Mewujudkan Jakarta Baru, Transformasi Menuju Kota Global

Oleh: Fakhrizal Lukman, Direktur Lembaga Kaukus Muda Nusantara

Senin, 25 Maret 2024 – 13:45 WIB
Direktur Lembaga Kaukus Muda Nusantara, Fakhrizal Lukman. Foto: dok pribadi

jpnn.com - JAKARTA akan segera bertansformasi menjadi Jakarta yang baru, dari ibu kota negara menuju kota global. Kedepan Jakarta tak lagi menyandang status sebagai Daerah Khusus Ibukota (DKI), berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara, ibu kota Indonesia akan berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

Karena itu, Jakarta yang telah sekian lama menjadi ibu kota, akan berpindah status menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) dan berperan sebagai kota global sebagaimana rancangan undang-undang tentang DKJ yang saat ini masih dalam proses pembahasan.

BACA JUGA: BKN Sebut 25 Instansi Sudah Menyatakan Siap Pindah ke IKN, Ini Daftarnya

Menurut lembaga Kearney yang rutin merilis Global Cities Report dalam penilaian Global Cities Index (GCI), kota global ditentukan pada kekuatan konektivitas internasionalnya. Kota global menjadi mikrokosmos dari dinamika yang membentuk bagian dunia.

Mengingat betapa dalamnya keterhubungan transnasional, kota global -di satu sisi- menjadikannya rentan terhadap perubahan dinamika yang mendisrupsi arus modal, individu serta gagasan dari seluruh dunia.

BACA JUGA: Ratusan PNS & PPPK Bakal Dimutasi ke Otorita IKN, Begini Skema Pemindahannya

Namun pada saat yang sama, kota global pun akan sering mendapatkan manfaat dari tren distruptif, menarik banyak talenta dan investasi serta berfungsi sebagai pusat inovasi hingga katalisator pertumbuhan ekonomi.

Sama halnya dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta mendefinisikan kota global sebagai kota yang memiliki peran penting dalam pengintegrasian ekonomi transnasional (menjadi primary node dalam jaringan ekonomi dunia) yang mampu menarik modal, barang, sumber daya manusia, gagasan serta informasi secara global. Kiranya seperti itulah perwujudan kota global yang akan diupayakan.

BACA JUGA: Otorita IKN Batalkan Pembongkaran Rumah Warga Pemaluan Kaltim

Namun, transisi tersebut bukan suatu hal yang mudah dengan sejumlah indikator yang masih jauh tertinggal dengan kota global di negara lain. Jakarta saat ini menempati peringkat ke-74 dari 156 kota di Global Cities Index (GCI, tahun 2023), tertinggal dari kota-kota negara kawasan Asia Tenggara lainnya seperti, Kuala Lumpur peringkat ke-72, Manila peringkat ke-70, Bangkok peringkat ke-45, juga Singapura peringkat ke-7.

Penilaian yang dilakukan melalui GCI meliputi berbagai metrik vital dalam dimensi kota global yang menjadi indikator seperti, aktivitas bisnis, sumber daya manusia, pertukaran informasi, kebudayaan, hingga keterlibatan politik.

Selain tertinggal dibandingkan dengan kota-kota negara kawasan Asia Tenggara lainnya, faktanya peringkat Jakarta saat ini menurun dibandingkan dengan 2015 lalu yang menempati peringkat ke-54. Menurunnya peringkat dalam indeks kota global ini diantaranya adalah melesatnya transformasi kota-kota lain menjadi kota global.

Misal sejumlah kota-kota di China yang berkembang pesat dalam usahanya menuju kota global sehingga mendapatkan kenaikan peringkat yang signifikan sepanjang 2015-2023. Seperti Hangzhou naik 35 peringkat menjadi ke=78, Guangzhou naik 16 peringkat menjadi ke-55, Shenzhen naik 11 peringkat menjadi ke-73.

Sebetulnya Jakarta memiliki cukup modal untuk kian bertransformasi menjadi kota global. Secara demografis Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, Jakarta memiliki 10,7 juta jiwa atau setara dengan 3,9% populasi nasional. 71,27% diantaranya merupakan penduduk dengan usia produktif yang berjumlah 7.613.510 jiwa, artinya Jakarta memiliki kesempatan yang luas untuk memanfaatkan bonus demografi.

Dalam sektor ekonomi, saat ini Jakarta didapuk sebagai kota metropolitan dengan ekonomi terbesar ke-2 di kawasan Asia Tenggara. Jakarta menyumbang kepada pajak nasional sebesar 63% dari total penerimaan pajak nasional.

Kontribusi Jakarta terhadap PDB Nasional pada tahun 2022 mencapai 16,68%. Bahkan apabila digabungkan dengan daerah penyangga sekitar yakni Bogor, Depok, Tangerang serta Bekasi, kawasan Jabodetabek menyumbang sekitar 25% dari PDB Nasional.

Beberapa hal yang membuat Jakarta mampu berkontribusi besar dalam ekonomi diantaranya adalah tersedianya infrastruktur yang memadai. Jakarta merupakan pintu masuk kegiatan ekspor dan impor di Indonesia melalui Pelabuhan berstandar internasional (peringkat 1 Indonesia, peringkat 8 Asia, dan peringkat 23 dunia), yakni Pelabuhan Tanjung Priok yang mengelola hamper 70% kegiatan ekspor dan impor juga 50% transshipment traffic nasional.

Belum lagi adanya Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang juga mendukung perdagangan serta transportasi internasional.

Akan tetapi, besarnya pembangunan ekonomi masih belum cukup untuk menjadikan Jakarta sebagai kota bertaraf internasional yang ideal. Perjalanan Jakarta menuju kota global masih Panjang mengingat banyak persoalan yang harus diselesaikan.

Jakarta masih mengalami pertumbuhan penduduk yang tak terkendali, penurunan kondisi dan fungsi lingkungan, tingkat kenyamanan hidup yang menurun, juga berbagai persoalan urban yang masih belum terselesaikan dengan tuntas seperti banjir, penurunan muka tanah, polusi udara dan air, persoalan transportasi, kemacetan, pemukiman kumuh, sampah, ruang terbuka hijau, kriminalitas serta masalah sosial lainnya yang memerlukan pemecahan yang inovatif dan menyeluruh.

Meski demikian kesempatan amat terbuka luas untuk Jakarta bertransformasi menjadi kota global, bebenah sembari membangun Jakarta yang baru. Meskipun merupakan bagian kecil dunia, Jakarta baru harus memiliki konektivitas internasional yang kuat.

Kekuatan untuk menggerakkan informasi, sumber daya manusia, ide gagasan serta inovasi yang semuanya dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia. (sam/jpnn)

Penulis: Fakhrizal Lukman
Direktur Lembaga Kaukus Muda Nusantara


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler