jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman memiliki visi ke depan. Salah satunya tampak dari kebijakannya yakni program modernisasi pertanian melalui berbagai ragam bantuan alat mesin pertanian. Bahkan menjadi salah satu jawaban terhadap tantangan di era industri 4.0.
Di era yang makin maju dan serba milenial, modernisasi pertanian memang mutlak dilakukan untuk menjadikan Indonesia negara yang kuat berbasis pertanian. Program mekanisasi tidak hanya berperan nyata dalam meningkatkan produksi pangan. Tapi di sisi lain juga terbukti menjadi solusi dalam kelangkaan tenaga kerja pertanian.
Bahkan bantuan besar-besaran alat dan mesin pertanian (alsintan) pada 4 tahun terakhir telah mengubah wajah pertanian Indonesia menjadi lebih modern. Efek domino dari bantuan alsintan pun terjadi. Bukan hanya itu, produksi pangan pun terdongkrak, kesejahteraan petani pun terangkat.
BACA JUGA: Imbauan Kementan pada Petani soal Potensi Kekeringan
BACA JUGA: PISPI - Unbraw Bekerja Sama Tingkatkan Ekosistem Bisnis Pertanian 4.0
“Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa,” kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman.
BACA JUGA: Dorong Peningkatan Ekspor, Kementan Berperan Aktif dalam Codex Internasional
Seperti diketahui, jumlah terbanyak tenaga kerja pada sektor tanaman pangan adalah petani yang sudah berusia lebih kurang 60 tahun, kemudian disusul usia antara 40 hingga 45 tahun. Dampak nyata adanya kelangkaan dan usia lanjut tenaga petani untuk mendukung budidaya tanaman padi.
Akibatnya kapasitas kerja tanam padi per satuan luas lahan menjadi rendah, biaya tanam pun menjadi mahal.
“Intinya, pertanian modern harus dapat menaikan pendapatan petani, menekan biaya produksi, juga meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Amran.
Naik 500 Persen
BACA JUGA: Surplus Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia ke Jepang Meningkat Tajam
Catatan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720 ribu unit dengan berbagai jenis. Jumlah itu diperkirakan naik hampir 500% sebelumnya. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air.
Pada tahun 2015 bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit.
Tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan alsintan sebanyak 50 ribu unit. Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20 ribu unit), Traktor Roda empat (3 ribu unit), Pompa Air (20 ribu unit), Rice Transplanter (2 ribu unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
“Bantuan alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien,” kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Sarwo Edhy (26/6).
Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 ha sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam/ha, sedangkan biayanya mencapai Rp 2-2,5 juta/ha. Sementara dengan alsintan (traktor tangan), hanya diperlukan tenaga kerja 2 orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam/ha dan biayanya Rp 900 ribu-1,2 juta/ha.
Begitu juga saat panen. Jika menggunakan alsintan hanya perlu 3 jam sudah selesai, sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia perlu waktu 1 minggu. Keuntungan lainnya lanjut Sarwo adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam 3 kali setahun.
Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30% dan menurunkan susut panen 10%. Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta/ha menjadi Rp 5,1 juta/ha.
Untuk optimalisasi alsintan, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan penyuluh terus memobilisasi penggunaan alsintan agar bisa digunakan secara optimal oleh petani. Mobilisasi alsintan ke depan akan mendorong dan mendukung perubahan pola tanam dan produksi petani.
Guna memudahkan pengelolaan alsintan oleh petani, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP menggencarkan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
Program PKBM ini meliputi pembuatan gudang alsintan, legalisasi struktur organisasi, pelatihan manajemen dan aplikasi UPJA Smart Mobile, dan penetapan petugas pendamping lapangan.
Kegiatan ini sudah ada percontohannya di lima lokasi. Yakni, Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), Barito Kuala (Kalimantan Selatan) dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan).
Berkat program mekanisasi, survei Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB Mektan) Badan Litbang Pertanian, level mekanisasi pertanian Indonesia pun terangkat. Jika pada tahun 2015 level mekanisasi pertanian Indonesia baru 0,5 HP/ha, maka tahun 2018 meningkat 236% menjadi 1,68 HP/ha. Level mekanisasi pertanian adalah penggunaan daya alsintan terhadap luas areal yang tercover alsintan.
Modernisasi pertanian melalui bantuan alsintan bukan hanya produksi padi yang meningkat, tapi juga kesejahteraan petani pun menjadi lebih baik, sekaligus menjawab tantangan revolusi industri 4.0.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Program LTT dan Mekanisasi Terbukti Tingkatkan Produktivitas Padi di Ngawi
Redaktur : Tim Redaksi