Mikom UMB Gelar Diskusi Publik, Asdep Humas BPJS Ketenagakerjaan Berbagi Pengalaman

Selasa, 05 Desember 2023 – 16:12 WIB
Asdep Humas BPJS Ketenagakerjaan Budi Hananto menjadi salah satu narasumber pada diskusi publik dengan tema 'Corporate Communication: How to Handle Communication Crisis in a Corporate' yang digelar Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada Senin (4/12). Foto: dokumentasi humas BPJS Ketenagakerjaan

jpnn.com, JAKARTA - Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana (Mikom UMB) menggelar diskusi publik yang membahas cara mengatasi krisis komunikasi di sebuah perusahaan pada Senin (4/12).

Acara yang berlangsung di Kampus Universitas Mercu Buana Menteng, Jakarta itu dilaksanakan mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Angkatan 43.

BACA JUGA: Respons Cepat BPJS Ketenagakerjaan Jombang Layani Ketua RT yang Alami Kecelakaan Kerja

Diskusi publik dengan tema 'Corporate Communication: How to Handle Communication Crisis in a Corporate' ini menghadirkan beberapa narasumber, yakni Leila Mona Ganiem selaku Praktisi Humas dan Dosen S2 Ilmu Komunikasi UMB.

Narasumber lainnya, Budi Hananto sebagai Asdep Humas BPJS Ketenagakerjaan, dan Abdur Rahman yang merupakan Direktur Vena Wasir Center yang juga mahasiswa aktif S2 Ilmu Komunikasi UMB.

BACA JUGA: BPJS Ketenagakerjaan Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina Melalui Baznas

Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UMB Dr Heri Budianto MSi saat membuka kegiatan tersebut meyakini para peserta diskusi publik sangat ingin belajar dari para narasumber tentang cara mengatasi krisis komunikasi di perusahaan.

“Saya yakin mereka (peserta, red) sangat ingin belajar dari pengalaman ibu DR Laila Mona sebagai akademisi dan praktisi. Pak Budi yang jelas-jelas sebagai praktisi dan juga Mas Rahman diperlukan sharing kepada teman-teman terkait dengan pengalamannya,” kata Heri Budianto.

BACA JUGA: Tekan Angka Kecelakaan Kerja, Ini yang Dilakukan BPJS Ketenagakerjaan Tanjung Morawa

Apalagi, lanjut Heri Budianto, semua mahasiswa yang mengambil mata kuliah Komunikasi Organisasi dan Kepemimpinan ini tidak semua berkecimpung di humas dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Pada kesempatan yang sama, ketua panitia diskusi publik Indra menyampaikan tujuan utama dari diadakannya kegiatan ini adalah agar mahasiswa dan seluruh peserta yang hadir bisa mendapatkan pengetahuan atau ilmu tambahan dari para praktisi maupun dari para akademisi yang kompeten di bidang Humas.

Dalam penyampaian materinya, Leila Mona Ganiem menyebutkan perkembangan teknologi digital menuntut berbagai bisnis melakukan transformasi sejak dini atau jika tidak akan tertinggal dan dilibas oleh perubahan.

“Sehinga jika itu sampai terjadi, muncul krisis pada perusahaan. Dampaknya apa? Reputasi buruk, nilai saham turun, kehilangan pelanggan, gangguan operasional, rugi hingga bangkrut dan hubungan dengan stakeholder jadi terganggu,” papar Leila Mona.

Dia menyebutkan ada beberapa langkah yang perlu diambil dalam berkomunikasi saat krisis.

Pertama, ambil alih kendali situasi secepat mungkin.

Kemudian pahami apa masalah sebenarnya, dan dapatkan info terpercaya.

“Tentukan sasaran-sasaran komunikasi yang dapat diukur untuk menanganinya. Ketika krisis meletus, semua orang di organisasi harus tahu siapa yang perlu dihubungi,” terangnya.

Kedua, lanjut Leila Mona, kumpulkan sebanyak mungkin informasi dengan menggali masalah dari berbagai sumber, ada orang khusus yang bertugas menambang informasi.
Ketiga, tentukan sebuah pusat manajemen krisis.

"Pada saat manajer sedang menghubungi orang-orang yang benar dan mengumpulkan informasi, mereka juga harus membuat persiapan-persiapan dalam menciptakan sebuah pusat krisis," jelas Leila Mona.

Berikutnya, lanjut dia, yang keempat adalah berkomunikasi awal dan sering.

Kelima, pahami misi media di dalam sebuah krisis.
"Enam, berkomunikasi langsung dengan konstituen yang terkena dampak. Tujuh, ingat bahwa bisnis harus berlanjut. Terakhir, buat rencana untuk menghindari krisis lain secepatnya," sebut Leila Mona dalam penjelasaanya.

Sementara itu, Asdep Humas BPJS Ketenagakerjaan Budi Hananto mengungkapkan di lembaganya ia pernah berhasil mengatasi krisis komunikasi di mana pada saat itu muncul isu database BPJS Ketenagakerjaan telah ditambahkan ke forum hacker untuk dijual oleh Bjorka.

“Kejadian itu pada 12 Maret 2023 akun media sosial yang mengcapture postingan Bjorka soal bocornya data BPJS Ketenagakerjaan. Bahkan selama periode tersebut terdapat total 241 berita yang berkaitan dengan Bjorka, berita negatif cukup tinggi pada periode ini,” ungkap Budi Hananto.

Namun, lanjutnya, dia berhasil mengatasi persoalan tersebut dengan beberapa langkah.

Pertama, membentuk tim krisis yang akan fokus menangani krisis yang terjadi, termasuk menganalisis masalah yang menyebabkan terjadinya krisis serta akibatnya pada perusahaan.

“Spokeperson, konferensi pers, investigasi dukungan pihak lain, di mana melibatkan stakeholders terkait isu untuk menguatkan posisi institusi atau perusahaan,” jelas Budi Hananto.

Di sisi yang lain, Abdur Rahman menyebutkan ada beberapa tantangan sendiri dalam manajemen krisis di rumah sakit dan klinik.

Mulai dari alokasi sumber daya, gangguan komunikasi, kekurangan staf dan persepsi masyarakat.

“Ketidakpastian dan kekhawatiran terkait dengan krisis dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat. Hal ini berdampak pada reputasi organisasi dan dapat mempengaruhi keputusan pasien untuk mencari perawatan di tempat lain,” kata Rahman.

Namun dia juga turut membagikann tips tentang bagaimana manajemen krisis pada rumah sakit dan klinik.

Mulai dari pengidentifikasian ancaman dan risiko, menentukan jenis krisis yang mungkin, menganalisis risiko-risiko yang terkait dengan setiap jenis krisis.

“Tidak lupa juga melakukan pelatihan reguler untuk personel rumah sakit agar mereka terbiasa dengan rencana tanggap darurat, dan memantau kondisi dan perkembangan yang mungkin memicu krisis,” paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Dr Syaifuddin selaku dosen mata kuliah komunikasi organisasi dan kepemimpinan mengungkapkan mengapa harus ada diskusi tentang komunikasi krisis dalam organisasi.

Pertama, hal ini salah satu tuntutan kurikulum OBE (Outcome Based Education) untuk mata kuliah 'Komunikasi Organisasi dan Kepemimpinan' yang menuntut agar peserta kelas dapat secara maksimal dalam memahami secara teoritis, praktis, kreatif dan kritis tentang komunikasi krisis dalam suatu organisasi.

“Karena krisis komunikasi itu sering kali menjadi sumber masalah mendasar di dalam suatu organisasi," terang Syaifuddin.

Kedua, lanjut Syaifuddin, baik secara teoritis maupun praktis diasumsikan bahwa banyak organisasi sering mengalami jalan buntu dalam mencari solusi atas krisis komunikasi dalam organisasi itu. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler