Mikroplastik Belum Terbukti Timbulkan Masalah bagi Kesehatan

Kamis, 15 Maret 2018 – 21:38 WIB
Ilustrasi. Foto: perlengkapanmakantupperware.blogspot.co.id

jpnn.com, JAKARTA - Bahaya sumber pangan manusia yang terpapar mikroplastik (plastik berukuran 1-5000 mikron) bisa menimbulkan masalah serius bagi kesehatan belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Pakar plastik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmad Zainal Abidin mengatakan, sejatinya plastik memiliki molekul yang besar dan ikatan sangat kuat. Karena itu, bahan plastik bersifat tidak mudah bereaksi atau larut dalam zat apapun.

BACA JUGA: Pakar Keamanan Pangan Tepis Isu Bahaya Mikroplastik

"Plastik itu tidak bereaksi. Kalau komponen plastik masuk ke dalam tubuh, pasti kemasannya keluar lagi. Karena itu, plastik digunakan untuk wadah makanan macam-macam dan bisa dikatakan aman," kata Akhmad, Kamis (15/3).

Dia menambahkan, penelitian tentang mikroplastik selama ini tidak dilakukan oleh ahli yang menggeluti polymer science.

BACA JUGA: HTI Dinilai Bertentangan dengan Tujuan Pancasila

Mereka hanya menduga-duga karena latar belakang keilmuan penelitinya kebanyakan berbeda.

"Metode yang digunakan belum ada standar sehingga secara ilmiah masih kontroversi," ujar Akhmad.

Akhmad mengungkapkan, plastik selama ini justru ramah terhadap manusia dan sering digunakan untuk kepentingan medis sebagai alat bantu kesehatan.

Misalnya, pembuatan katup jantung sintetis, perbaikan tulang yang rusak, bahkan untuk kecantikan seperti bedah plastik.

Polemik mikroplastik ini sendiri menyeruak dari sebuah penelitian yang dilakukan organisasi media nonprofit ORB Media bersama dengan State University of New York.

Sebelum meneliti tentang kandungan mikroplastik dalam produk minuman, ORB melakukan studi yang mengungkapkan bahwa mikroplastik ditemukan di jaringan air leding dan sumur di negara-negara seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kondisi tersebut ditemukan melalui analisa 159 sampel air leding dan air tanah yang berasal dari delapan wilayah di lima benua.

Di antaranya, Jabodetabek sebanyak 21 sampel, New Delhi (17 sampel), dan Kampala, Uganda (26 sampel).

Ada juga di Beirut, sebanyak 16 sampel, Amerika Serikat (36 sampel), Kuba (1 sampel), Quito (24 sampel), dan Eropa (18 sampel).

Dari 159 sampel air keran yang diambil dari lima negara tersebut, 83 persen di antaranya mengandung partikel serat plastik mikroskopis (mikroplastik).

"Jadi, masalah mikroplastik ini lebih ke masalah lingkungan dan perlu upaya pengelolaan yang baik. Saya merupakan pendukung dan pendorong konsep Masaro (Manajemen Sampah Zero)," tegas Akhmad. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler