Misteri Gurita Besar dan Hantu Laut di Perairan Kolaka, Merinding...

Senin, 11 Januari 2016 – 09:59 WIB
Anwar dan Wasir, dua nelayan dari Kelurahan Kolakaasi Kabupaten Kolaka. Foto: dok/Kendari Pos

jpnn.com - SECARA umum, penyebab kecelakaan transportasi laut adalah faktor cuaca buruk. KMP Marina Baru 2B dan ferry KM Windu Karsa karam setelah digulung ombak. Namun tak sedikit pula yang percaya, tragedi di laut banyak disebabkan oleh makhluk gaib. 

Laut dianggap sebagai tempat paling banyak didiami penghuni dunia lain. Rute penyeberangan Kolaka-Bajoe dan Kolaka-Siwa dianggap merupakan rute yang paling berbahaya. Korban yang berjatuhan cukup banyak dibanding kasus kecelakaan transportasi laut pada beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara. 

BACA JUGA: Besok, Mantan Bupati Alor Divonis

Bahkan data yang dirilis Kantor SAR Kendari, korban jiwa terbanyak terjadi di wilayah perairan Kolaka dan Teluk Bone.

Pertemuan arus di Teluk Bone sangat potensial menyebabkan iklim di perairan tersebut kurang bersahabat untuk moda transportasi laut. Ada juga yang percaya jika di perairan Kolaka-Teluk Bone-Makassar, terdapat pusaran air yang sangat berbahaya. 

BACA JUGA: Oalah! Api Muncul dari Bengkel Selanjutnya Merembet, Akhirnya Semua Rata Tanah

Kajian ilmiah tentang laut sedikit berbeda dengan pandangan para pelaut. Mayoritas di antara para nelayan ulung sangat meyakini jika laut itu punya penjaga. Banyak cerita mistis di laut. Anwar dan Wasir, dua nelayan ulung di Kelurahan Kolakaasi Kabupaten Kolaka memiliki cerita tentang misteri perairan Kolaka.

Mereka berdua hidup dan bersahabat dengan kehidupan laut sejak lahir. Keduanya menilai, kecelakaan KM Rahmat Buhari tahun 1997, KM Windu Karsa tahun 2011, dan KMP Marina Baru 2B tahun 2015 tak sepenuhnya karena faktor cuaca. Namun, ada pengaruh alam gaib turut berpengaruh pada kasus-kasus tersebut. "Perairan Kolaka memang terlihat teduh. Namun di balik itu, ada alam lain berpengaruh," ujar Wasir, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (11/1). 

BACA JUGA: Yaelah.. Tenaga Kontrak Kok Positif Narkoba, Ya Dipecat

Kapal rute Kolaka-Bajoe harus melintasi beberapa pulau seperti Pulau Lambasina Kecil, Lambasina Besar, hingga Pulau Sidengreng. Setiap pulau itu memiliki makhluk gaib. Keberadaan makhluk itu bisa saja menjadi penyebab tenggelamnya kapal di perairan Kolaka.

"Di laut itu banyak penjaganya. Hanya saja, banyak orang yang mengabaikan keberadaan mereka. Salah satu pulau yang terkenal penjaganya adalah Pulau Lambasina. Di situ penjaganya Gurita," tuturnya. 

Nelayan yang mengaku sudah empat puluh tahun melaut di perairan Kolaka itu mengungkapkan, gurita yang menjaga pulau Lambasina sesekali menampakkan dirinya. Wasir mengaku pernah melihat gurita itu. Tak hanya Wasir seorang diri, beberapa nelayan juga mengaku pernah melihatnya.

"Guritanya besar. Kalau dia tampakkan dirinya itu muncul dengan cahaya. Cahayanya terang dan kelihatan dari jauh. Gurita ini yang kasih tenggelam kapal Windu Karsa. Sebelum kapal itu tenggelam, saya liat ada cahaya. Ketika itu, ombak tidak terlalu besar," ungkap Wasir.

Cerita itu dibenarkan Anwar. Ia bercerita saat KMP Windu Karsa tenggelam, kapal nahas itu melintas di antara pulau Lambasina Besar dan Pulau Lambasina Kecil. Jalur itu dihindari oleh kapal lainnya. Sebab jalur itu merupakan tempat tinggal gurita. Padahal jalur yang umum dilewati sebenarnya adalah jalur yang berada di belakang Pulau Lambasina Kecil. Tapi waktu itu, KMP Windu Karsa memilih jalur lain.

Selain gurita, makhluk gaib lainnya yang mendiami perairan Kolaka adalah hantu laut. Kata Anwar, hantu laut banyak terdapat di perairan Kolaka. Jika hantu laut akan menampakkan dirinya, biasanya ditandai dengan bau air laut yang sangat amis.

"Nelayan yang akan melintas di Pulau Lambasina meminta izin dan mengucapkan salam kepada makhluk yang mendiami perairan Kolaka," ujar Anwar.

Tradisi itu dilakukan untuk menghargai mereka sebagai penghuni laut. Selain itu, mereka juga menjaga sikap dan perkataan agar para penjaga laut itu tidak merasa terganggu dan tersinggung.

"Itu yang kami perhatikan. Makanya, meskipun kapal kami kecil tapi alhamdulillah kami tidak pernah dapat musibah seperti kapal feri yang jauh lebih besar dari kapal kami," tuturnya.

Anwar juga mengimbau agar kapal yang akan melintasi perairan Kolaka harus berhati-hati dan tidak terpaku pada makhluk penjaga perairan Kolaka saja. Mereka harus melihat kondisi cuaca. Jika cuaca buruk, sebaik jangan berlayar. Cuaca buruk itu juga mempunyai tanda, sehingga bisa dihindari. 

"Di perairan Kolaka itu biasa besar ombaknya kalau musim angin Barat (bulan Desember-Januari). Kadang cuaca kelihatan bagus, tapi pas kita di tengah laut cuaca berubah. Salah satu tanda yang bisa kita perhatikan adalah kilat. Jika kilat itu kelihatannya menyatu dengan air laut, berarti cuaca tidak bagus," imbaunya. (zulfadli nur/b/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ganasnya Perairan di Kolaka dan Teluk Bone 4 Tahun Terakhir, Ini Data Lengkapnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler