Merekayasa Sejarah Rohingya demi Benarkan Genosida

Sabtu, 01 September 2018 – 16:17 WIB
Beberapa hoaks yang dimasukkan militer Myanmar ke dalam buku sejarah konflik Rohingya. Foto: Reuters

jpnn.com, YANGON - Buku setebal 117 halaman menjadi bukti nyata kebencian junta militer Myanmar terhadap kaum Rohingya. Lewat buku yang beredar luas di Yangon itu, Tatmadaw (sebutan junta militer Myanmar) berusaha mengubah sejarah. Yakni, dengan mengantagoniskan etnis Rohingya.

”Kaum Bengali ikut menyusup setelah pasukan Inggris berhasil menguasai Myanmar.” Demikian bunyi keterangan di bawah foto warga yang berbondong-bondong sambil membawa perbekalan.

BACA JUGA: Militer Myanmar Masukkan Hoaks ke Buku Sejarah Rohingya

Foto hitam putih itu menghiasi salah satu halaman buku berjudul Myanmar Politics and the Tatmadaw: Part I. Buku itulah yang menjadi senjata junta militer untuk mengubah reputasi kaum Rohingya.

Di dalam buku yang mulai beredar sejak Juli itu, junta militer Myanmar menuliskan tentang Rohingya. Di sana, penulis buku menyebut Rohingya sebagai Bengali.

BACA JUGA: Komisioner HAM PBB Minta Aung San Suu Kyi Lengser

Nama itu pula yang dipakai rakyat Myanmar untuk menyebut kaum Rohingya. Itu merujuk pada tanah asal mereka. Yakni, Bengal alias Bangladesh.

Sayangnya, isi buku itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Foto-foto yang menjadi pelengkap buku tersebut juga tidak semuanya asli. Sebagian adalah hasil rekayasa. Termasuk, foto warga yang berbondong-bondong itu.

BACA JUGA: Genosida Rohingya: Junta Militer Myanmar Disanksi Facebook

Hasil penelusuran Reuters menunjukkan bahwa foto yang diklaim sebagai gambaran masuknya kaum Rohingya ke Myanmar itu bertahun 1996. Lokasinya pun bukan di Asia, melainkan Afrika. Itu adalah foto pengungsi Hutu yang melarikan diri dari genosida di Rwanda.

Fotografer yang mengabadikan momen itu bernama Martha Rial. Dia bekerja untuk Pittsburgh Post-Gazette. Foto tersebut meraih penghargaan Pulitzer pada 1998. Belum diketahui apakah penggunaan foto itu seizin Rial atau tidak.

Di buku itu ada 80 foto yang sebagian besar diambil dari Unit True News junta militer Myanmar. Sejak awal konflik sektarian di Negara Bagian Rakhine, unit itu aktif di Facebook untuk memberikan informasi terkini versi pemerintah.

Ada delapan foto yang diklaim sebagai dokumen sejarah. Warnanya hitam putih semua. Namun ternyata, tiga diantaranya adalah foto yang dipalsukan.

Selain foto orang yang berbondong-bondong itu, ada dua foto lain yang merupakan hasil rekayasa. Satu diantaranya adalah foto mayat-mayat yang terdampar di pantai.

Itu merupakan foto warga Bangladesh yang dibunuh oleh militer Pakistan saat perang kemerdekaan pada 1971. Tapi di buku tersebut ditulis bahwa foto tersebut menunjukkan pembunuhan brutal yang dilakukan kaum Bengali saat kerusuhan etnis di Myanmar pada era 1940an.

''Isi buku ini disusun berdasarkan foto-foto dokumenter yang bertujuan untuk mengungkap sejarah warga Bengali,'' klaim Letkol Kyaw Kyaw Oo, salah seorang penulis buku. Buku itu juga menyebut penduduk Rohingya masuk secara ilegal dari Bangladesh.

Reuters berusaha meminta klarifikasi dari Juru bicara pemerintah Zaw Htay tentang orisinalitas foto di buku itu, tapi gagal. Pejabat di Kementerian Informasi U Myo Myint Maung menolak berkomentar. Dia mengaku belum membaca buku yang dimaksud.

Sebenarnya, buku kontroversial itu tak seberapa laris. Di toko buku Innwa, Yangon, misalnya. Hanya terjual 50 kopian. Mereka juga belum berniat untuk memesan kembali.

Sebagian besar toko buku malah memberikan diskon untuk pembelian buku itu. ''Tak banyak yang mencari buku ini,'' ujar salah satu pedagang. (sha/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penghargaan Aung San Suu Kyi Terus Berguguran


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler