, kabar menyedihkan tersebut datang: Yon, sosok junjungan mereka, jatuh sakit pada 2016. Ketika Yon diopname di rumah sakit, para personel T-Koes membesuknya.

Saat itu, entah karena apa, Yon kembali memberikan nasihat. ”Kalau saya sudah tiada, kalian akan jadi penerus saya,” katanya waktu itu.

Tak disangka, itu adalah nasihat terakhir yang diterima para personel T-Koes. Pada 5 Januari lalu, Yon wafat. Para personel T-Koes merasa mendapat amanat dari sang legenda untuk terus berkarya.

”Ini benar-benar kepercayaan dan nasihat yang harus kami jaga sebagai musisi pelestari Koes Plus,” ujar Fajaru.

Kini, setelah 10 tahun bermusik, T-Koes sudah menguasai ratusan lagu Koes Plus. Setiap Selasa dan Rabu, mereka rutin tampil di Plaza Blok M dan Summarecon Mall Serpong.

Sekali tampil, mereka biasanya membawakan sekitar 30 lagu selama 2 jam. Berbagai undangan untuk tampil di acara-acara pun masih sering mereka terima.

Yang luar biasa, T-Koes ternyata sanggup menjaring banyak fans dari berbagai kalangan usia. Fans usia paro baya menggemari mereka lantaran T-Koes piawai membawakan lagu-lagu Koes Plus dengan aransemen asli. Lantas, fans usia muda menggemari tiga bersaudara itu lantaran…ehem mereka lumayan cakep dan keren.

Di samping bermusik, T-Koes pun memiliki toko merchandise di Plaza Blok M. Lokasinya berdekatan dengan tempat mereka tampil live tiap Selasa malam.

Toko tersebut menjual baju, merchandise, dan juga album T-Koes. Setiap T-Koes selesai tampil, para penggemar akan menyerbu toko untuk membeli atau sekadar bertemu dan foto bareng dengan keempat personel.

Sukses menjadi pelestari Koes Plus, T-Koes tidak mau berhenti berkarya. Album ketiga kini sedang dibuat. ”Jika lancar, album ketiga akan dirilis pada tahun ini,” kata Ghali. (*/c11/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keburu Dipanggil, Yon Koeswoyo Gagal Manggung di Lombok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler