jpnn.com - KENDARI - Tingkat kecelakaan transportasi laut di Sulawesi Tenggara terbilang tinggi. Padahal, secara topografi, wilayah Sultra banyak menggunakan transportasi laut.
Dari data Kantor Search and Resque (SAR) Kendari, dalam empat tahun terakhir (2012-2015), jumlah kecelakaan transportasi laut di perairan Sultra mencapai 132 kasus. Sebanyak 4.082 orang berhasil diselamatkan, 81 orang meninggal dunia dan 53 orang tidak ditemukan. Namun, dari berbagai lokasi kejadian, rute Kolaka-Bajoe dan Kolaka-Siwa yang terbanyak merenggut nyawa.
BACA JUGA: Istri Sultan Tersangka, Begini Penjelasannya
Perairan Kolaka dan Teluk Bone dianggap paling ganas beberapa tahun terakhir. Sedikitnya ada tujuh musibah pelayaran terjadi di perairan tersebut. Teranyar kasus KMP Marina Baru 2B yang menyebabkan 66 orang meninggal, 12 orang belum ditemukan dan 40 orang berhasil diselamatkan.
Tragedi Marina terbanyak merenggut nyawa penumpang sepanjang kasus kecelakaan di perairan Sulawesi Tenggara dan perairan Teluk Bone. KMP Marina karam setelah dihempas ombak setinggi 4 meter.
BACA JUGA: Pura-Pura Ikut Salat, Maling Tas di Masjid Tertangkap
Duka atas tragedi KM Windu Karsa yang karam setelah tergulung ombak tanggal 27 Agustus 2011 juga belum sembuh. Feri penyeberangan Bajoe-Kolaka itu memuat sekitar 131 penumpang. Sebanyak 95 orang berhasil diselamatkan, 13 orang meninggal dan 23 orang belum ditemukan (data BPBD Kolaka). Dari 23 orang yang dinyatakan hilang, salah satu di antaranya mantan Wakil Bupati Kolaka Utara, Hj. Suhariah Muin.
Kepala Kantor SAR Kendari, Amiruddin mengatakan, angka kecelakaan pelayaran di laut Sultra bisa diturunkan, jika seluruh kapal atau armada yang beroperasi dapat diawasi secara maksimal oleh Syahbandar.
BACA JUGA: Kisah Mr. Nanang, Pedagang Es Cincau yang Menguasai 4 Bahasa Asing
"Di antaranya, kondisi kapal harus dicek sebelum berangkat secara keseluruhan. Pihak terkait harus tegas melarang kapal yang tidak layak untuk beroperasi untuk melakukan pelayaran. Termasuk kapal yang over kapasitas jangan diberikan izin berangkat. Selain itu nahkoda kapal harus mengetahui kondisi cuaca dan tinggi gelombang berkoordinasi dengan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika)," ungkap Amiruddin, seperti dikutip dari Kendari Pos, Senin (11/1).
Wilayah perairan Sultra mengenal dua musim cuaca buruk, yakni musim Timur dan musim Barat. Musim Timur (Juni-Oktober), wilayah yang dilanda cuaca buruk adalah perairan Wakatobi, Buton Utara, Konawe Utara, Buton dan sebagian Buton Selatan. "Sedangkan di musim Barat, Desember hingga Februari, wilayah perairan Sultra yang dilanda cuaca buruk adalah wilayah Bombana, Kolaka, Buton dan Buton Selatan," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Maritim BMKG Sulsel, Purwanto mengatakan, berdasarkan data satelit ketinggian gelombang di perairan Bone 0.5-1.5 meter (kategori rendah-sedang). Sementara, kondisi cuaca berawan banyak dan kecepatan angin 27-45 km/jam (kategori sedang-sangat kencang) dari Barat-Barat Laut. Menuturnya, kondisi awan banyak ini berpotensi terjadi gelombang maksimum mencapai tiga meter.
"Kondisi cuaca dan ketinggian gelombang tersebut diprakirakan akan berlangsung hingga bulan Februari. Stasiun Meteorologi Maritim telah melakukan tugas dan tanggungjawabnya untuk memberikan informasi dan update ketinggian gelombang kepada para stakeholders, untuk dijadikan pedoman apakah suatu kapal mendapatkan persetujuan untuk berlayar apa tidak," ungkap Purwanto. (fad/had/a/adk/jpnn)
Kecelakaan Laut di Perairan Sultra 2012-2015
Tahun 2012
Kejadian: 20 kasus
Selamat: 477 Orang
Meninggal: 6 Orang
Hilang: 3 Orang
Total Korban: 486 Orang
Tahun 2013
Kejadian: 32 kasus
Selamat: 1.865 Orang
Meninggal: 2 Orang
Hilang: 29 Orang
Total Korban: 1.896 Orang
Tahun 2014
Kejadian: 27 Kasus
Selamat: 439 Orang
Meninggal: 2 Orang
Hilang: 4 Orang
Total Korban: 445 Orang
Tahun 2015
Kejadian: 53 kasus
Selamat: 1.301 Orang
Meninggal: 71 Orang
Hilang: 17 Orang
Total Korban: 1.389 Orang
=====================================
Total Kecelakaan: 132 kasus
Selamat: 4.082 Orang
Meninggal: 81 Orang
Hilang: 53 Orang
Sumber: Data Kantor SAR Kendari
Tragedi Kapal di Perairan Kolaka-Bone
19 Desember 2015
- KM Marina Ekspress Bahari 2B
- Kapal cepat jenis fiber rute Kolaka-Siwa, tenggelam di Perairan Siwa, Kabupaten Wajo-Sulsel, pukul 15.30 wita.
- Penumpang: 118 orang
- Selamat: 40 orang
- Meninggal: 66 orang
- Hilang: 12 orang
4 Maret 2015
- Kapal Fery KM Faiz
- Dari Bajoe (Bone, Sulsel) menuju Kolaka (Sultra)
- Kandas setelah menabrak karang di tengah laut sekira pukul 03.40 Wita.
- Penumpang: 100 orang
- Selamat: 100 orang
5 Juli 2014
- Kapal Kayu KM Cahaya Intan Celebes
- Rute Bajoe-Boepinang (Kolaka)
- Mengalami mati mesin di Perairan Bone
- Penumpang: 70 orang
- Selamat: 70 orang
20 Februari 2013
- Kapal Fiber Bahari 10
- Karam di Perairan Kolaka (17 mil dari Pelabuhan Kolaka) karena mengalami kebocoran
- Penumpang: 61 orang
- Selamat: 61 orang
27 Agustus 2011
- Kapal Fery KM Windu Karsa
- Rute Bajoe (Bone)- Kolaka
- Karam di Perairan Pulau Lambasina, Kabupaten Kolaka, pukul 00.05 wita
- Penumpang: 131 orang
- Selamat: 95 orang
- Meninggal: 13 orang
- Hilang: 23 orang (salah satunya Wakil Bupati Kolaka Utara, Hj. Suhariah Muin)
17 Juli 2011
- Kapal Fery KMP Reni II
- Rute Bajoe (Bone)-Kolaka
- Terbakar akibat hubungan pendek arus listrik
- Penumpang: 270 orang
- Selamat: 270 orang
Tahun 1997
- KMP Rahmat Buhari
- Rute Bajoe (Bone)-Kolaka
- Tenggelam di Perairan Bone
- Meninggal: 89 Orang
Data Diolah Dari Berbagai Sumber
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-Gara Video Mesumnya, Guru Ngaji Diusir Warga
Redaktur : Tim Redaksi