jpnn.com - SEBATIK – Nasib 34 bocah SD di Desa Seberang, Kecamatan Sebatik Utara, sungguh memprihatinkan. Betapa tidak, setiap harinya mereka harus mengikuti kegiatan belajar mengajar di kolong rumah warga.
Sekolah itu cabang dari SDN 001 Sebatik Utara. Sekolah yang terdiri 2 kelas untuk jenjang kelas 1 dan 2 berada dalam satu ruangan. Hanya dinding dari tripleks membatasi dua kelas yang berbeda ini. Sumber Daya Manusia (SDM) yang ditempatkan di sini pun sangat minim, tiga guru disiapkan untuk mengajar 34 anak-anak tapal batas ini.
BACA JUGA: Dewan Dorong Pengusutan Dalang Mafia Haji di Sukabumi
Seorang guru yang mengajar sekolah ini, Husnah mengatakan, untuk menumpang di bawah rumah warga, pihaknya tidak dipungut biaya berkat uluran tangan si pemilik rumah. Namun, ia merasa perlu membayar biaya operasional selama menumpang di rumah warga tersebut.
“Sekarang, belum dibebankan untuk membayar. Tapi, kalau menempatinya dalam waktu lama harus membayar untuk bayar lampu dan air. Karena tidak mungkin orang yang punya rumah mau tanggung terus,” jalas Husnah kepada awak media ini, Selasa (17/3).
BACA JUGA: Astaga, Mayat Bayi Laki-laki Dibuang di Depan Masjid
Untuk fasilitas yang ada di sekolah saat ini, lanjut Husnah, terdiri 36 unit bangku dan 17 meja. Sehingga, ia mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah (pemda) segera mengucur untuk para siswa didiknya itu untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
“Tahun depan mungkin sudah bisa tiga ruangan. Untuk bantuan di filial (SD 001, Red) ini sama sekali belum ada dari pihak manapun,” tuturnya lagi.
BACA JUGA: Polisi Sebar Baliho Bergambar 16 Buron Teroris Paling Dicari
Terpisah, Sekretaris Camat (Sekcam) Sebatik Utara, Jatmiko menjelaskan, berdirinya cabang dari SDN 001 ini dikarenakan mempertimbangkan lokasi sekolah dengan tempat tinggal para siswa tersebut cukup jauh. Dengan alasan itu pula, dibuka cabang yang menumpang di salah satu rumah warga.
“Terlalu jauh rumahnya dengan sekolah, kasian juga orang tuanya yang antar jemput tiap hari, apa lagi yang tidak punya kendaraan, anaknya kadang jalan kaki pulang,” jelas Jatmiko kepada Radar Nunukan (Grup JPNN.com), Selasa (17/3).
Untuk luas lahan yang diwakafkan dalam pembangunan sekolah tersebut sekitar 1 hektare untuk 3 ruang kelas belajar dan 1 perpustakaan. Selebihnya, dapat digunakan sebagai taman bermain.
“Tapi kalau anggarannya ada, insya Allah kami bangun sekolah lagi, biar cukup 6 ruangan,” pungkas Jatmiko.(*/dhl/asm/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ritual Beborsih Banua Tandai Operasi Pencarian AirAsia Disudahi
Redaktur : Tim Redaksi