Modal Masuk Masih Deras

Deal Utang AS Tak Berpengaruh

Rabu, 03 Agustus 2011 – 07:20 WIB

JAKARTA - DPR Amerika Serikat (AS) telah menyetujui peningkatan ambang batas utang untuk menghindari risiko gagal bayarMenko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, masalah perekonomian AS belum terselesaikan secara fundamental

BACA JUGA: Ekspor Kejar USD 200 M

Sehingga, Indonesia masih harus waspada terhadap risiko yang mungkin menerpa pasar keuangan domestik.
     
"Tetap saja secara fundamental belum menyelesaikan dan dana akan tetap mengalir ke emerging country," kata Hatta di kantornya, Selasa (2/8).

Setelah persetujuan DPR AS untuk meningkatkan ambang batas utang hingga USD 2,4 triliun, pemerintahan Barrack Obama kini tinggal menunggu persetujuan Kongres
Batas utang AS setelah sebelumnya telah menyentuh ambang batas utang USD 14,3 triliun.

Situasi perekonomian di Eropa dan AS, kata Hatta, masih belum menentu

BACA JUGA: LPEI Kucurkan Rp 17,1 Triliun

Hal itu membuat capital inflow tetap akan deras mengalir ke negara-negara berkembang
Imbal hasil surat utang negara-negara emerging countries tetap lebih menarik dibandingkan Eropa dan AS

BACA JUGA: Harga Bawang Anjlok, Mentan Minta Pemda Proaktif

Sehingga, nilai tukar Rupiah diyakini masih akan terus menunjukkan tren penguatan"Ini semua permulaan yang sangat baik dan akan memberikan satu sentimen yang positif ke depan," kata Hatta.
       
Di sisi lain, Hatta optimistis ekspor bakal terus meningkatMeskipun juga terjadi peningkatan di sisi impor, akselerasinya tidak lebih kencang dibandingkan pertumbuhan ekspor"Impor juga tidak perlu kita khawatirkanKarena kalau kita bedah, komponen barang modal tinggi sekali, sehingga kita bisa meningkatkan produktivitas," katanya.
    
Dirjen Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan, kebijakan AS menaikkan batas utang dan memangkas belanja belum mampu mengatasi masalah fundamental ekonomi negara ituKebijakan itu hanya mampu menghindari AS dari risiko gagal bayarKeputusan tersebut juga diyakini dibuat atas tekanan Tiongkok dan Jepang sebagai pengoleksi terbesar obligasi AS.

"Itu tidak membantu penyelesaian masalah fiskal, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka panjang karena akan ada pemangkasan belanja yang cukup signifikan dalam sepuluh tahun dan tidak ada kenaikan pajak," kata Rahmat

Ia memperkirakan suku bunga The Fed masih akan ditahan rendah sehingga capital inflow ke negara-negara emerging markets masih akan deras(sof/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bursa Saham Rawan Terkoreksi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler