Kemenangan Besar Putin Ternoda Dugaan Intimidasi Pemilih

Senin, 19 Maret 2018 – 09:16 WIB
Vladimir Putin. Foto; AFP

jpnn.com, MOSKOW - Vladimir Putin hampir dipastikan kembali memimpin Rusia. Hasil hitung cepat menempatkannya di posisi teratas sebagai pemenang pemilihan umum presiden yang berlangsung kemarin, Minggu (18/3).  Sayang, kesuksesan besar itu ternoda berbagai dugaan kecurangan.

Tak tanggung-tanggung, dukungan untuk calon presiden incumbent itu diperkirakan mencapai 70 persen. Jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan tujuh kandidat lainnya.

BACA JUGA: Makin Panas, Putin Lancarkan Aksi Anti-Inggris Jelang Pemilu

Putin memang bisa menang dengan mudah. Pemimpin oposisi yang paling layak menantangnya, Alexei Navalny, tidak diperbolehkan ikut dalam pilpres.

Oposisi sempat menyerukan aksi boikot. Namun, seruan tersebut, tampaknya, tak diikuti banyak orang.

BACA JUGA: Diplomat Diusir, Rusia Bersumpah Balas Dendam

Kandidat lain yang maju untuk melawan Putin tak terlalu memiliki massa pendukung. Jika polling itu benar, dia bisa dengan mudah menjadi penguasa Rusia untuk kali keempat.

Beredar kabar bahwa ada tekanan agar penduduk berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS). Tidak adanya Navalny memang meredupkan antusiasme untuk memberikan suara.

BACA JUGA: Get Out!! Inggris Usir 23 Diplomat Rusia

Para pendukung Putin bahkan enggan mendatangi TPS karena hasil pemilu seakan-akan sudah bisa dipastikan.

Putin mungkin saja menang mudah, tapi jika angka kehadiran penduduk rendah, itu bisa menjadi noda bagi kemenangannya. Sebab, artinya, hanya sedikit orang yang mendukung mantan mata-mata KGB tersebut.

Lawan Putin menuding perusahaan yang memiliki kedekatan dengan negara telah memaksa para karyawannya untuk memberikan suara.

Para pekerja itu bahkan harus membuktikan bahwa mereka benar-benar memilih. Reuters menemukan bahwa tudingan tersebut bukan sekadar isapan jempol.

Di beberapa TPS, orang-orang datang secara berkelompok. Beberapa bahkan datang dengan bus sewaan. Mereka lantas berfoto di depan kotak balot dengan telepon genggam masing-masing setelah memberikan suara.

Contohnya, di TPS 1515 Zelenodolsk. Reuters menanyai lima orang yang berfoto setelah memberikan suara. ’’Ini adalah laporan foto untuk bos kami,’’ ujar satu di antara lima perempuan itu. (sha/c18/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gencatan Senjata Omong Kosong ala Rusia di Eastern Ghouta


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler