jpnn.com - JAKARTA - Pengamat kebijakan publik, Dinna Wisnu, menilai rencana pemerintah meluncurkan mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) hanyalah kedok belaka. Menurutnya, sebenarnya tak ada bedanya antara mobil mahal dengan mobil murah, karena keduanya tetap menyumbang polusi.
"Mobil ini dibilang green car, apanya yang green car? Mobil ini enggak ada bedanya dengan mobil yang lain, karena juga ikut menyumbang polusi udara," ucap Dinna dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (28/9).
BACA JUGA: Mayoritas Kabupaten/Kota Belum Bentuk PPID
Dinna menegaskan, meski LCDC berkapasitas mesin kecil (cubic centimeter/CC), tapi tetap saja menggunakan bahan bakar minyak (BBM). "Ini kebohongan publik yang luar biasa, katanya low cost green car, cc-nya saja kecil, minum bensinnya sama saja dengan mobil lain," keluhnya.
Dinna juga meyakini bahwa produksi mobil murah ini hanya akan menguntungkan beberapa gelintir pihak saja, terutama untuk mendongkrak konsumsi. "Saya melihat dalam jangka pendek akan mendatangkan untung bagi pemerintah yang berkuasa. Di akhir tahun, mereka akan bilang bahwa angka perekonomian bertambah, karena semakin besar konsumsi masyarakat pasti tercatat naik pertumbuhannya. Jadi jelaskan dalam hal ini siapa yang diuntungkan," paparnya.
BACA JUGA: Asing Tak Akan Biarkan Indonesia Punya Mobnas
Padahal, kata Dinna, kenyataan sesungguhnya menunjukkan bahwa banyaknya penjualan mobil murah ini tidak akan membantu pemasukan negara. "Kita defisit sudah memprihatinkan, kalau defisit semakin besar nilai rupiah akan tergerus. Makanya pemerintah harus mengatur ini, nanti yang seneng-seneng ya pihak (produsen, red) otomotif," terangnya. (chi/jpnn)
BACA JUGA: Kemenhub: Biar Macet Asal Murah
BACA ARTIKEL LAINNYA... Komite Ajak LSM Awasi Konvensi
Redaktur : Tim Redaksi