jpnn.com - Kita sudah ketahui kedatangan Mark Zuckerberg ke Indonesia beberapa hari yang lalu. Bahkan Mark sampai menyempatkan bertemu dengan pak Jokowi (Presiden terpilih 2014-2019).
Telah disampaikan pula beberapa agenda yang tersirat pada pembicaraan keduanya. Bila konon salah satu alasannya adalah apresiasi Mark kepada Jokowi karena memanfaatkan Facebook (FB) dalam kampanye maka itu justru terkesan mengada-ada, karena Jokowi bukan yang pertama memanfaatkan FB dalam kampanye.
BACA JUGA: WeChat 5.4 Kini Terintegrasi dengan Akun LinkedIn
Silahkan lihat, banyak juga presiden dari negara lain melakukan hal yang sama tapi toh tidak dikunjungi Mark bukan?
Dan logisnya, khususnya di Indonesia dimana dari sekitar 70 juta pengguna internet (APJII 2013) ada sekitar 48 juta pengguna FB yang berarti lebih dari setengah netizen (citizen di bidang internet) maka tentu pemanfaatan FB untuk kampanye pasti efektif mendongkrak elektabilitas.
Cukup lucu ada sebuah stasiun TV yang menyatakan bahwa pengguna FB di Indonesia ada 69 juta. Saya sungguh terpingkal, itu berarti hampir 100 persen pengguna internet adalah pengguna FB dong? Tapi ternyata tidak bukan? Entah darimana stasiun tersebut mendapatkan beritanya.
Pengguna FB di dunia ada sekitar 1 miliar account, tepatnya sekitar 970 jutaan. Lalu berapa sebenarnya jumlah pengguna FB di Indonesia? Berdasarkan statistik saat ini pengguna FB ada sekitar 48 jutaan.
BACA JUGA: Praktik Penjualan Handphone yang Patut Diwaspadai
Secara angka terlihat besar tetapi jarang ada yang mengetahui bahwa pengguna FB di Indonesia mengalami penurunan sekitar 2 jutaan user (setelah dilakukan real cleanup). Dan itu berarti penurunan sekitar 4.33 persen yang merupakan penurunan user FB yang terbesar di dunia untuk tahun ini!!
Mengapa FB melakukan real cleanup? Sebagai perusahaan yang sudah go public tentu berkewajiban memberikan data yang akurat bagi share holder, stakeholder, pengiklan dan lain-lain.
BACA JUGA: Mark Zuckerberg Sebut Jokowi Jadi Presiden Karena Facebook
Dalam dunia social network sering kali terjadi data mentah / palsu yang bisa terjadi karena duplication, fake account, inactive account dan lain-lain. Dan secara periodik penyedia social media berkewajiban melakukan cleanup tersebut selain demi memberikan data real juga agar meringankan beban servernya.
Bisa anda bayangkan bahwa awalnya Indonesia tidak terlalu diperhitungkan oleh FB, sampai sekitar beberapa tahun lalu pengguna FB Indonesia mencapai 51 juta lebih dan pernah menjadi kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat.
Lalu kian lama angka tersebut bukan menaik tetapi mulai menurun dan bahkan kini turun ke peringkat 4 dunia (setelah AS, Brazil, India) dan secara angka pun berangsur menurun, belum lagi secara aktifitas seharian (number of logins).
Pebisnis manapun di dunia apalagi yang sudah go public bila mengalami penurunan pengguna tentu direksinya wajib harus kudu musti melakukan sesuatu apapun untuk membuktikan bahwa mereka telah berupaya menahan laju penurunan tersebut.
Dan menurut saya wajar bila itulah yang sedang dilakukan FB, yakni mendatangkan Mark langsung ke Indonesia.
Beberapa langkah lain yang telah diambil FB adalah misal membeli Instagram seharga USD 1M, lalu membeli WHATSAPP dengan harga fantastis yakni USD 19 M. Itu semua demi menunjukan walau ada penurunan (churn) dari Facebook tetapi potensi bisnis tetap terjaga karena ada Instagram dan Whatsapp dan lain lain.
Lalu apa manfaat praktis FB bagi Indonesia? Dibandingkan Google, Microsoft, Apple maka praktis sepertinya FB tidak berbuat banyak bagi Indonesia (CMIIW) dan justru Indonesia yang telah dan dapat memberikan banyak bagi FB dari mulai pemasukkan iklan, menjaga reputasi FB dll. Mengapa saya terkesan sinis? Tidak juga, silakan analisa sendiri, beberapa perusahaan yang saya sebut tadi telah membuat hardware, operating system, aplikasi-aplikasi bisnis, home appliances dan lain-lain.
Sedangkan FB, Instagram, Whatsapp tidak lebih dan tidak kurang sekedar penyedia social network belaka, sekedar penyedia layanan penyambung silahturahmi warga. Silakan tanyakan para developer tingkat menengah keatas apakah mereka mampu membuat aplikasi seperti FB? Pasti jawabnya bisa banget !!.. Dan terbukti pada komunitas Klik Indonesia sudah banyak penyedia aplikasi jejaring sosial dari Indonesia yang siap berkembang.
Adapun aplikasi-aplikasi (umumnya games) yang ada di FB sifatnya adalah aplikasi yang dibuat oleh 3rd party yang lalu dikoneksikan ke FB agar dapat diakses pengguna FB, disini tercipta hubungan saling ketergantungan: penyedia aplikasi berharap akses pasar yang luas sedangkan FB mendapatkan tambahan variasi konten, sehingga penggunanya tidak bosan menggunakan FB.
Kalau anda ketahui sudah lama sekali diwacanakan adanya ponsel FB, tetapi ternyata hal itu tidak (belum) pernah terealisir. Jadi sampai saat ini FB murni pemain OTT belaka (Over The Top) atau penyedia layanan aplikasi end user.
Di sinilah harapan saya Jokowi dapat jeli menangkap peluang ini dan seharusnya banyak meminta Mark untuk melakukan banyak hal bagi Indonesia. Adapun mengenai peran FB pada internet.org saya justru melihat bila FB masuk pada level infrastruktur di Indonesia maka dengan perannya yang lebih mengandalkan OTT akan secara terselubung bahkan bisa berkembang menjadi monopoli dimana daerah yang dilayani internet semua diprioritaskan untuk ke FB dibandingkan ke layanan yang lain.
Well benar kita punya KPPU, bisa diupayakan penghindaran monopoli atau persaingan tidak sehat. Akan tetapi sejauh apa dan sejauh mana?
Kita tahu Kominfo telah gagal dalam berinteraksi dengan Blackberry untuk memberikan manfaat bagi Indonesia (disaat BB jaya), Blackberry berhasil (sampai sekarang) menolak membangun data centernya di Indonesia, hanya menempatkan distributor sebagai support di Indonesia, alih teknologi tidak maksimal dan belum sampai tahap yang membuat banyak developer Indonesia dapat tinggal landas.
Sementara itu uang berlangganan BB terus mengalir dari masyarakat kita ke Blackberry (dan itu puluhan milyar dalam sebulan). Bayangkan dengan layanan berbayar saja pemerintah SBY sudah gagal mendapatkan manfaat ekstra dari BB, lalu bagaimana dengan perusahaan yang memberikan akses gratis bagi warga kita seperti FB tersebut?
Setidaknya bila pemerintah Jokowi bisa memaksa FB untuk membuka FB Indonesia maka pemerintah kita akan mendapatkan pemasukan tambahan dari sektor pajak iklan digital.
Belum lagi dengan semakin bergantungnya netizen kita pada FB, Twitter, Whatsapp dan lain-lain akan menggerogoti ketahanan nasional dibidang ICT khususnya dalam interaksi sosial, serta penyebaran informasi bagi masyarakat kita.
Sudah selayaknya bangsa kita bisa lebih mandiri dengan layanan dari bangsa sendiri. Saya yakin kita bisa dan memang bisa, lalu kenapa kita harus tergantung dari bangsa lain? Ingat netizen Indonesia sangat besar di Asia dan sangat diperhitungkan di dunia jejaring sosial. Kita bisa menjadi Cina dengan kemandirian mereka pada Baidu, QQ, Taobao dan lain-lain.
Ataukah kita tetap mau seperti sekarang ini terus? Dengan terus bergantung pada negara lain? Jadi salah satunya Jokowi bisa meminta Mark agar membantu, memberdayakan, memberikan peluang yang besar agar jejaring sosial nasional juga dapat berkembang. Dan itu dilakukan secara cepat, konkrit dan nyata hasilnya dan dengan dukungan atau komitmen yang kuat dari FB.
Demikian informasi dari saya semoga bermanfaat, bila diperlukan informasi lebih lanjut silakan saja hubungi saya seperti biasa.
Angka-angka pada review ini sebagian menggunakan referensi dari socialbakers.com, internetworldstats.com, quintly.com dan lain-lain. (**)
Pakar Telematika
Abimanyu "Abah" Wachjoewidajat
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Gembira Blusukan Bersama Mark Zuckerberg
Redaktur : Tim Redaksi