Modus Kecurangan di Pilpres Rusia Terungkap, Parah Banget

Jumat, 23 Maret 2018 – 08:23 WIB
Pemungutan suara Pilpres Rusia, . Foto: AFP

jpnn.com, MOSCOW - Kantor berita Reuters mengungkap fakta mengejutkan soal modus kecurangan di pilpres Rusia. Pelanggaran dilakukan secara terang-terangan, tapi tak ada yang berbuat apa-apa.

Belasan orang "kembar identik" bermunculan saat pilpres Rusia Minggu (18/3). Misalnya, Ludmila Sklyarevskaya. Wakil direktur urusan kesehatan dan keselamatan Central District Hospital, Ust-djeguta, Rusia, itu memberikan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 216.

BACA JUGA: Putin Siap Bantu Inggris Mencari Peracun Agen Ganda

Selang 20 menit kemudian, orang yang serupa dengannya dan memakai baju yang sama persis memasukkan balot di TPS 215. Orang yang sama juga terlihat di TPS 217.

Perempuan paro baya itu tentu saja tak kembar. Dia sungguh-sungguh memberikan suara di beberapa TPS. Sklyarevskaya juga tak sendirian. Dia datang bersama 8 perempuan dan seorang laki-laki. Semua memberikan suara di beberapa TPS.

BACA JUGA: Menang Besar, Putin Cetak Sejarah Baru

Reuters berhasil mengabadikan kecurangan dalam pemilu yang pasti dimenangkan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut. Jurnalis Reuters membuntuti dan memotret kecurangan yang mereka lakukan.

Kantor berita yang berbasis di London, Inggris, itu menyebutkan, setidaknya ada 17 orang pemilih yang memberikan suara di lebih dari satu TPS.

BACA JUGA: Nah Lho, Rusia Balik Tuding Inggris di Balik Racun Novichok

Saat diklarifikasi, Sklyarevskaya mengelak mengakui bahwa dirinya memberikan suara di tiga TPS yang berbeda. Padahal, di foto tersebut tampak jelas bahwa itu adalah orang yang sama dengan baju yang sama. Dia hanya mengaku pergi ke TPS 217.

Kepala dokter di rumah sakit tempatnya bekerja, Marat Shakmanov, juga meyakini bahwa para pegawainya tidak akan berbuat curang. Sebanyak 16 orang lainnya juga memberikan pernyataan serupa dengan Sklyarevskaya.

Anggota Komisi Pemilihan Umum Leila Koichuyeva juga tak terlalu menanggapi serius saat dimintai konfirmasi terkait dengan orang-orang yang memberikan suara beberapa kali itu. ’’Mereka mungkin kembar,’’ jawabnya singkat.

Pernyatan senada dilontarkan Kepala TPS 217 Zukhra Chomaeva. ’’Bagaimana saya tahu bahwa mereka adalah orang yang sama? Mereka mungkin hanya terlihat serupa,’’ tegasnya.

Sangat mungkin kasus serupa terjadi di kota-kota lain. Di Rusia, memberikan suara di beberapa TPS dianggap tindak pidana ringan. Kalau ketahuan, mereka hanya akan dikenai denda.

Reuters juga menemukan penggelembungan suara di 12 TPS di berbagai penjuru Rusia. Salah satunya terjadi di TPS 265 Simferopol, Krimea. Petugas menambah jumlah pemilih hingga 528 orang atau 66 persen lebih banyak.

Berdasar data Reuters, di situ hanya ada 797 pemilih. Tapi, petugas menyatakan jumlahnya 1.325 orang. Di Rusia, praktik kecurangan seperti itu disebut carousel.

Celah kecurangan lainnya adalah sistem registrasi pemilih yang baru. Sistem tersebut memudahkan orang untuk memberikan suara ketika mereka jauh dari rumah.

Mereka bisa mendaftar secara online untuk memberikan suara di TPS lain. Tiga reporter Reuters yang mencoba sistem tersebut bisa memberikan suara di TPS baru plus TPS di tempat tinggalnya.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa Rusia memiliki aturan untuk laporan kecurangan pemilu. Laporan yang diunggah Reuters tidak akan dipakai sebagai acuan. Kecuali, para pengamat di masing-masing TPS membuat laporan serupa ke penegak hukum.

’’Jika tidak ada data pendukung, kami tidak khawatir sama sekali,’’ ujar Peskov menanggapi indikasi kecurangan pilpres di lapangan.

Oposisi dan para pengamat memang sudah memperkirakan bahwa pemerintah akan berbuat apa saja agar angka kehadiran penduduk naik. Putin memang sudah diperkirakan menang karena lawan-lawannya tak sebanding.

Hasil penghitungan suara, lebih dari 70 persen memilih Putin. Tingkat kehadiran penduduk yang tinggi akan memberikan gambaran bahwa dukungan penduduk untuk dia luar biasa besar.  (sha/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenangan Besar Putin Ternoda Dugaan Intimidasi Pemilih


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler