Mewakili Masyarakat Sumbar, Andre Rosiade Mengajukan Permintaan kepada Menag Yaqut

Jumat, 25 Februari 2022 – 19:36 WIB
Politikus Partai Gerindra Andre Rosiade menanggapi pernyataan Menag Yaqut Cholil Qoumas. Ilustrasi Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut saat menjelaskan tentang SE Menag Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala dengan menganalogikan gonggongan anjing berbuntut panjang.

Terbaru, anggota DPR RI dari Sumatra Barat, Andre Rosiade mengaku telah mendapat aspirasi kalangan masyarakat yang mengecam dan keberatan dengan pernyataan Menag Yaqut.

BACA JUGA: Menag Yaqut Diharamkan ke Sumbar, LBH Ansor Menyalahkan Roy Suryo

"Tentu sebagai anggota DPR RI yang mewakili Sumatra Barat, saya menyampaikan aspirasi kegelisahan dan penolakan masyarakat Sumbar yang merasa pernyataan Yaqut itu tidak pantas dan tidak layak," kata Andre Rosiade kepada JPNN.com, Jumat (25/2).

Setelah melakukan pengkajian mengenai pernyataan Menag Yaqut, Andre menilai pernyataan tersebut memang tidak patut disampaikan.

BACA JUGA: Analisis Kepala Badan Bahasa soal Omongan Menag Yaqut, Silakan Fokus Pertanyaan Kedua

"Untuk itu, saya meminta Pak Yaqut mencabut pernyataan yang bersangkutan dan evaluasi pernyataan beliau," lanjutnya.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Gerindra Sumbar itu juga menyebutkan pernyataan Menag Yaqut tersebut menimbulkan kegaduhan baru dan kontraproduktif.

BACA JUGA: SPTJM Syarat Penetapan NIP PPPK, Satya: Permintaan BKN Sesederhana Itu

"Ini merupakan kegaduhan yang tidak perlu. Apalagi saat ini pemerintah dan masyarakat tengah berjuang menghadapi pandemi gelombang ketiga. Intinya pernyataannya bikin gaduh dan kontraproduktif bagi pemerintah," pungkas Andre.

Sebelumnya, Menag Yaqut Cholil Qoumas menyebut aturan pengeras suara di masjid dan musala sebagai pedoman untuk meningkatkan manfaat dan mengurangi hal yang tidak bermanfaat.

Sebab, lanjut Gus Yaqut, di negara yang mayoritas berpenduduk muslim ini terdapat banyak masjid dan musala yang berdekatan.

"Kita bayangkan, saya muslim, saya hidup di lingkungan nonmuslim, kemudian rumah ibadah mereka membunyikan toa sehari lima kali dengan keras secara bersamaan, itu rasanya bagaimana?" ucapnya.

Dia lantas memberikan contoh lainnya, yakni gonggongan anjing.

"Contohnya lagi, misalkan tetangga kita, kiri kanan depan belakang pelihara anjing semua, misalnya, menggonggong di waktu yang bersamaan, kita terganggu tidak? Artinya semua suara-suara harus kita atur agar tidak menjadi gangguan," tutur Gus Yaqut. (mcr8/jpnn)


Redaktur : Soetomo
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler