jpnn.com - JEMBER - Kondisi SDN Curahtakir 03, Dusun Afdeling Kalibajing, Desa Curahtakir, Kecamatan Tempurejo, sangat memprihatinkan.
Terutama di tiga ruang kelasnya. Ruang itu adalah kelas IV, V, dan VI yang lokasinya berjajar dalam satu bangunan sehingga tidak layak untuk KBM (kegiatan belajar mengajar).
Ruang kelas tersebut masih menggunakan genting asbes dengan rangka besi. Bagian temboknya sudah mulai retak.
BACA JUGA: UNESCO Sanjung Pemerintah RI
Asbes setiap ruangan sudah berlubang. Bahkan, di ruang kelas V, lubang yang cukup besar menganga persis di atas meja guru.
Praktis, saat hujan deras, meja guru dan meja siswa harus digeser ke tempat yang lebih kering.
Kondisi itu diperparah dengan lantai keramik tua yang juga retak-retak.
BACA JUGA: Begini Modus Pungli Para Kepala Sekolah di Bandung
Bahkan, banyak keramik di pinggir tembok tiap ruangan yang lepas. Imbasnya, setiap ruangan terlihat lembab.
"Namun, yang paling parah adalah ruang kelas IV. Kalau hujan deras saat malam, ruangannya akan tergenang air. Bahkan, dari sela-sela keramik muncul sumber seperti mata air mancur. Karena itu, siswa terpaksa melepas sepatunya karena takut basah," jelas Jaenuri, guru kelas V di SDN Curahtakir 03.
Saat ruangan mulai tergenang air, sebelum pelajaran dimulai, seluruh siswa harus bersusah payah menguras ruangan dengan sapu.
"Dari tiga ruang kelas itu, ada 23 siswa. Masing masing delapan siswa di kelas IV, enam siswa di kelas V, dan sembilan siswa di kelas VI," ujarnya.
Tembok bangunan di tiga ruang kelas tersebut sudah mulai miring.
BACA JUGA: 10 Kepsek Jadi "Korban" Pemberantasan Pungli
Kondisi tersebut membuat mereka semakin khawatir jika sewaktu-waktu bangunan roboh. Sebab, hal itu mengancam keselamatan siswa.
"Ventilasi ruangan yang terpasang dari kawat juga sudah berlubang. Pernah, ratusan buku paket di lemari kelas V hilang dicuri maling dua bulan lalu," lanjutnya.
Rupanya, pencuri masuk lewat jendela atau lubang ventilasi dari kawat itu.
Jebolnya asbes membuat kondisi ruangan cukup menyiksa. Saat hujan mereka kebanjiran dan saat panas, kepanasan.
Pihak sekolah sudah pernah mengajukan renovasi gedung ke dinas pendidikan, bahkan sudah lima kali.
Namun, perbaikan hanya dilakukan di bangunan lain. Yakni, kelas I, II, dan III. Sementara itu, kelas IV, V, dan VI belum tersentuh renovasi.
"Renovasi untuk kelas I, II, dan III pada 2005-2006," ujar Jaenuri.
Karena itu, dia berharap mendapat perhatian dari pemerintah daerah agar sekolah tersebut bisa segera diperbaiki. (jum/hdi/c21/diq/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Penting Diketahui Bapak Ibu Guru
Redaktur : Tim Redaksi