Merekam Suasana Mencekam di Kawasan Kairo, Mesir

Tertangkap saat Ambil Selimut di Penjara

Sabtu, 05 Februari 2011 – 08:08 WIB

Ratusan WNI sudah dievakuasi dari MesirSebelum sampai ke kampung halaman masing-masing, mereka ditampung di Asrama Haji Pondok Gede, Bekasi

BACA JUGA: Sujud Sutrisno, Seniman Kendang yang Kini Merana

Inilah cerita mereka saat mengalami suasana mencekam di Negeri Firaun tersebut, termasuk pengalaman kontributor Jawa Pos AGUS MUSTOFA yang baru pulang dari Kairo


=======================  
 
Ketika jaringan telekomunikasi diputus oleh pemerintah Mesir, penulis sempat kebingungan untuk mengirimkan berita ke Jawa Pos

BACA JUGA: Ketika Warga China Benteng Rayakan Imlek di Lahan Sengketa

Awalnya, twitter yang diputus
Lantas, facebook

BACA JUGA: Awalnya Hendak Hadiri Wisuda, Sekeluarga Hilang Dalam Kerusuhan Mesir

Akhirnya internet beserta sambungan telepon juga diputusItu dimaksudkan agar para demonstran tidak bisa berkoordinasi dalam menggerakkan massa yang berjumlah puluhan ribu secara cepat.
 
Tetapi, efeknya menjadi meluasBukan hanya para demonstran yang kelimpungan, melainkan juga para wartawan dan sejumlah pengusaha yang bersandar kepada jaringan telekomunikasiDi antaranya, perbankan, bursa efek, dan transportasiSelama beberapa hari semua sektor itu praktis lumpuh.
 
Biasanya, penulis mengirimkan berita lewat e-mailNamun, begitu jaringan internet tidak bisa, mantan wartawan Jawa Pos itu berusaha mengirim lewat faksimileNaskah di-print, lantas dia bergegas ke warnet atau wartel terdekatTetapi, semua wartel yang dia kunjungi ternyata tutup"Peralatan kami tidak bisa berfungsiTermasuk mesin faks," kata petugas warnet. 
 
Agus bergegas menuju ke kantor konsuler di kawasan Nasr CityDia berharap, kantor cabang KBRI di Kairo itu bisa membantu mengirimkan berita ke IndonesiaTernyata mesin faksimilenya juga tidak berfungsiTetapi, telepon darurat antarkonsuler dengan KBRI di pusat kota masih bisa beroperasiKarena itu, Agus dianjurkan untuk meluncur ke KBRIDi sana peralatan komunikasinya lebih lengkap.
 
Agus dan keluarganya meluncur ke Garden CityItu adalah kawasan elite di tengah kota tempat kantor-kantor kedutaan dari berbagai bangsaGedung KBRI yang berlantai 5 berdiri megah bersebelahan dengan kantor polisiSabtu siang itu kawasan Garden City tergolong lengangSelain karena jam kerja hanya setengah hari, meluasnya demonstrasi mengakibatkan sebagian penghuninya malas keluarBahkan, sejumlah kantor kedutaan meliburkan karyawannya.
 
Mereka memarkir mobil di depan KBRI, kemudian bergegas ke lantai 5 tempat ruang telekomunikasiSebagai kantor perwakilan negara, KBRI memang memiliki sistem telekomunikasi khususAda dua lapis sistem komunikasiYakni, reguler mengikuti sistem telekomunikasi setempat dan menggunakan jalur khusus ketika dalam kondisi daruratItu dimaksudkan agar KBRI bisa berkomunikasi ke Indonesia ketika ada hal-hal yang genting.
 
Penulis mencoba mesin faksimile untuk mengirimkan berita ke IndonesiaTernyata tidak bisaDiulang tiga kali, gagal terusAkhirnya Agus memutuskan untuk menyampaikan berita itu lewat saluran teleponYakni, meminta Jawa Pos Indonesia menghubungi KBRI KairoDengan cara itu, dia bisa menceritakan situasi dan kondisi terakhir Kairo secara langsung.
 
Turun dari ruang komunikasi, Agus bertemu dengan Dubes A.MFachir beserta staf kompletDi antaranya, sejumlah staf atase pertahanan, konselor sosial politik, perekonomian, dan humasSaya sempat terlibat perbincangan tentang situasi Mesir yang semakin burukKBRI memutuskan untuk segera mengevakuasi masyarakat Indonesia.
 
Saat berbincang-bincang di ruang depan KBRI itulah, tiba-tiba di luar gedung terdengar suara hiruk pikuk dan sorak-sorai yang memancing kami melihat keluarTernyata ada puluhan demonstran berlarian di depan gedungMereka membawa tongkat besi, kayu, palu, dan linggisAwalnya, massa dikira hanya lewatTernyata mereka menuju ke gedung sebelah KBRI, yakni gedung Polisi Sektor Garden CityKantor polisi itu tepat berada bersebelahan dengan KBRIBerdempetan tembok.
 
Apa yang mereka lakukan sudah bisa diprediksikan, yakni merusak gedung tersebutMereka memukuli kaca-kaca jendela, mencongkel pintu-pintunya, dan kemudian memaksa masuk sambil menghancurkan apa saja yang ada di sanaYang membuat kami khawatir, waktu itu mereka berusaha membakar gedung "polsek" tersebut.
 
Tentu saja itu membuat khawatir para satpam kawasan kedutaanBukan hanya KBRI, melainkan juga kedutaan negara lainSebab, kebakaran itu pasti akan merembet ke berbagai gedung di sekitarnyaTermasuk KBRI yang berdempetan dengan kantor polisi ituDubes A.MFachir langsung memerintah para karyawan untuk menyiapkan tabung-tabung pemadam kebakaran dan slang-slang air yang panjangDia sendiri kelihatan sibuk menelepon pihak-pihak tertentu untuk mengantisipasi situasi yang membahayakan itu.
 
Sejumlah demonstran mulai menyulutkan korek apinya ke barang-barang di perkantoran tersebutUntung, mereka tidak menemukan bensin sehingga kebakaran tidak membesarApi bisa segera dipadamkan oleh sejumlah satpam, sambil membujuk para demonstran agar tidak meneruskan aksinya, dengan alasan itu akan membakar gedung-gedung sekitar juga.
 
Para demonstran itu lantas menuju ke ruang tahanan di bagian belakang "polsek" tersebutDi sana mereka menjebol pintu tahanan dengan menggunakan linggis dan paluBegitu terbuka, berhamburanlah puluhan narapidana sambil mengacak-acak kantor polisi tersebutKemudian, mereka melarikan diri ke jalan raya, berbaur dengan demonstran yang lain.
 
Tetapi, ada empat orang narapidana yang kemudian balik ke kantor polisiTernyata mereka berniat mengambil sejumlah selimut yang mereka pakai selama di penjara ituSebab, saat ini Kairo memang sedang berada dalam musim dingin.
 
Tetapi, malang bagi mereka karena tiba-tiba muncul dua mobil patroli berisi sejumlah polisi berpakaian premanMereka menyerbu ke dalam kantor polisi yang sudah acakan-acakan itu sambil melepaskan sejumlah tembakan ke udaraKemudian, para polisi itu menangkap empat napi yang sedang sibuk mengambili selimut bekas itu"Ah, sialnya para tahanan ituHanya karena ingin mengambil selimut bekas, mereka tertangkap lagi...!" kata salah seorang staf di KBRI.
 
Sementara itu, hingga Kamis malam (3/2), 79 orang di antara 400 WNI yang dievakuasi dari Mesirtinggal di Asrama Haji, Pondok Gede, Bekasi"Sebagian besar sudah pulangBesok pagi kami juga akan pulang ke Aceh," kata Sulhan Abdurrahman, salah seorang pengungsi, yang ditemui di lobi asrama.
 
Sulhan merupakan pengungsi kloter pertama dari MesirDia mengungsi bersama 400 orang lainnya pada Rabu lalu (2/2) bersama seorang istri dan anaknyaMahasiswa Jurusan Syariah Universitas Al Azhar itu sejatinya tidak hendak pulang dalam kloter pertamaSebab, kloter pertama awalnya hanya dikhususkan ibu-ibu dan anak-anak.
 
Sulhan menuturkan, pada Selasa pagi (1/2) dia mengantar istrinya ke tempat perkumpulan para WNI di Madnah Nasr, sebuah kawasan permukiman di KairoSaat itu dia diberi tahu bahwa banyak ibu-ibu yang membatalkan kepulangannyaAlasannya, mereka enggan meninggalkan para suami sendirian di Mesir"Daripada kursinya kosong, saya ikutan saja sekalian," ujarnya.
 
Karena itu, barang bawaan lelaki asal Lhokseumawe, Aceh, tersebut tak begitu banyakHanya beberapa perkakasSebab, pemberitahuan kosongnya kursi itu sangat mendadak"Yang saya bawa hanya yang menempel di badan dan beberapa barang saja," ujar lelaki berjenggot tipis itu, lantas tersenyum.
 
Lelaki yang juga bekerja sebagai tour guide itu mengatakan bahwa dirinya beruntung tidak terlibat bentrokan saat situasi memanas di MesirHampir di semua wilayah Kairo, kata dia, rusuhBank dirampok, toko dijarah, dan rumah-rumah dirusak massaBahkan, kata Sulhan, beberapa rumah dirampokBeberapa gerombolan orang masuk dan mengambil semua barang berharga"Utung, kami tidak mengalami," katanya.
 
Sulhan yang tinggal di sebuah flat di Madna Nasr itu menuturkan, kawasan tempat tinggalnya dijaga ketat oleh wargaTanpa diminta, para pemuda dan tokoh masyarakat, kata dia, berpatroli dan standby selama 24 jam penuh"Saya lama tinggal di flat tersebutJadi bisa kenal banyak orangAlhamdulillah, flat kami dijaga," kata Sulhan yang tinggal di Mesir sejak 2005 itu.
 
Selain itu, kata Sulhan, Madna Nasr adalah kawasan yang cukup ramahTempat tersebut banyak didiami mahasiswa yang kuliah di Universitas Al AzharKarena itu, wilayah tersebut tidak banyak terkena imbas ekskalasi politikWarga kampung juga cukup bersahabat dengan warga non Mesir.
 
Sulhan berharap, pergolakan di Mesir segera rampungSebab, kurang beberapa bulan lagi masa belajarnya bakal rampung"Khawatir juga sih kalau demonstrasi tidak selesai-selesaiTinggal tiga mata kuliah, bulan lima saya ujian akhir," katanya.
 
Hal senada juga diungkapkan ZulkifliBapak dua anak itu mengatakan sempat deg-degan ketika dalam perjalanan menuju bandara di KairoSebab, hampir setiap sepuluh meter terdapat sweepingWarga memeriksa setiap mobil yang lewatMereka menyisir senjata tajam dan senjata api
 
Salah seorang warga tiba-tiba membuka pintu mobilDia menanyakan tujuan rombongan"Tapi, setelah kami bilang kami hendak ke bandara, mereka paham dan membiarkan kami lewatMereka bahkan tidak menyuruh kami membuka tasAna khawatir juga sebenarnya," kata lelaki asal Banjarmasin itu.
 
Lelaki yang sedang menjalani studi fikih di Universitas Al Azhar itu menyatakan senang akhirnya bisa kembali ke tanah airSebab, jika bertahan di Mesir, bukan tidak mungkin dia ikut menjadi korbanApalagi, harga kebutuhan di sana melonjak sepuluh kali lipat"Ana pulang kampung dulu hingga kondisi tenang," katanya(wan/aga/c4/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumitnya Kasus 5 Anak Memperkosa 2 Korban yang Juga Anak-Anak


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler