Meski Hamil Dipaksa Suami Mangkal di Pinggir Jalan jadi PSK

Senin, 30 November 2015 – 07:08 WIB
PSK. Foto ilustrasi.dok.JPNN

jpnn.com - MEDAN - Petugas gabungan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Medan, dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker), dan Polresta Medan, menggelar razia di sejumlah lokasi yang dikerap dijadikan tempat mangkal perempuan pekerja seks komersial (PSK), Sabtu (28/11) dinihari.

Sebanyak 18 PSK diamankan dari Jalan KH Wahid Hasyim, Jalan Gatot Subroto, Jalan Iskandar Muda, Jalan Gajah Mada, Jalan Setiabudi dan dua 'hotel melati' Jalan Jamin Ginting.

BACA JUGA: Peredaran Narkoba di Kalteng Fantastis, Ini Buktinya...

Dari 18 PSK yang diamankan, salah seorang di antaranya, sebut saja Mirna, sedang hamil tujuh bulan. Warga Jalan Pabrik Tenun itu diamankan dari kawasan Jalan Gajah Mada dan kemudian dibawa ke Kantor Dinsosnaker Medan, Jalan KH Wahid Hasyim.

Mirna yang sempat diwawancarai mengaku dipaksa suaminya, Indra, untuk menjadi PSK. Karenanya, Mirna pun menolak untuk dipulangkan petugas ke rumahnya lantaran takut dipukuli suaminya.

BACA JUGA: Serang Lawan karena Nepotisme dalam Penunjukan Pejabat Pemkab

 "Aku enggak mau pulang ikut suamiku, aku mau dibawa ke panti aja. Aku takut dipukul suamiku kalau pulang ke rumah," ungkap Mirna sembari menangis.

Diutarakan Mirna, apabila dirinya di rumah dan tidak menjual diri maka suaminya akan menghajarnya. "Aku selalu ditampar dan dianiaya bila tidak kasih uang. Aku dipaksa menjual diri di Taman Gajah Mada (Jalan Gajah Mada)," sebut wanita berusia 25 tahun ini.

BACA JUGA: Ngakunya Sih Teman, Tapi Kok Sikat Motor?

Mirna mengungkapkan, setiap malam ia diantar suaminya ke Taman Gajah Mada dan juga Jalan KH Wahid Hasyim untuk menjual diri. Bila menolak, kata dia, suaminya akan memukul dan menampar serta melakukan tindakan kekerasan lainnya.

"Aku enggak berani menolak perintahnya. Karena, kalau aku tolak langsung dipukulnya. Kalau aku jual diri, suamiku jadi tukang parkir di taman itu sambil lihat-lihat pelanggan," ucap Mirna dengan sedih.

Dikatakan, meski  ia sedang hamil tetap dipaksa melayani nafsu pria hidung belang dengan tarif sekali kencan Rp 200 ribu. "Sebenarnya aku enggak mau, tapi karena dipaksa dan diancam suamiku makanya aku terpaksa begini," katanya.

Perempuan berkulit putih ini mengaku, ia sudah berulangkali pulang ke rumah orang tuanya di Jalan Notes karena tidak sanggup tinggal bersama suaminya. Namun, sambung Mirna, ayahnya selalu mengusir dan memintanya untuk kembali ke tempat tinggalnya di Jalan Pabrik Tenun.

"A yahku malu karena aku sedang hamil kok tinggal sama orang tua. Makanya aku diusir orang tuaku. Aku sudah enggak tahan sama suamiku, aku enggak mau pulang," keluhnya.

Ia menceritakan, ketika usia kehamilannya masih dua bulan, suaminya pernah menjualnya kepada bandar sabu-sabu. "Jadi, temannya bilang suka samaku dan ingin begituan. Lalu, suamiku menyuruhku untuk melayaninya," ungkap Mirna.

Awalnya, lanjut Mirna, ia tak mau melayani. Akan tetapi, suaminya langsung marah-marah dan mengancam akan memukulinya. "Aku dibawanya ke Hotel Novi, Simpang Barat. Lalu, aku dibawa ke dalam kamar hotel itu. Ternyata, kawannya sudah ada di dalam kamar dan aku dipaksa melayaninya selama satu malam," bilang Mirna yang terus menangis.

Setelah melayani teman suaminya, sambung Mirna, ia mendapat bayaran Rp 500 ribu. Namun, uang tersebut diminta sebagian oleh suaminya. "Dikasih uang aku sama kawannya Rp 500 ribu, tapi suamiku minta Rp 100 ribu untuk beli sabu-sabu di Kampung Kubur," bilang Mirna.

Ia menuturkan, dirinya sakit hati dengan perbuatan suaminya yang tega menjual istrinya sendiri. "Sakit kali perasaanku, suamiku sendiri menjualku sama temannya. Entah dimana otaknya, enggak ngerti aku. Uda gitu, abis aku melayani kawannya, dibilang pula “lumayan kan dapat Rp 500 ribu”," tuturnya.

Diutarakannya lagi, sejak peristiwa itu suaminya memaksanya untuk mejadi PSK di pinggir jalan. Bahkan, saat hamil tua pun harus tetap melayani pria hidung belang.

"Aku sudah lelah hidup bersamanya, terkadang aku berpikir mau mati saja. Pernah juga waktu aku selesai melayani pelanggan, suamiku tiba-tiba menggedor-gedor kamar hotel. Dibilangnya aku selingkuh marah-marah. Dia mengacam aku mau lapor polisi. Lalu, supaya enggak dilapor dibilangnya berdamai aja dan harus memberikan uang Rp 1 juta," bebernya.

Ia menyampaikan, kelakuan  suaminya sudah berlangsung sejak hamil lima bulan. Dia pun menyatakan ingin dibawa ke panti sosial agar tidak bertemu suaminya.

"Tolong saya, bawa saja ke panti sosial. Di sana aku dapat makan dan bisa melahirkan dan merawat anak. Soalnya, suamiku bilang kalau anak ini lahir akan diberikan sama orang. Aku enggak mau anakku dikasih orang lain," imbuhnya.

Kepala Dinsosnaker Kota Medan Syarif Armansyah Lubis mengatakan, Mirna dikirim ke Panti Parloha milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang ada di Brastagi. Menurutnya, di panti tersebut Mirna dan para PSK lainnya akan dibimbing dan dibina untuk mendapatkan keterampilan baru sehingga tak perlu lagi menjadi PSK.

"Selama di panti, para PSK yang diamankan dibina. Nantinya akan dilatih untuk menjahit," kata Armansyah. (ris/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hujan Deras Sungai Meluap, Pidie Diterjang Banjir dan Longsor


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler