jpnn.com, SURABAYA - Pernah terkenal dan jadi jujukan wisatawan pada dekade 1980 – 1990an, sentra pengasapan ikan di RW 8, Kelurahan Morokrembangan kini kondisinya makin memprihatinkan. Nasibnya kembang kempis.
Sisa-sisa kejayaan tempat usaha itu sebenarnya masih terlihat jelas. Ada sebelas cerobong asap yang masih bisa difungsikan. Hanya, pemakaiannya terus menurun. ''Setahu saya, tinggal sebelas pengusaha ikan asap yang masih bertahan. Jumlahnya terus berkurang,'' kata Ketua Kerukunan Nelayan Kelurahan Morokrembangan Sukaeri saat ditemui di rumahnya.
Lelaki yang juga nelayan itu bercerita, sentra pengasapan ikan dibangun pada 1980-an. Dulu terdapat 27 pengusaha ikan asap yang rutin berproduksi di RW 8.
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah mereka berkurang. Penyebabnya banyak hal. Salah satu di antaranya, berkurangnya tangkapan nelayan. Pencari ikan terjepit dengan gencarnya pembangunan pabrik.
Bahkan, hasil dari melaut tak lagi cukup untuk memenuhi usaha pengasapan. Masyarakat terpaksa mengambil ikan dari Pasar Pabean. Hal itu berlangsung hingga sekarang. ''Banyak pengusaha yang sudah tua dan meninggal. Sementara itu, anak cucunya tak mau meneruskan usaha tersebut,'' tambah Sukaeri.
Dia menjelaskan, usaha ikan asap memang tidak menjanjikan. Selain itu, ada risikonya. Pengasap rawan terkena penyakit paru-paru atau gangguan pernapasan yang lain.
Menurut Sukaeri, metode pengasapan di RW 8 memang masih tradisional. Masih menggunakan alat pemanggang biasa. Hal itu berbeda dengan kondisi di Kecamatan Bulak yang lebih modern. ''Pengusaha ikan di Morokrembangan tidak mampu menggaet pengepul. Mereka kesulitan memasarkan,'' kata Sukaeri. Praktis, pengusaha hanya mengandalkan pembeli di pasar tradisional. Mereka juga kehabisan tenaga untuk produksi.
Menurut Sukaeri, tempat pengasapan ikan sebenarnya pernah mendapat perhatian Pemkot Surabaya. Salah satunya, pemberian bantuan pembangunan cerobong asap untuk menangkal sakit paru-paru. Kenyataannya, kebijakan tersebut tidak banyak membantu.
Asmiun, salah seorang pengusaha ikan asap, memilih bertahan. Lelaki tersebut lebih dari 20 tahun berjualan ikan asap. Dia meneruskan usaha ayahnya. (hen/c4/ano)
BACA JUGA: Pelaku UKM Diajak Tinggalkan Zona Nyaman via Digitalisasi
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebijakan Wako Malang Ini Patut Diacungi Jempol
Redaktur : Tim Redaksi