Moeldoko: Presiden Jokowi Sangat Terbuka, Tidak Pernah Pusing dengan Kritik

Rabu, 18 Agustus 2021 – 17:49 WIB
Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan Presiden Joko Widodo alias Jokowi tidak pernah pusing dengan kritik. 

"Presiden sangat terbuka, tidak pernah pusing dengan kritik, tetapi beliau selalu sisipkan sebuah kalimat indah,” kata Moeldoko kepada wartawan di Jakarta, Rabu (18/8). 

BACA JUGA: Politisi PDIP Kritik Pemerintahan Jokowi, Satyo: Faktanya Penanganan Covid-19 Banyak Kontroversi

Namun, Moeldoko menegaskan kritik sebaiknya disampaikan dengan cara yang beradab. 

“Kita orang timur memiliki adat. Jadi, kalau mengkritik sesuatu, ya beradab," ujar  dia. 

BACA JUGA: Pidato Presiden tak Singgung HAM dan Korupsi, KSP Beri Alasan Begini

Mantan Panglima TNI itu mengatakan bahwa pemerintah mempersilakan penyampaian kritik.

Namun, tegas dia, harus tetap dengan cara yang mengusung tata krama sesuai budaya timur.

BACA JUGA: Moeldoko Sebut Pemerintah Prioritaskan Produk Alkes Dalam Negeri Untuk Tangani COVID-19

"Tata krama ukuran-ukuran budaya kita itu supaya dikedepankan. Bukan hanya selalu berbicara antikritik, tetapi cobalah lihat cara-cara mengkritiknya," papar Moeldoko.

Mantan Pangdam XII/Tanjungpura dan Pangdam III/Siliwangi itu menyebut banyak pihak yang menyamakan kritik dengan fitnah. 

Padahal, tegas Moeldoko, dua hal tersebut sangat berbeda. 

Selain itu, dia juga menyayangkan terdapat banyak pihak yang memprovokasi situasi apabila ada kritik yang disampaikan ke pemerintah.

"Banyak tokoh-tokoh kita yang tidak memberikan pendidikan terhadap mereka-mereka itu (pemberi kritik), justru terlibat di dalamnya untuk memperkeruh situasi. Janganlah seperti itu," ujarnya.

Moeldoko mengingatkan bahwa Presiden Jokowi merupakan orang tua yang perlu dihormati. 

”Jangan sembarangan berbicara, jangan sembarangan menyampaikan sesuatu dalam bentuk kalimat atau dalam bentuk gambar, dan saya sering mengatakan jangan setelah itu minta maaf. Ini apa ini bangsa ini, berbuat sesuatu habis itu (setelah) adakan tindakan, minta maaf. Ini sungguh sangat tidak baik," tuturnya.

Moeldoko juga mengatakan jangan langsung menuding polisi bersikap represif, apabila kepolisian melakukan tindakan terhadap pihak-pihak yang diduga menyebarkan fitnah atau berbuat keonaran.

"Kalau ada yang dipanggil polisi jangan terus dimaknai tindakan. Bisa saja dibina dan seterusnya, agar tidak melakukan hal-hal tidak baik, kan, seperti itu. Jadi, jangan terus dijustifikasi represif dan seterusnya. Ini kadang kita hanya memahami kulitnya, tidak memahami dalamnya," ujar Moeldoko. (antara/jpnn) 

 


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler