jpnn.com - JAKARTA - Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Francine Widjojo meminta PAM Jaya menunda rencana kenaikan tarif air bersih di Jakarta yang rencananya akan berlaku mulai Januari 2025.
Menurut Francine, kenaikan tarif air bersih hanya akan bisa diterima masyarakat jika PAM Jaya mampu menunjukkan perbaikan nyata dalam kualitas layanan dan efisiensi operasional.
BACA JUGA: Francine Minta Semua Pihak Kedepankan Dialog soal Tuntutan Kenaikan Upah Buruh
“Mengurangi kebocoran air dan menindak pelanggan nakal akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan layanan tanpa harus langsung membebani masyarakat dengan kenaikan tarif,” ujar Francine, Rabu (4/12).
Dia mengingatkan, saat ini PAM Jaya masih mengalami kebocoran air hingga 46 persen yang membuat BUMD ini menjadi tidak efisien.
BACA JUGA: Francine Widjojo Dukung Pembenahan Puskeswan Ragunan, Ingatkan Selter cuma Penampungan Sementara
“Dalam rapat Komisi B, saya sering menekankan pentingnya mengatasi tingkat kebocoran air yang saat ini mencapai 46 persen. Dari angka tersebut, 20 persen di antaranya disebabkan oleh pelanggan nakal yang tidak sesuai peruntukan kelasnya,” tutur Francine.
Menurut Francine, kenaikan tarif air bersih bukan hal yang terlalu mendesak, apalagi PAM Jaya tidak merugi sampai saat ini.
BACA JUGA: Pipa Bocor, Suplai Air Bersih di 84 Kelurahan di Jakarta Terganggu
“Saya mendesak agar ada upaya-upaya perbaikan diprioritaskan terlebih dahulu, sehingga masyarakat dapat melihat keseriusan PAM Jaya dalam meningkatkan layanan sebelum meminta tambahan beban biaya,” kata Francine.
Anggota Komisi B ini juga menyoroti proyek galian jalan oleh PAM Jaya untuk pemeliharaan jaringan pipa air bersih yang banyak dikeluhkan masyarakat karena pengerjaannya lambat dan tidak memperhitungkan dampak kemacetan yang ditimbulkan.
“Ini menunjukkan kurangnya perencanaan yang matang dari pihak terkait. Proyek di badan jalan harus dilakukan dengan efisien, meminimalkan waktu pengerjaan, dan memperhatikan kondisi lalu lintas di sekitar lokasi,” ujar Francine.
Dia pun mendesak PAM Jaya untuk lebih proaktif dalam merencanakan dan mengelola proyek-proyek seperti itu.
“Sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan secara maksimal, tidak hanya soal tujuan proyek, tetapi juga jadwal pengerjaan yang jelas dan rute alternatif yang dapat digunakan. Jika masyarakat dipaksa menghadapi kemacetan tanpa informasi yang memadai, wajar jika muncul rasa frustrasi yang merugikan citra PAM Jaya itu sendiri,” tutur Francine. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan