Merespons Pernyataan Dino Djalal, Djumala: Diplomasi Perdamaian Bukan Pabrik Tempe

Senin, 04 Juli 2022 – 17:59 WIB
Anggota Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Darmansjah Djumala merespons pernyataan Dino Patti Djalal soal misi perdamaian Jokowi di Rusia dan Ukraina. Foto: Humas BPIP

jpnn.com, JAKARTA - Banyak yang bereaksi atas kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia seusai menghadiri Pertemuan G7 di Jerman.

Salah satunya ialah Dino Patti Djalal.

BACA JUGA: Pancasila Jadi Mata Ajar Wajib, BPIP: Universitas Jember akan Jadi Benteng Pendobrak

Dia menyatakan misi perdamaian Jokowi belum terwujud hingga hari ini.

Mantan Wamenlu era SBY ini juga tidak melihat adanya terobosan dalam misi perdamaian Jokowi itu. 

BACA JUGA: Dewan Pakar BPIP: Diplomasi Pancasila Terbukti Ikut Redakan Konflik di Sejumlah Negara

‘’Dari segi misi perdamaian, tidak ada terobosan. Sebab, kalau misi perdamaian, berarti konsep perdamaian diterima kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia,’’ ungkapnya.

Duta Besar Darmansjah Djumala menanggapi pernyataan Dino tersebut. Dia menegaskan, dalam fatsun diplomasi, perdamaian setidaknya harus melalui tiga proses.

BACA JUGA: BPIP Bersama Kopassus Bangun Semangat Membumikan Pancasila

Yakni, komunikasi, penghentian kekerasan, dan dialog. Tiga tahapan proses itu sering dirujuk sebagai adab diplomasi.

Menurut pria yang pernah menjabat Dubes Indonesia untuk Austria dan PBB di Wina ini, pembicaraan dan negosiasi perdamaian tak akan bisa dimulai jika tidak ada komunikasi. 

Sebab, dari komunikasi itu, keduanya bisa mengetahui posisi dan apa yang diinginkan masing-masing pihak.

Karena itu, dibutuhkan pihak ketiga untuk mediasi agar dapat berkomunikasi. Dengan mengadakan pertemuan empat mata dengan Zelenskyy dan Putin, Jokowi sejatinya sudah membuka pintu komunikasi.

Djumala yang saat ini menjabat Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri menuturkan, untuk memulai dialog dan perundingan kekerasan harus diakhiri, perang harus dihentikan. 

Inilah himbauan yang disampaikan kepada Zelensky dan Putin. 

‘’Jika kekerasan sudah tidak ada lagi dan perang berhenti karena gencatan senjata, tersedia ruang kondusif untuk berunding mencari jalan damai,’’ ujarnya.

Jadi, tidak heran jika salah satu misi Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah menghentikan kekerasan dan peperangan.

Djumala juga mengungkapkan, dengan adanya proses komunikasi, penghentian kekerasan dan dialog dalam setiap upaya peredaan konflik, inisiatif perdamaian butuh waktu lama, bertahun-tahun, melalui proses panjang dan berliku. 

‘’Sebab, perdamaian bukan barang sekali tepuk jadi. Kerja diplomasi perdamaian tentu beda dengan cara kerja pabrik tempe: hari ini kedelai besok jadi tempe,’’ ucapnya.

Dewan Pakar BPIP itu meyakini pesan damai yang dibawa Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah manifestasi nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Yaitu, sila kedua tentang kemanusiaan dan sila ketiga terkait nasionalisme Indonesia.

Misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan perwujudan nasionalisme kemanusiaan karena membawa nama baik Indonesia dalam pergaulan internasional. 

‘’Diplomasi perdamaian Jokowi adalah langkah awal membuka pintu komunikasi bagi kedua seteru agar dapat mengakhiri perang sehingga damai tercipta,’’ tutup Djumala. (mrk/jpnn)

 


Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler