Pemetik buah apel dari Jepang Arisa Yoshida dengan mesin pemetik buah di lahan Huon Valley, Tasmania. (ABC News: Fiona Breen)
Berbagai mesin yang digunakan untuk memanen buah karena kurangnya pekerja selama masa pandemi COVID-19 di Australia tampaknya akan terus digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia.
Di Tasmania, perkebunan apel mulai menggunakan teknologi ban berjalan untuk menggantikan tenaga manusia dan mempercepat proses panen.
BACA JUGA: Pria Aborigin Tertua di Australia Stephen Steward, Telah Menjalani Hidup yang
Bahkan bagi pekerja seperti Arisa Yoshida yang menjadi pemetik apel di Huon Valley, adanya teknologi ini membuat pekerjaannya menjadi lebih mudah
"Ini bagus sekali. Saya biasanya harus memanggul keranjang besar di punggung, namun sekarang mesin ini yang mengambil apel dari pohonnya, jadi mudah sekali," katanya.
BACA JUGA: Australia Pertimbangkan Buka Kedatangan Internasional Secara Bertahap
Arisha bekerja untuk pemilik lahan apel organik Andrew Smith di Huon Valley.
Pembatasan perjalanan internasional karena COVID-19 dan langkanya pekerja asing membuat para pemilik lahan apel harus menggunakan teknologi baru ini lebih cepat dari perkiraan mereka sendiri.
BACA JUGA: Jenderal Myanmar Pemimpin Kudeta Bakal ke Jakarta Pekan Depan
Ketika pandemi terjadi dan perbatasan ditutup, Andrew Smith tidak memiliki cukup pekerja untuk membantu memanen apel.
Karenanya, dia kemudian membeli dua mesin ban berjalan yang masing-masing seharga A$150 ribu (sekitar Rp1,5 miliar).
"Teknologi ini sudah lama tersedia, namun sekarang pembelian teknologi ini meningkat di seluruh dunia," katanya. Kesempatan baru bagi pekerja perempuan
Dengan enam ban berjalan dan dua platform yang bisa bergerak, mesin pemetik apel ini bisa berjalan sepanjang pepohonan apel, sementara enam pekerja memetik apel dari ketinggian yang berbeda.
"Tidak diperlukan ketahanan fisik lagi bagi siapa saja untuk bisa melakukannya," kata Andrew.
"Saya melihat sekarang ini kesempatan lebih terbuka bagi pekerja perempuan, dengan perbandingan 50 atau 60 persen perempuan, dan 40 persen laki-laki, di industri yang dulunya sangat dominan laki-laki."
Salah satu pemetik lainnya di sana, Rachael Waters, sangat menyukai teknologi baru ini.
"Saya kira semua orang setuju bahwa kami tidak lagi harus membawa keranjang di dada atau di punggung," katanya.
"Ini membuat pekerjaan lebih mudah, khususnya bagi perempuan yang badannya kecil. Karena sebelumnya susah sekali mengangkat keranjang berisi 20 kg apel sambil naik tangga.'
Andrew Smith mengatakan sejak dia memesan dua mesin tersebut permintaan global akan mesin pemetik apel ini meningkat tajam sehingga sekarang masa tunggu pengiriman mencapai enam bulan.
Di Tasmania sekarang ini ada sedikitnya 14 mesin serupa yang digunakan untuk memetik apel.
Presiden Asosiasi Petani Buah Tasmania, Scott Price, mengatakan ini adalah satu lagi alat yang tersedia bagi industri pertanian.
"Saya tidak mengatakan ini adalah jawaban dari semua masalah yang ada, namun memberikan keleluasaan bagi kami untuk menggunakan lebih banyak tenaga kerja yang mungkin belum pernah kami lakukan sebelumnya," kata Scott Price.
Manfaat lain dari penggunaan teknologi ini adalah kualitas yang lebih baik dari buah apel yang dipanen.
"Guratan di kulit apel hilang. Bahkan dengan pemetik apel terbaik sekalipun, kadang masih ada goresan di kulit apel yang dipetik," kata Price. Bagaimana mesin mengubah pembayaran upah?
Mesin ini juga berguna bagi para pemetik, terkait dengan pembayaran.
Biasanya pemetik buah apel dibayar berdasarkan berapa banyak buah yang dipetik.
Semakin cepat mereka bekerja, semakin banyak uang yang didapat.
Dengan adanya mesin tersebut, para pekerja akan mendapat bayaran per jam.
"Sistem ini menurut saya lebih adil. Sekarang tergantung kepada kami bagaimana membuat sistem ini lebih efisien, karena sekarang kami membayar per jam, dan pekerja tidak lagi memakai sistem kontrak seperti yang terjadi selama 40 tahun terakhir," kata Andrew Smith.
Dalam aturan yang ada sekarang ini, rata-rata pekerja dibayar 15 persen lebih tinggi per jam dari bayaran minimum.
Serikat Pekerja Australia sudah mengajukan usulan kepada Fair Work Commision untuk mengubah aturan guna memastikan mereka yang memetik per buah dibayar sesuai upah minimum.
Menurut Scott Price, teknologi ini tidaklah menghilangkan bayaran bagi pemetik per buah.
"Saya berharap demikian. Masih banyak peluang bagi mereka yang ingin dibayar per buah yang dipetik," katanya.
"Banyak pemetik buah sekarang hanya mau bekerja bila mereka mendapatkan bayaran lebih tinggi dari upah minimum.
"Saya bisa mengerti alasan mereka.
"Semua orang punya hak masing-masing, dan kalau kita menghentikan sistem pembayaran per buah, mungkin ada orang yang tidak mau lagi bekerja memetik apel." Kemungkinan harga akan naik di pasar
Dari sisi harga apel di pasaran, teknologi ini bisa membuat harga apel akan lebih mahal di pasaran.
"Dengan adanya lebih banyak investasi di peralatan seperti ini, harga awalnya mahal," kata Price.
"Sekarang kami akan menguji pasar apakah pasar bersedia membayar apel dengan harga yang lebih mahal," kata Andrew Smith.
Menurut Andrew Smith, mesin pemetik buah ini bukan satu-satunya teknologi yang akan digunakan.
"Anda akan melihat penggunaan robot di perkebunan apel dalam waktu 24-36 bulan di Tasmania, mungkin saja di perkebunan kami atau perkebunan tetangga. Ini akan terjadi dengan cepat," kata Andrew Smith lagi.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mobil Tesla Tanpa Pengemudi Tabrak Pohon, Penumpangnya Tewas