jpnn.com, TANGERANG SELATAN - Minat para dosen untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) terus meningkat. Sayangnya, hal ini tidak ditopang oleh anggaran. Sebab, anggaran PKM yang disiapkan pemerintah di 2020 malah lebih sedikit dibandingkan 2019.
Suwitno, Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengungkapkan, sejak 2013-2018 proposal yang masuk mencapai 16.779. Namun, yang didanai 2.281 proposal atau kurang dari 20 persen.
BACA JUGA: Banyak Guru Honorer di Arab Saudi Ingin Lanjutkan S2 di UT
"Idealnya 25 persen atau sekitar 4.000 proposal yang didanai, tetapi anggaran hanya Rp 178 miliar. Untuk 2020 saja turun sekitar Rp 111 miliar. Mudah-mudahan bisa menyesuaikan skemanya sehingga keinginan dosen untuk pengabdian bisa diakomodir," kata Suwitno saat meninjau gelar hasil PKM 2019 di Kampus Universitas Terbuka (UT), Tangerang Selatan, Rabu (20/11).
Tahun ini, lanjutnya, sudah masuk 17 ribu lebih proposal PKM. Dia berharap dengan perubahan kementerian akan ada tambahan anggaran untuk PKM.
BACA JUGA: Resmi Kantongi Izin, UT jadi PTN Pertama Buka Program Doktoral secara Online
Suwitno menambahkan, program PKM sejatinya untuk menyelesaikan masalah dan tantangan masyarakat. Contoh dalam pameran ini ada 84 UMKM PKM. Kalau sudah baik, buat apa dibantu. Lebih baik dicari UMKM yang membutuhkan. Jadi akan kelihatan benar ada kontribusi perguruan tinggi kepada masyarakat.
"Gelar hasil PKM ini ajang dosen untuk membuktikan teknologi yang dihasilkan mampu membantu masyarakat. Bukan malah jadi tumpukan laporan saja. Ini yang diharapkan," tandasnya.
BACA JUGA: Tingkatkan Kesadaran Wajib Pajak, Universitas Terbuka Punya Tax Center
Pada kesempatan tersebut Rektor UT Prof Ojat Darojat mengatakan, minat dosen (UT) melakukan PKM belum optimal. Karena itu pihaknya harus lebih giat mendorong para dosen untuk menyisihkan waktunya. Kebijakan tridharma perguruan tinggi sudah ada, tetapi di bagian penelitian masih rendah.
"Jadi tidak cukup dengan dukungan anggaran tetapi harus dibalut dengan kebijakan agar mereka mau meneliti dan melakukan pengabdian kepada masyarakat," ujarnya.
Dia menyebutkan, anggaran riset yang disiapkan UT Rp 150 miliar tetapi yang terserap hanya sepertiganya atau sekitar Rp 50 miliar. Rendahnya penyerapan anggaran ini menurut Ojat, karena minimnya waktu yang dimiliki dosen.
"Jadi ini memang karena teman-teman (dosen) sudah terkendala pekerjaan operasional. Di UT ini jumlah dosennya hanya 680 orang melayani 350 ribu mahasiswa. Bisa dibayangkan betapa berat yang mereka hadapi. Inilah yang membuat mereka susah membagi waktu untuk melakukan riset dan PKM," tandasnya.
Salah satu upaya UT menarik minat dosen adalah dengan gelar hasil PKM. Tidak hanya diikuti oleh peserta dari Jakarta tetapi juga Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dengan menampilkan produk unggulan daerah yang dikembangkan dengan program UT.
"Jadi kami ikut membantu mengembangkan ekonomi sesuai dengan keunggulan daerahnya," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad