Minta Dibuatkan Mi Goreng, Ternyata Firasat Kematian Siswi SMP Itu

Minggu, 08 Februari 2015 – 03:36 WIB

jpnn.com - MAJALENGKA – Duka yang mendalam terus dirasakan ibu kandung Lintang yakni Nia Kurnia. Suasana haru masih menyelimuti pihak keluarga sepeninggal putri kesayangannya yang tewas saat menjalani hukuman guru karena tidak mengerjakan PR.

Bagi Nia, Lintang adalah sebuah permata yang nilainya tidak bisa tergantikan dari apapun. Ibunya menganggap siswi kelas 7 E ini adalah kebanggaan sekaligus anak yang berbeda dari sejumlah gadis seusianya. Lintang merupakan anak penyabar dan prihatin.

BACA JUGA: Ditolak Menikah, Bapak Tindih Anak Tiri

Tanpa diduga, perasaan seorang ibu ketika mendengar anaknya tewas di sekolah. Lintang merupakan putri semata wayang yang selalu menjadi kebanggaan pihak keluarga. Tidak banyak ucapan keluar dari Nia setelah mengetahui anaknya sudah pergi meninggalkannya selama-lamanya.

Pasca sehari setelah korban meninggal, Nia masih terlihat shock menatap foto putri kesayangannya itu. Pihak keluarga bersama tetangga nampak terus menenangkan Nia yang masih sering menyebut nama Lintang ketika menangis tersebut.

BACA JUGA: Banyak Penjual Gunakan Timbangan Tak Sesuai Standar

Seperti biasanya, ketika sang anak hendak berangkat sekolah ibunya selalu menyiapkan sesuatu apa yang diperlukan Lintang. Hanya pagi itu, Kamis (5/2), firasat aneh itu muncul ketika putrinya ingin sarapan pagi dengan semangkuk mie instan yang ingin dibuatkan sang ibu. (baca juga: Siswi SMP Meninggal saat Jalani Hukuman Guru).

“Mah, hari ini Lintang ingin sarapannya mie. Tolong dibuatkan mie goreng tapi pakai air karena Lintang harus berangkat pagi-pagi sekali,” cerita Nia menirukan.

BACA JUGA: Demam Berdarah Kian Ganas, Dua Daerah Berstatus KLB

“Biasanya enggak begitu. Pagi itu Lintang ingin sarapan mie goreng pakai air. Pas saya tanya, dia ingin sarapannya dibuatkan sama saya. Dan berangkat ke sekolahnya juga sangat pagi-pagi,” lanjutnya yang terus menangis menyebut nama anaknya itu, Jumat (6/2).

Kini pihak keluarga mengaku sudah pasrah karena kepergian korban merupakan sebuah takdir. Senada juga disampaikan paman korban, Endo. Meski meninggalkan luka yang sangat mendalam, pihaknya mengaku ikhlas dan harus direlakan. Kepasrahan keluarga muncul ketika kedatangan jenazah korban di RS Bhayangkara, Indramayu saat akan diautopsi.

“Saat sampai di sana, kami pun berfikir lagi. Kami hanya ikhlas dan berusaha tabah menghadapi kepergiannya yang sudah saya anggap sebagai anak sendiri. Dia adalah kebanggaan keluarga dan anaknya prihatin,” tambah Endo.

Endo pun mengaku tidak akan menuntut pihak sekolah SMP Negeri I Palasah. Pasalnya semua itu merupakan garis takdir dan kehendak yang maha kuasa.

“Mungkin Allah SWT lebih sayang kepada Lintang sehingga harus meninggalkan kami sangat cepat ini. Kami memohon doa semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya dan bagi pihak keluarga selalu diberikan ketabahan dan kekuatan,” imbuhnya.

Informasi yang dihimpun Radar Cirebon (Grup JPNN.com), korban dikebumikan di TPU setempat usai dari RS Bhayangkara, Indramayu sekitar pukul 22.15 waktu setempat. Tangis histeris mewarnai pemakaman gadis berusia 13 tahun tersebut. Dalam prosesi pemakaman juga didampingi aparat keamanan Polsek Palasah serta sejumlah kerabat maupun tetangga korban. (ono/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Daerah Ini Masih Kekurangan Ratusan Guru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler