Modal Awal Rp 1 Juta, Eka Kini Punya Rumah Produksi

Senin, 04 Desember 2017 – 00:05 WIB
Produk olahan ikan bandeng, sederhana namun nikmat. Foto: Mega Retno Wulandari/Radar Tarakan/JPNN.com

jpnn.com - Eka Suryani, salah seorang pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) Tarakan, Kaltara, sukses meniti bisnisnya sejak empat tahun terakhir.

Dia berinovasi membuat amplang, makanan olahan cemilan yang paling banyak dibuat oleh pengusaha kuliner di Kalimantan. Berkreasi dan beriinovasi merupakan kunci untuk tetap survive.

BACA JUGA: UMKM Papua Diguyur Bantuan Modal

Mega Retno Wulandari

Potensi ikan bandeng memang terbilang cukup banyak di Bumi Paguntaka ini. Tidak sulit untuk mendapatkannya, sebab rata-rata petambak udang juga kerap kali membudiyakan bandeng di tambaknya.

BACA JUGA: Neny Jualan Pempek Crispy, Omzet Bisa Rp 50 Juta per Bulan

Hal itu lah yang membuat Eka Suryani beserta sang suami, memutuskan untuk terjun ke dunia kuliner dengan membuat amplang berbahan dasar ikan bandeng, dengan modal awal yang terbilang kecil yakni Rp 1 juta.

Di Tarakan, Eka sapaan akrabnya, bukanlah satu-satunya pengusaha amplang bandeng. Meski demikian dia tidak patah arang untuk tetap survive di bisnis ini.

BACA JUGA: Moratorium Izin Ritel Modern Demi Jaga Warung Tradisional

Hingga kini dari hasil usaha amplang bandengnya, Eka sudah bisa membangun rumah sebagai pusat produksi amplang dan hidup jauh lebih baik dari sebelumnya.

Eka mengakui, kemampuannya membuat amplang dipelajarinya secara otodidak. Hanya berbekal pengetahuan yang didapatkan dari kerabatnya yang juga pengusaha amplang.

“September tahun ini, tepat empat tahun saya membuka usaha amplang. Alhamdulilah berjalan lancar sejauh ini. Saya sendiri memilih ikan bandeng karena harganya lebih murah dan jarang ada yang terkena alergi karena mengonsumsi ikan ini. Lagi pula ikan bandeng ini banyak di Tarakan, jadi nggak susah bahan bakunya,” jelas Eka, kepada Radar Tarakan (Jawa Pos Group).

Saat ini, Eka dan suaminya sudah bisa mempekerjakan dua orang karyawan, guna membantunya untuk memproduksi amplang.

Dalam sekali produksi Eka, membutuhkan 10 kilogram ikan bandeng yang sudah dihaluskan. Dan setelah diolah, bisa menghasilkan 20 kg amplang atau 100 bungkus.

Ciri khas amplang miliknya kata Eka, sengaja dibentuk bulat atau bola-bola. Eka memilih bentuk tersebut karena dinilai lebih mudah dalam produksinya, jika dibandingan dengan bentuk lainnya seperti kuku macan yang harus menggunakan cetakan.

Beruntungnya, amplang bentuk bola-bola hanya milik Eka saja, sehingga masyarakat dengan mudah untuk mengenalinya.

Dalam pemasarannya, Eka telah merambah pasar tradisional, pusat oleh-oleh, dan beberapa supermarket di Kota Tarakan.

Omzet yang didapatkannya pun cenderung meningkat di hari-hari tertentu, seperti bulan Ramadan dan Lebaran.

“Biasa kami juga melayani pesanan ke beberapa daerah di Kaltara, cuman kami memang belum sampai di sana pemasarannya, hanya jika ada pesanan saja baru kirim,” tambah Eka.

Dalam empat tahun berbisnis, pernah seketika Eka kewalahan dalam melayani permintaan pasar. Itu sebabnya ibu dua anak ini memberanikan diri menambah jumlah karyawan untuk meningkatkan produksi amplang.

Dia harus cermat membuat perhitungan. Tak hanya mempertimbangkan upah karyawan saja, Eka juga harus pintar-pintar memutar otak terkait harga bahan baku yang naik turun.

Seperti beberapa waktu lalu, bawang putih yang menjadi salah satu bumbu dasar amplang yang melonjak naik.

Kendati begitu, harga amplang milik Eka tidak mengalami kenaikan dan kualitas amplang olahannya juga sama seperti sebelum-sebelumnya.

“Kalau harga bahan baku naik, harga nggak ada perubahan. Meskipun rugi sedikit ya nggak masalah lah,” ungkapnya.

Untuk bisa tetap eksis, Eka tak lupa harus mengeluarkan inovasi-inovasi. Seperti pembuatan amplang bandeng dengan taburan rumput laut, sebagai ciri khasnya.

Hal ini diakuinya juga merupakan dorongan dari klien yang memberinya masukan, untuk dapat membuat olahan amplang dengan resep yang berbeda.

Dalam menjalankan bisnis ini, Eka juga menemukan kendala-kendala seperti di dunia bisnis pada umumnya. Terlebih saat dirinya memulai produksi namun gagal.

“Semua itu pasti pernah lah, apalagi saya pernah gagal membuat amplang. Antara ikan dan tepung, kadang tepungnya lembab dan ikannya kurang bagus. Waktu itu saya coba membuat amplang dengan tepung kiloan, tapi saat saya goreng malah cepat merah dan nggak matang. Sekarang saya pakai produk yang berkualitas, meskipun sedikit mahal,” ceritanya.

Berkat usaha dan kerja kerasnya, Eka bersyukur kini kelengkapan izin produksi rumah tangga miliknya banyak dibantu oleh dinas terkait, dalam hal ini Dinas Perikanan, Perindustrian, dan Disperindagkop Kota Tarakan. “Alhamdulilah kami juga mendapatkan perhatian dari pemerintah,” ceritanya.

Dia bersyukur usaha sudah berjalan dengan lancar. Eka dan suaminya dapat menghidupi anak-anaknya lebih layak, termasuk membangun rumah khusus produksi sendiri.

Berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk membuat amplang pun kini telah dimilikinya.

Kini dirinya hanya fokus untuk terus mengembangkan usahanya agar nantinya dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tempat tinggalnya. (***/nri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mas Ibas: Pemberdayaan UMKM Jadi Solusi Kemiskinan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler