Militan ISIS semakin Brutal...

Minggu, 24 Mei 2015 – 12:49 WIB
Turis berjalan di antara bangunan kuno di Palmyra pada 30 September 2010. Kota bersejarah itu kini jatuh ke tangan ISIS. Foto: Nour Fourat/Reuters)

jpnn.com - MILITAN Islamic State (IS) bertindak brutal. Kota Nimrud, Hatra, Nineveh, juga Museum Mosul di Iraq dihancurkan. Situs warisan dunia versi UNESCO luluh lantak.

Kini, militan yang sebelumnya dikenal sebagai Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) itu menguasai kota tua Palmyra, Syria. Banyak pihak takut warisan dunia tersebut akan senasib dengan kota tua lain yang dikuasai militan sempalan Al Qaeda itu.

BACA JUGA: Kecantikan Penjual Daging Ini Bikin Pembeli Antre demi Nomor Ponselnya

Syria memiliki berbagai warisan budaya kuno yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Namun, di antara situs-situs bersejarah tersebut, Palmyra adalah yang paling indah. Bisa dibilang, itu adalah permata dari seluruh situs di Syria. Ribuan turis mengalir ke kota tersebut sebelum perang sipil di Syria terjadi.

Saat ini kota tua yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1980 tersebut telah jatuh sepenuhnya ke tangan ISIS. Tinggal menunggu waktu hingga kota itu berubah menjadi puing-puing tak berarti setelah dihancurkan ISIS.

BACA JUGA: Polisi Temukan Kuburan Massal di Malaysia

’’Kami berpikir ini adalah perkembangan yang menakutkan (dari ISIS),’’ ujar pendiri lembaga arkeologi Paulson Institute Deborah Lehr. ’’Budaya adalah bagian penting untuk mengetahui siapa kita,’’ tambahnya.

Hingga Jumat petang (22/5), ISIS belum menghancurkan situs-situs di Kota Palmyra. Namun, pemerintah Syria saat ini telah kehilangan kontak dengan penduduk Palmyra. Direktur Benda-Benda Purbakala dan Museum Syria Maamoun Abdulkarim takut kejadian di Nimrud serta Museum Mosul, Iraq, bakal terulang di negaranya. Ketika berhasil menduduki Nimrud, ISIS menghancurkan sebagian besar peninggalan sejarah di kota tersebut.

BACA JUGA: Polisi Temukan Kuburan Massal di Malaysia

’’Tidak ada yang tahu apa rencana mereka. Tapi, saya rasa mereka bisa menghancurkan benda-benda antik seperti yang mereka lakukan di Iraq,’’ tegas Abdulkarim.

Di Palmyra, terdapat makam-makam kuno, koloseum, kuil-kuil, dan berbagai peninggalan Romawi lainnya yang berasal dari 2 ribu tahun lalu. ’’Makam Tamourian memiliki patung yang dilihat ISIS sebagai berhala yang harus dihancurkan,’’ tambahnya.

Padahal, berdasar pernyataan dari Universitas Al Azhar, Mesir, penghancuran warisan budaya dilarang dalam Islam.

Dirjen UNESCO Irina Bokova menegaskan, benda-benda kuno di Palmyra merupakan harta karun sejarah yang tak tergantikan. Dia menegaskan bahwa perusakan di Palmyra bukan hanya kejahatan perang, melainkan juga kehilangan yang sangat besar bagi kemanusiaan.

’’Kita harus membuat segala kemungkinan untuk mencegah penghancuran (Palmyra). Kita membutuhkan gerakan besar dari komunitas internasional,’’ tegasnya.

Pemerintah Syria sendiri, tampaknya, sudah tahu bahwa Palmyra menjadi incaran dan bakal jatuh ke tangan ISIS. Sejak ISIS menuju Palmyra dua bulan lalu, pemerintah Syria telah mengamankan sebagian peninggalan kuno di kota tersebut. Pemindahan besar-besaran dilakukan bulan ini ketika posisi pasukan Syria kian terpojok.

Namun, beberapa artefak telah hilang dicuri maupun diselundupkan ke luar Syria. Benda-benda bersejarah itu diyakini telah dijual ke jaringan kriminal di sepanjang perbatasan dan dilelang di pasar gelap internasional. UNESCO sendiri telah membantu pemerintah Syria untuk memindahkan artefak-artefak keluar dari zona-zona perang. Mereka juga melatih Interpol serta pejabat perbatasan dan petugas lelang Syria untuk mendeteksi benda-benda seni hasil jarahan.

’’Kami melakukan berbagai usaha pada benda-benda (bersejarah) yang bisa dipindahkan ke lokasi yang lebih aman,’’ ujar petugas Pusat Warisan Budaya UNESCO di Paris Karim Hendili.

Tidak diketahui benda bersejarah apa saja yang telah hilang atau rusak karena perang di Syria. Saat ini para ahli sejarah hanya bisa menunggu hingga ISIS mem-posting video perusakan di Palmyra untuk mengetahui bagian sejarah yang telah dihancurkan.

’’Sebelum perang sipil bergolak, ada sekitar 65.000 penduduk di Palmyra,’’ terang Associated Press kemarin (23/5). Pasca-2011, jumlah itu sudah jauh berkurang. Kini, penduduk Palmyra sudah semakin sedikit. Sebagian besar mengungsi demi keselamatan. Mereka jelas tidak mau bernasib seperti penduduk Kota Nimrud atau Kota Hatra yang juga jatuh ke tangan ISIS dan hancur lebur di tangan militan keji itu.

’’Palmyra punya tempat tersendiri di hati warga Syria. Palmyra sangat istimewa. Warga Syria sangat bangga padanya,’’ terang Salam Al Kuntar, arkeolog Syria yang juga tercatat sebagai mahasiswa pascasarjana University of Pennsylvania. Dia menambahkan bahwa Palmyra tidak hanya indah dan anggun, tapi juga penting bagi peradaban dunia. (AP/Time/USAToday/nationalgeograpic/sha/hep/c17/ami)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bintang Porno Jepang Ini Bantah Jadi Budak Seks untuk Jutawan Tiongkok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler